Masjid Istiqlal Merajut Kebersamaan, Hikmah Buka Puasa Bersama
Acara buka puasa bersama di Masjid Istiqlal Jakarta setiap harinya diikuti 4000 sampai 5.000 orang. Jumlah itu meningkat drastis sampai 8.000 hingga 9.000 orang pada hari Sabtu dan Minggu.
Biaya yang dikeluarkan oleh panitia untuk buka puasa bersama ini juga lumayan besar. Hingga puasa ke 13 Sabtu 18 Mei 2019, sudah menghabiskan dana lebih dari Rp 1 miliar.
Dalam buka puasa ini panitia tidak menyeleksi yang datang itu be puasa atau sekadar berburu nasi box. Tidak dibedakan status sosialnya, miskin atau kaya, sama sama duduk di lantai dan semua dilayani dengan baik. Ibarat Tanjung Perak tepi laut, siapa suka boleh ikut.
Panitia juga tidak melakukan sweping terhadap masyarakat yang akan ikut acara buka berpuasa di Masjid Istiqlal Islam atau bukan, betul betul berpuasa atau tidak. Pertantanyaan itu bagi panitia tidak penting, karena masing masing punya tnggung jawab sendiri. Yang utama buka bersama di Madjid Istiqlal ini untuk merajut kebersamaan di bulan suci Ramadhan.
Peserta berbuka mulai berdatangan sekitar pukul 16.00. Mereka berkumpul di ruang terbuka lantai dua, duduk berjajar berhadap hadapan. Menjelang waktu berbuka yang datang bertambah banyak, yang membawa anak jumlahnya juga cukup banyak.
Nasi box mulai dibagikan oleh sekitar 100 relawan Masjid Istiqlal. Semua dapat jatah nasi bom berapapun keluarga yang diajak. "Anak yang masih dalam gendongan pun juga diberi, itungannya kepala bukan umur," kata seorang relawan bernama Amel.
Bermacam yang direkam dalam ingstannya selama menjadi relawan yang melayani buka puasa bersama di Masjid Istiqlal. "Ada yang nakal, terutama ibu ibu," kata Amel. Modusnya, mereka menyuruh anaknya berpindah pindah tempat antrean supaya dapat dobel. Tidak peduli lainnya kebagian atau tidak. Ada yang langsung pergi setelah mendapat nasi box, tidak mau mendengarkan tausiah, alasannya akan berbuka puasa di tempat lain."Kalau dipresentasikan yang ikut berbuka di Madjid Istiqlal ini diperkirakan lebih banyak yang tidak berpuasa daripada yang berpuasa," kata Amel.
Sementara Imam Besar Madjid Istiqlal
Nasaruddin Umar, menuturkan, buka puasa bersama ini bukan sekadar makan rame rame, tapi di dalamnya ada nilai sosial dan unsur dakwah dalam mrerajut kebersamaan. Inilah Islam yang sebenarnya, bukan hanya sholat dan puasa, tapi juga mempunyai kepudilian terhadap sesama dan pembawa damai untuk semua umat manusia. "Itulah yang dimaksut Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin itu," Nasaruddin.
Ia mengambil contoh, yang ikut buka puasa bersama ini, tidak diselekasi, apa agamanya, sukunya, puasa atau tidak. "Buka puasa di Istiqlal yang diakan setiap tahun ini sebagai cermin bahwa kebersamaan itu Indah," kata Nasarudin.
Koordinator Takjil Masjid Istiqlal, Hasanuddin, menyebut anggaran yang harus dihabiskan untuk menggelar buka puasa bersama setiap harinya mencapai Rp 80 juta.
l
Masjid Istiqlal adalah salah satu masjid di Jakarta yang menyediakan santapan buka puasa setiap harinya dalam jumlah banyak.
Menurut Hasan, anggaran tersebut akan bertambah untuk hari Jumat sampai Minggu menjadi sekitar Rp 90 juta sampai Rp 100 juta.
Uang tersebut digunakan untuk menyiapkan makanan sebanyak 3.500 sampai 5.000 kotak nasi per hari.
"Di istiqlal punya 3500 boks nasi, Senin sampai Kamis menghabiskan antara Rp 70 juta sampai Rp 80 juta per hari. Jumat sampai Minggu itu 4.500 sampai 5000 boks nasi, kita butuh Rp 90 sampai Rp 100 juta per hari," ujar Hasan di Masjid Istiqlal Jakarta Pusat, Sabtu 18 Mei 2019.
Hasan menjelaskan uang tersebut tidak seluruhnya digunakan untuk memasak. Untuk memenuhi kebutuhan buka puasa bersama Istiqlal Hasan juga membeli makanan dari restoran dan catering. (asm)