Lumbung Pangan Jatim Selamatkan Warga dari Krisis Ekonomi
Masa pandemi virus corona atau Covid-19 menjadi masa-masa yang paling sulit bagi seluruh masyarakat Indonesia umumnya dan Jawa Timur khususnya. Paling terasa adalah dampak sosial ekonomi yang membuat daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya menjadi rendah, karena barang yang didapat di pasaran dinilai sangat mahal, padahal harga tersebut masih dalam taraf wajar apabila tidak dalam kondisi pandemi.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan menugaskan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jatim yakni PT Panca Wira Usaha dan PT Jatim Grha Utama membuat terobosan berupa Lumbung Pangan Jatim yang menyediakan komoditas dengan harga yang sangat murah.
Mengapa sangat murah? Sebab, harga setiap komoditas dijual lebih rendah dari Harga Eceran Tertinggi (HET). Misalnya harga ayam utuh di pasaran bernilai Rp 37.000 di Lumbung Pangan Jatim hanya dijual Rp 27.000. Hebatnya, setiap komoditas yang dijual adalah kualitas premium.
Salah satuya bagi Ibu Siswoyo warga asli Wonocolo, Kota Surabaya. Wanita yang kesehariannya membuka toko sembako di rumahnya merasakan mahalnya harga di pasaran ketika harus kulakan untuk memenuhi kebutuhan tokonya.
"Memang sengaja ke sini karena tau harganya murah. Ini aja gula satu kilo harganya cuma Rp 12.500. Kalau di pasar, harganya bisa mencapai Rp 19.000. Telur di sini harganya cuma Rp 21.500, sementara kalau di pasar itu Rp 27.000," aku wanita yang sudah berkali-kali kulakan di Lumbung Pangan Jatim.
Tak hanya Ibu Siswoyo, hal senada juga dirasakan warga Surabaya lainnya yakni Effendy Tan. Menurutnya, harga lebih murah membuat beban ekonomi yang dikeluarkan di masa serba sulit ini bisa berkurang.
“Sebagai warga Surabaya tentu merasa senang dan bangga sih dengan hadirnya Lumbung Pangan Jatim karena sangat membantu menyediakan kebutuhan sembako dengan harga yang sangat terjangkau,” ungkapnya.
Nilai plusnya lagi, aku Fendy adalah sistem belanja yang ditawarkan beragam. Bisa langsung datang ke tempat, atau bisa melalui sistem COD, lalu bisa sistem kirim. Lebih-lebih untuk sistem kirim bebas dari beban ongkos kirim karena telah disubsidi oleh Pemprov Jatim.
“Sudah harganya terjangkau cara pesennya gak mudah tidak ribet, free ongkir ke seluruh Jawa Timur. Maka dari itu saya yakin keputusan tidak salah belanja di Lumbung Pangan Jatim,” akunya.
Lumbung Pangan Jatim Jaga Laju Inflasi dan Psikologi Warga
Tak hanya berdampak kepada masyarakat, program yang sudah meraih juara lomba inovasi New Normal Life yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia itu ternyata memberi dampak besar bagi sektor ekonomi di Jatim. Terutama dalam menjaga laju inflasi daerah. Utamanya di masa libur panjang, salah satunya di masa libur Natal dan Tahun Baru.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, menunjukkan inflasi yang terjadi sampai bulan November 2020 lalu hanya 0,26 persen, atau turun jauh dibandingkan dengan inflasi yang terjadi di Desember 2019 lalu yang mencapai 2,86 persen.
Kepala Biro Administrasi Perekonomian Sekretaris Daerah Provinsi Jatim, Tiat Sutiarti mengatakan, keberadaan Lumbung Pangan Jatim ini berhasil mengontrol laju inflasi di seluruh daerah karena dapat menjaga stabilitas harga komoditas utama.
Ia mencontohkan misalnya kontribusi beras terhadap garis kemiskinan desa mencapai 25,97 persen dan 20,59 persen garis kemiskinan di kota. Kemudian telur ayam ras berkontribusi 3,53 persen terhadap garis kemiskinan desa dan 4,26 persen garis kemiskinan kota. Lalu, gula berkontribusi 2,89 persen terhadap garis kemiskinan desa dan 2,06 persen garis kemiskinan kota.
Selanjutnya daging ayam ras berkontribusi 2,28 persen terhadap garis kemiskinan desa dan 3,83 persen garis kemiskinan kota. Ada juga mie instan yang berkontribusi 2,16 persen terhadap garis kemiskinan desa dan 2,40 persen garis kemiskinan kota.
“Semua komoditas tersebut dijual di Lumbung Pangan Jatim dengan harga di bawah harga pasar dan tentunya gratis ongkir, ini yang menjadi kontrol inflasi. Di mana, masyarakat tak khawatir dengan suplai komoditas, dan tidak khawatir karena harganya justru di bawah harga pasar,” ucapnya.
Tak hanya bagi warga, kata Tiat, sistem penjualan yang dilakukan oleh Lumbung Pangan ini juga berdampak pada perekonomian para driver ojek online, maupun juga Kantor Pos, termasuk perbankan.
Sementara itu, Penanggung Jawab Lumbung Pangan Jatim Erlangga Satriagung mengatakan, program ini sengaja diadakan oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa untuk membantu mengatasi dampak ekonomi yang dirasakan oleh warga. Karena itu, ditawarkanlah harga yang lebih murah.
“Ide Bu Gubernur itu dalam kondisi pandemi maka dampak negatifnya banyak, banyak masyarakat kehilangan penghasilan, kemudian kesulitan mendapat sembako meningkat, termasuk harganya masyarakat terimbas mahalnya harga. Untuk itu pemerintah hadir dengan distribusnya dinol. Artinya biaya pergerakan barang dari tempat awal (produsen) ke masyarakat dibantu pemerintah,” ujarnya.
Sehingga, masyarakat dengan itu tidak perlu memikirkan tambahan biaya. Dengan itu juga, harga barang yang dijual kepada masyarakat adalah harga yang sama dengan harga yang dipatok oleh produsen.
Karena itu, Direktur Utama PT Panca Wira Usaha itu mengaku, banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat. Apalagi, cara pembelian bisa dilakukan dengan sangat mudah tak perlu repot-repot datang ke tempat penjualan tapi melalui sistem online.
“Kalau begini kan masyarakat sudah gak kepikiran biaya tambahan. Karena kalau datang ke tempat pasti ada biaya bensin, kemudian parkir, belum kalau ada kecelekaan, lalu waktu. Nah kalau dengan sistem online sudah gak pusing karena tinggal WA saja barang bisa didapat, bahkan bisa dikirim ke pembeli tanpa ada tambahan beban biaya sampai ke seluruh daerah,” kata Erlangga.
Karena itu, Erlangga mengatakan dalam misinya memang Lumbung Pangan Jatim memang dibentuk sebagai pengendali ekonomi, dan psikologi sosial yang dirasakan masyarakat.
Dan dalam program ini, ia menegaskan tidak ada sepeserpun uang yang diterima oleh pengelola maupun Pemprov Jatim. “Sehingga, uang ini berputar konsumen produsen aja,” pungkasnya.
Advertisement