Warga Semampir Wadul, Machfud Arifin akan Atasi Banjir Surabaya
Banjir masih saja menjadi masalah bagi warga Surabaya, khususnya di daerah perkampungan seperti di Kampung Bulan Jaya RW 15 Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir yang setiap hujan deras dengan waktu lama, akan selalu masuk ke rumah-rumah warga.
Ketua RW 15, Ribut mengatakan, pihaknya selama ini telah melakukan upaya berupa pengajuan perbaikan selokan dan pavingisasi ke Pemerintah Kota Surabaya. Namun, upaya itu sia-sia karena tidak ada satupun jawaban yang sesuai harapan.
"Kami sudah sering mengajukan tapi tidak ada tanggapan, kerena saat hujan, rumah warga selalu terendam," kata Ribut ketika berdiskusi dengan Calon Walikota Surabaya nomor urut dua, Machfud Arifin, Kamis 15 Oktober 2020.
Karena itu, ia mengaku akan mendukungan pasangan Machfud Arifin-Mujiaman dengan harapan akan ada perubahan yang lebih baik. “Saya harap ke depan Pak Machfud bisa mewujukan harapan warga,” ungkapnya.
Selain persoalan lingkungan, permasalahan pendidikan juga menjadi problema sebab ada salah Pondok Pesantren Darul Rahman yang tidak mendapat perhatian pemerintah.
Pengasuh Ponpes Darul Rahman, KH. Syaiful Anam menerangkan, majunya sosok Machfud Arifin, menjadi harapan baru untuk Surabaya. Sebab, melihat dari track recordnya yang pernah tiga kali menjabat sebagai Kapolda Jawa Timur, dapat membawa kemajuan bagi Surabaya.
Syaiful Aman juga yakin, kedepanya dengan kepemimpinan Machfud-Mujiaman pasti memberi perhatian pada ponpes, khususnya yang ada di perkampungan dan selama ini tidak mendapatkan perhatian Pemkot Surabaya.
“Mudah-mudahan hajat baik beliau untuk menjadi Walikota Surabaya dikabulkan. Beliau orang baik, orang pintar. Mudah-mudahan kalau terpilih bisa menjadikan Kota Surabaya yang maju dan makmur warganya,” ujarnya.
Sementara itu, Cawali Surabaya Machfud Arifin mengatakan, Kota Surabaya yang dikatakan terbesar kedua di Indonesia kemudian dikatakan sudah maju tidak boleh lagi ada masalah banjir dan masalah kesejahteraan.
Selain itu, tampak sekali adanya ketimpangan antara pembangunan di pusat kota dan di pesisir kota.
Terkait permintaan warga yakni pembangunan selokan dan pavingisasi itu bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan pemerintah yang memiliki dana APBD sebesar Rp10 triliun. “Ini sebenarnya tidak terlalu sulit, kedepanya dalam pavingisasi ini disertai dengan teknologi," ungkap Machfud Arifin.
Kalau selokan kecil yang ada sekarang kecil, lanjut Machfud Arifin, otomatis tidak mampu menampung air yang debitnya besar. Sehingga, air dengan cepat meluap dan mudah masuk ke rumah warga.
“Nanti pavingisasi ini bisa dilebarkan dan bawahnya bisa dibuat saluran pembuangan airnya atau gorong-gorong sampai ke kali besar. Namun warga juga harus mampu menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan. Karena kalau tidak dijaga juga akan jadi masalah," katanya.
Salain itu, Machfud Arifin mengtakan, untuk pendidikan non formal atau pesantren di Surabaya harusnya mendapatkan perhatian dari pemerintah khususnya pesantren yang ada di pelosok kampung. "Nanti kedepanya kami memperhatikan yang pasti kami ada alokasi anggaran untuk pesantren," terangnya.