Mahasiswa Dibanting Polisi Kejang, Waspadai Penyakit di Otak
Fariz Amrullah, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin, Banten, dibanting Brigadir NP. Peristiwa viral itu terjadi saat Fariz Amrullah yang tergabung dalam aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kabupaten Tangerang tengah menggelar aksi demo saat hari ulang tahun (HUT) ke-389 Kabupaten Tangerang di Tigaraksa, Rabu 13 Oktober 2021.
Aksi yang terekam dalam video singkat itu menunjukkan mahasiswa jurusan Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah itu dipiting lehernya lalu digiring oleh NP. Setelah itu, NP membanting korban ke trotoar hingga terdengar suara benturan yang cukup keras. Kemudian, seorang polisi yang mengenakan baju berwarna coklat menendang korban. Setelah dibanting dan ditendang, Fariz Amrullah kejang-kejang. Sejumlah aparat kepolisian kemudian berusaha membantu korban.
Sehari setelah dibanting, Fariz Amrullah mengaku bahwa pundak dan lehernya tidak bisa digerakkan. Selain itu, dia juga mengaku merasa pusing. Bahkan, pada Kamis pagi, Fariz Amrullah mengalami kesulitan bernapas dan muntah-muntah.
Sebagaimana diketahui, kondisi kejang pada seseorang sangat berkaitan erat dengan organ otak. Sehingga tidak bisa disepelekan begitu saja. Seperti apa bahayanya? Berikut ulasannya.
Terjadinya Kondisi Kejang
Kejang merupakan gangguan aktivitas listrik di otak. Biasanya ditandai oleh gerakan tubuh tidak terkendali dan disertai hilangnya kesadaran. Kejang bisa menjadi tanda adanya penyakit pada otak, atau kondisi lain yang memengaruhi fungsi otak. Tanda-tandanya ialah kontraksi otot yang disertai gerak menyentak pada seluruh tubuh.
Namun, gejala kejang tidak selalu seperti itu. Penderita kejang bisa saja hanya menunjukkan tatapan mata yang kosong. Kejang cenderung berlangsung singkat, antara 30 detik sampai 2 menit. Tapi, ada yang berlangsung lebih lama dari 2 menit. Ini tergolong kondisi gawat darurat.
Penyebab Kejang
Penyebab paling umum dari kondisi tersebut ialah epilepsi. Meski demikian, tidak semua orang yang mengalami gangguan tersebut sudah pasti mengidap epilepsi. Terkadang, bisa juga disebabkan oleh hal-hal lainnya.
