Madrasah Mu’allimin Siapkan Kader Internasional Muhammadiyah
Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Aly Aulia, mengatakan, keberadaan Madrasah Mu’allimin mendukung penuh program-program yang dijalankan PP Muhammadiyah.
Salah satunya adalah program internasionalisasi yang sedang dijalankan oleh Muhammadiyah. Madrasah Mu’allimin juga turut menjalankan program tersebut, seperti mengirim santri untuk tabligh atau dakwah di luar negeri. Negara tempat dakwah santri Mu’allimin di antaranya ada Jepang dan Malaysia.
“Mu’allimin juga bekerjasama dengan Organisasi Konferensi Islam atau dalam bahasa Inggris Organization of the Islamic Conference (OIC) untuk memperkuat jaringan, hal itu dilakukan sebagai usaha internasionalisasi Mu’allimin dan Muhammadiyah,” terang Aly, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Kamis 22 Agustus 2019.
Sebagai bekal santri yang akan paripurna, Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta menghadirkan sejumlah tokoh, Siti Ruhaini Dzuhayatin, Staf Khusus Presiden tentang Isu Keagamaan Internasional. Hal itu tampak dalam Stadium General bagi santri kader kelas 6 pada Rabu, 21 Agustus di Hall Center Kompleks kampus Mu’allimin.
Naif Fairuza, Wakil Direktur Bidang Kepesantrenan Madrasah Mu’allim megatakan, Madrasah Mu’allimin sengaja mendatangkan tokoh-tokoh yang sudah menasional atau internasional supaya bisa memotivasi para kader yang akan paripurna.
“Diharapkan kader dari sini bisa menjadi pelanjut tongak sejarah kepemimpinan bangsa seperti para pendahulunya,” katanya.
Sebagai sekolah kader persyarikatan, Madrasah Mu’allimin memiliki sejarah panjang. Berdiri sejak tahun 1918 dengan nama awal Qismul Arqo’ oleh KH. Ahmad Dahlan, Mu’allimin memang dikenal sebagai wadah pengkaderan utama dibawah bimbingan langsung bapak pendiri Muhammadiyah.
Sementara, Siti Ruhaini Dzuhayatin dalam materinya memaparkan terkait pandangan moderasi yang diusung oleh Ahmad Dahlan.
Menurutnya ciri yang menonjol pandangan keagamaan yang disampaikan dan dipahami KH Ahmad Dahlan adalah terkait emasipasi perempuan. Di matanya, kesempatan laki-laki dengan perempuan dalam menuntut ilmu atau dalam aktifitas lainnya adalah sama.
“Pandangan modern yang digagas oleh KH Ahmad Dahlan menjadi aset intelektual bagi peradaban, selain aset Muhammadiyah lain yang berupa fisik," ungkapnya.
Mantan Ketua Komisi Independen Hak Asasi Manusia Independen (IPHRC), Organisasi Kerjasama Islam (OKI), 2012-2014 dan terpilih kembali sebagai Komisaris Komisi 2014-2018 ini berpesan kepada kader Mu’allimin yang akan segera paripurna agar senantiasa mengali informasi tentang pemikiran dan kisah KH Ahmad Dahlan yang bisa mereka adopsi karena masih relevan untuk digunakan sebagai metode dakwah sekarang ini.
Advertisement