Magana Unusa Lakukan Trauma Healing ke Anak Korban Erupsi Semeru
Erupsi gunung Semeru memiliki dampak bagi masyarakat di sekitarnya, tak terkecuali anak-anak. Melihat hal ini sejumlah mahasiswa Unusa yang tergabung dalam Mahasiswa Tanggap Bencana (Magana) terjun langsung memberikan trauma healing pada anak-anak, sekaligus melakukan pemeriksaan kesehatan di salah satu posko pengungsian erupsi gunung Semeru di wilayah Pronojiwo, Lumajang.
Ketua Magana Unusa, Putri Wahyuni menjelaskan, mahasiswa yang ikut dalam aksi ini membantu anak-anak mengatasi masalah psikologi pasca bencana. Salah satu metode yang dilakukan, anak-anak diajak mendengarkan cerita dan bermain, sehingga anak-anak terhibur.
"Kami melakukan trauma healing kepada anak-anak karena mereka yang paling tertekan dengan adanya bencana. Metode yang kami lakukan untuk membuat anak-anak ceria dan melupakan apa yang baru saja dialami," terangnya.
Putri Wahyuni mengatakan, timnya menemukan fakta bahwa pasca bencana erupsi Gunung Semeru, anak-anak lebih banyak diam dan tidak mau makan. Hal ini dikarenakan ada trauma yang mereka alami.
"Selain itu ada anak yang harus kehilangan kedua orang tuanya. Jadi mereka masih merasa sedih dan memilih menyendiri," terang mahasiswa S1 Keperawatan ini.
Putri Wahyuni menceritakan, di pengungsian ada anak kelas 1 SD yang mengalami kendala psikologis berat. Kondisi ini terjadi karena sampai saat ini dirinya belum menemukan kedua orang tuanya. Kondisi ini membuat anak tersebut lemas, menyendiri serta susah makan.
"Kami lakukan pendekatan dan membujuk dia untuk ikut main bersama, kondisi ini membuat kondisi anak tersebut mulai bisa aktif kembali," bebernya.
Putri Wahyuni mengaku selama proses pendekatan untuk menjalani trauma healing ini ada beberapa anak yang memilih menyendiri. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi timnya untuk terus mendukung anak-anak tersebut.
Magana Unusa berangkat ke lokasi pengungsian bersama dengan relawan Rescue Ideru Jatim. Mereka tidak hanya melakukan trauma healing, mahasiswa juga melakukan pemeriksaan kesehatan.
"Kondisi pasca bencana tidak jarang masyarakat dengan mudah terserang penyakit, jadi kami memeriksa kesehatan dari masyarakat yang terdampak bencana," terang Putri Wahyuni.
Nantinya, lanjut Putri Wahyuni, mahasiswa yang tergabung dalam Magana akan bergiliran untuk ke lokasi pengungsian. Pihaknya akan bergantian untuk ke lokasi untuk memberikan trauma healing serta cek kesehatan dari pengungsian.
Langkah ini diharapkan dapat membantu pengungsi terlebih anak-anak untuk keluar dari masalah psikologi pasca bencana erupsi Gunung Semeru.
"Kami ingin membantu mengatasi masalah tersebut. Terpenting pengungsi anak-anak maupun dewasa akan teratasi," tandas Putri Wahyuni.