Mabes Polri: Rusuh Jakarta, Settingan
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen M. Iqbal menyebut jika rusuh di Jakarta diduga karena ada massa kelompok bayaran yang sengaja ingin membuat Jakarta rusuh. Dugaan sementara itu berdasarkan bukti yang didapatkan oleh polisi dan model pergerakan massa yang by design dan bukan spontan.
Iqbal menyebut jika massa yang melakukan unjukrasa di depan kantor Badan Pengawas Pemilu sebenarnya kooperatif. Namun aksi ini kemudian dinodai dengan sekelompok massa yang berulah dan provokatif dengan merusak barrier pengaman dan menyerang petugas.
"Polisi menghalau dengan mekanisme yang ada," kata Iqbal.
Namun massa yang berada di Jalan sabang dan Wachid Hasyim bukannya malah kooperatif tapi malah menyerang petugas dengan lemparan batu, bom molotov, petasan dalam ukuran besar. Polisi pun masih menggunakan cara persuasif untuk menghalau mereka. Setidaknya selama lima jam polisi mencoba menghalau massa ini dengan cara persuasif.
"Namun karena tak kunjung kooperatif kita dorong massa yang sangat brutal tersebut. Kami mengimbau pulang segera pulang sahur. Itu imbauan polisi," ujar Iqbal.
Polisi kemudian mendorong massa. Massa pun kemudian terpecah jadi dua ke arah Sabang dan gang kecil. Massa Bawaslu terurai sekitar pukul 03.00 WIB.
Namun sekira pukul 02.45 ada sekelompok massa lagi yang lain dengan massa tadi. Pada saat bersamaan ada 200 massa berkumpul di Jalan KS Tubun. Massa tersebut diduga disetting. Bahkan Kapolres Metro Jakarta Barat dibantu pemuka FPI berkomunikasi untu meredakan massa.
Namun seketika itu juga massa bergerak ke arah arah asrama Polri di Petamburan menyerang dengan batu petasan, molotov. Polisi yang berada di Asrama Petamburan mencoba menghalau. Namun bukannya mundur, massa malah masuk ke asrama melakukan pengerusakan asrama dan membakar kendaraan yang parkir di sana baik pribadi maupun dinas.
" Kapolda tiba, pukul 05.00 WIB. Massa masih ada di lokasi. Di situ masih ada beberapa massa yang terluka. Mobil rusak 11 unit dan terbakar 14 unit," kata Iqbal.
Dari aksi semalam, polisi menangkap 58 orang yang diduga sebagai provokator. Dugaan sementara massa tersebut mayoritas dari luar Jakarta. Iqbal juga menyebut jika gerakan itu by design karena gerakannya terlalu cepat.
Kesimpulan diberdasarkan data yang didapat antara lain, massa yang anarkis berasal dari luar Jakarta yaitu Jabar, Banten dan Jateng. Ada ambulan partai yang penuh dengan batu dan alat-alat. Polisi juga menemukan amplop dan uang.