Lumbrifit Coffee, Kopi Cacing yang Berkhasiat
Cacing bagi sebagian orang, adalah hewan yang menjijikkan. Namun tidak demikian bagi produsen kopi Lumbrifit Coffee. Cacing justru dijadikan sebagai campuran kopi buatannya. Kopi cacing ini dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Adalah seroang, Rasdadi, si penjual kopi cacing sejak November 2016, lalu. Dia membuat kopinya menjadi semakin istimewa. Rahasianya, kopi yang biasanya hanya dicampur susu dan jahe kini ditambah dengan campuran cacing.
Bukan cacing biasa, untuk membuat kopi ini, Rasdadi secara khusus memakai bahan dasar cacing bernama Lumbritus Rubellus. Cacing itu didapatkannya dari peternakan sendiri di daerah asalnya, Lasem Asih, Rembang, Jawa Tengah.
“Awalya kami hanya beternak cacing dan diolah menjadi obat kapsul, kita proses jadi tepung dan dimasukkan ke kapsul, kebetulan waktu itu, masih ada sisa cacing, saya buat tantangan saja sama teman-teman, siapa yang berani minum ini, tapi kita tahu kalau Lumbricus ini kan obat, jadi tak masalah kalau dikonsumsi,” ujar Rasdadi.
Ternyata, setelah kita campur ia dan teman-temannya merasakan adanya efek kesehatan pada kopi itu, tubuhnya terasa bugar. Barulah, sejak saat itu, ia terpikirkan dan memutuskan untuk menjual Lumbrifit Coffee ini.
“Jualnya ya hanya dari mulut ke mulut, kalau ada yang pesan ya kami buat, kami proseskan, by order saja awal-awalnya,” katanya.
Dari penjualannya itu, salah satu pelanggannya mengaku merasakan khasiat kopi cacing ini saat dia mengalami sakit tifus. Setelah rutin meminum kopi cacing, tifus yang dideritanya berangsur hilang dan kini tak pernah kambuh lagi.
Dalam catatan penelitian medis, cacing Lumbritus Rubellus ini mampu menenangkan saraf, menambah stamina dan vitalitas, mengatur suhu badan, menghilangkan kantuk juga lelah, mencegah dan mengobati masuk angin, mengobati maag, serta menurunkan asam lambung.
Menjadi binaan Semen Indonesia
Pada pertengahan 2017 lalu, ia memutuskan untuk bergambung dalam program PT. Semen Indonesia. Menurutnya banyak manfaat yang ia rasakan dari mengikuti binaan ini, mulai dari terbukanya pasar, hingga pinjaman modal.
“Saya mengajukan peminjaman modal, Rp 10 juta, uang itu saya gunakan untuk menambah fasilitas peternakan cacing, mulai dari tempatnya dan alat-alatnya,” ujar dia.
Sebelum mengikuti program ini, ia mengaku penjualannya masih berdasarkan by order saja, dalam sebulan hanya 15 pcs saja yang terjual, namun setelah memilih menjadi binaan, prodaknya kini mengalami lonjakan.
“Untuk kemasan 150 gram bisa sampai 25-30 pcs laku per bulannya, itu stabil dan mulai mengalami peningkatan,” kata dia.
Hasil itu didapatkannya setelah mengikuti beberapa gelaran pameran yang dihelat oleh Semen Indonesia. Dari pameran itulah, produknya kini mulai menemukan ‘pasarnya’. Artinya, kata Rasadadi, pasar itu yakni adalah orang-orang yang memang percaya dengan khasiat obat-obat tradisional.
Kendati demikian, ia berharap Semen Indonesia bisa membantunya untuk memberikan pemahaman ke masyarakat tentang produk kopi cacingnya. Sebab, menurutnya, kini masyarakat masih dalam bayang-bayang stigma negatif tentang cacing.
“Memang susahnya, masyarakat sudah mempunyai stigma negatif soal cacing, padahal, mereka kan gak tau jenis-jenisnya, warnanya, kan gak tau yang kami produksi seperti apa khasiat dan manfaatnya, yang dia tahu kan bentuknya seperti itu,” kata dia.
Melawan stigma masyarakat
Ia mengaku, hingga kini dirinya masih saja menemukan kesulitan dalam memasarkan produknya. Sebab, stigma masyarakat yang sudah dulu jijik mendengar kata cacing. “Ya namanya orang baru lihat cacing itu sudah mikir negatif dulu,” kata pria kelahiran 6 Juni 1980 ini.
Padahal, kata Rasdadi, cacing jenis Lumbritus Rubellus yang diternaknya adalah jenis cacing yang tak sembarangan, beda dengan cacing tanah. Mulai dari media ternaknya, ia menggunakan ampas sagu. Lalu, untuk pakannya, cacing ternakannya ini sehari-harinya diberi makanan buah dan ampas tahu, yang terjaga pula kualitasnya.
Cacing itu harus melewati proses sterilisasi terlabih dahulu, memakan waktu berminggu-minggu, sebelum dihaluskan cacing itu harus diberi susu fermentasi agar semua kotoran di tubuhnya hilang, hingga berubah warna menjadi bening, barulah diproses menjadi bentuk serbuk. Cacing yang sudah menjadi serbuk ini kemudian dicampur dengan kopi.
“Untuk menghilangkan amis dari cacing ini kami menggunakan kunyit. Awalnya jahe, tapi jahe meninggalkan rasa pedas, makanya kami menggunakan kunyit,” ujarnya.
Untuk harga, Lumbrifit Coffee ini dipatok mulai Rp 15.000 sampai Rp 25.000 saja per kemasanya. Selain kopi, Rasdadi juga memproduksi varian dodol, dan kapsul, yang bahan dasanya juga memakai cacing Lumbritus Rubellus. (frd)
Advertisement