1. Kadar natrium atau glukosa dalam darah yang tidak normal.
2. Narkoba atau obat-obatan terlarang, seperti amfetamin atau kokain.
3. Penyalahgunaan alkohol.
4. Sengatan listrik.
5. Demam tinggi.
6. Penyakit jantung.
7. Keracunan ekstrem.
8. Penumpukan racun di dalam tubuh karena gagal hati atau ginjal.
9. Tekanan darah yang sangat tinggi (hipertensi maligna).
10. Gigitan atau sengatan hewan berbisa, seperti ular.
11. Kurang tidur.
12. Mengonsumsi obat-obatan, seperti pereda nyeri dan antidepresan tertentu atau terapi untuk berhenti merokok.
13. Toksemia atau preeklampsia kehamilan.
14. Fenilketonuria yang dapat menyebabkan kejang pada bayi.
15. Trauma kepala yang menyebabkan area perdarahan di otak.
16. Infeksi otak, seperti meningitis dan ensefalitis.
17. Cedera otak yang terjadi pada bayi saat persalinan.
18. Masalah otak yang terjadi sebelum lahir (cacat otak bawaan).
19. Tumor otak.
20. Stroke.
Dilansir dari MedlinePlus Medical Encyclopedia, terkadang penyebab gangguan aktivitas listrik tersebut tidak diketahui atau yang disebut dengan kejang idiopatik. Biasanya terjadi pada anak-anak dan usia dewasa. Ada pula karena riwayat keluarga dengan epilepsi atau kejang diduga menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Gejala Kejang
Gejala yang muncul tergantung pada area otak yang terdampak dan tingkat keparahannya. Kejang yang melibatkan satu area di otak, gejalanya meliputi:
1. Gangguan sensasi pada penglihatan, pendengaran, atau penciuman.
2. Gerakan berulang, seperti jalan berputar-putar.
3. Gerak menyentak pada salah satu lengan atau tungkai.
4. Perubahan suasana hati.
5. Pusing.
6. Kesemutan.
Sedangkan pada kejang yang memengaruhi seluruh bagian otak, gejala yang muncul bisa berupa:
1. Tubuh kaku lalu dilanjutkan dengan gerakan menyentak di seluruh tubuh.
2. Gerak menyentak di wajah, leher dan tangan.
3. Otot hilang kontrol, sehingga dapat membuat penderita tiba-tiba jatuh.
4. Kaku otot, terutama pada punggung dan tungkai.
5. Pandangan kosong ke satu arah.
6. Mata berkedip cepat.
Terdapat pula gejala lain yang sering menyertai kejang, yaitu:
1. Penurunan kesadaran sesaat, lalu bingung saat sadar karena tidak ingat apa yang terjadi.
2. Perubahan perilaku.
3. Mulut berbusa atau ngeces.
4. Napas berhenti sementara.
Komplikasi Kejang
Sebagai informasi, kejang dapat mengakibatkan cedera yang berbahaya. Contohnya penderita dapat mengalami tenggelam akibat kejang saat berenang, atau mengalami kecelakaan karena kejang saat mengemudikan kendaraan bermotor. Selain itu, kejang juga bisa terjadi saat makan. Kondisi ini bisa menyebabkan makanan masuk ke saluran yang salah. Akibatnya pneumonia aspirasi.
Penderita kejang juga sering mengalami gangguan mental, seperti mudah marah dan depresi. Kondisi tersebut bisa terjadi akibat kejang yang sulit diatasi, atau akibat efek samping penggunaan obat antikejang. Sedangkan, kondisi kejang juga bisa dialami oleh ibu hamil, dan tentunya hal tersebut dapat membahayakan janin yang dikandungnya.
Konsumsi obat antikejang jenis tertentu juga dapat meningkatkan risiko bayi mengalami gangguan ketika lahir. Baiknya bagi ibu hamil ketika akan mengkonsumsi obat-obatan tertentu dapat berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan.
Penanganan Peratama Kondisi Kejang
1. Baringkan penderita di tempat aman dan jauhkan dari benda berbahaya atau benda tajam.
2. Jangan memakai cara kekerasan untuk menahan gerakan penderita.
3. Gunakan bantal atau alas lain untuk menyangga kepala penderita.
4. Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut penderita selama kejang.
5. Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher penderita.
6. Miringkan kepala penderita. Bila penderita muntah, posisi miring akan mencegah muntahan masuk ke dalam paru-paru.
7. Segera panggil bantuan medis atau bantuan dari orang lain di sekitar.
8. Temani penderita sampai kejangnya berhenti atau sampai petugas medis datang.
Cara Mencegah Kejang
Dalam banyak kasus, kejang tidak dapat dicegah. Namun, risiko terserang kejang dapat dikurangi dengan menjalani hidup sehat, seperti:
1. Beristirahat yang cukup
2. Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang
3. Berolahraga secara rutin
4. Mengelola stres dengan baik
5. Menjauhi NAPZA
6. Mengonsumsi obat sesuai saran dokter
Waspada Mencegah Cedera Kejang
1. Tidak berenang atau berendam di bak mandi saat sendirian.
2. Tidak mengendarai kendaraaan.
3. Melengkapi kursi dan meja di rumah dengan bantalan yang empuk.
4. Memasang karpet yang tebal di lantai.
Advertisement