Magnet Baru Banyuwangi, Garap Ekowisata
Pengembangan pariwisata harus terus digarap. Meski, seperti Banyuwangi, sekor pariwisatanya sudah maju.
Kali ini yang digarap adalah ekowisata hutan. Untuk pemantapan garapan ekowisata ini Deputi Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata menggelar acara bimbingan teknis di Hotel Santika, Banyuwangi.
Bahwa pariwisata, semakin dilestarikan akan semakin menyejahterakan. Begitu juga terhadap ekowisata hutan. Hutan, semakin lestari, maka masyarakat sudah dipastikan akan semakin sejahtera. Demikian Asisten Deputi Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Alexander Reyaan.
Peserta pemantapan ekowisata diajak untuk praktek Modul yang terdiri dari identifikasi atribut penting, tema dan sasaran program interprestasi.
Di acara ini, Banyuwangi sebagai tuan rumah langsung unjuk gigi. Seperti diketahui, daerah yang dekat dengan Pulau Bali itu menjadi contoh dari berbagai daerah atas prestasinya di bidang pariwisata.
Dengan luas wilayah 5.782,50 Km2, jumlah pulau 10, panjang garis pantai 175,8 Km dan luas wilayah laut 175 km X 4 mil Banyuwangi percaya akan terus maju dengan mendorong pariwisata.
Banyuwangi juga ditopang aksesibilitas teraik. The Sun Rise of Java ini terhubung direct flight dengan poros Jakarta. Jumlah flightnya ada lima kali dalam sehari. Rinciannya, Garuda Indonesia sekali dan masing-masing dua kali untuk Citilink juga Nam Air. Waktu tempuhnya jga 1,5 jam.
Dengan mendorong pariwisata, angka kemiskinan sangat menurun drastis. Marhen mengambil contoh pertumbuhan sebelum tahun 2010 dengan pertumbuhan di tahun 2015.
Ketika Banyuwangi sudah mengkumandangkan Pariwisata sebagai unggulan, angka kemiskinan di Banyuwangi menurun dari 20, 09 persen menjadi 8,57 persen, sedangkan aksesbilitas tahun 2010 dulu menempuh perjalanan 8 Jam dari Surabaya ke Banyuwangi.
Sedangkan sekarang hanya dengan 45 menit sudah sampai ke Banyuwangi dengan mendarat di Bandara Banyuwangi. (*/idi)