Luhut Sebut Industri Sawit Topang Perekonomian Indonesia
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan terima kasih kepada industri sawit Indonesia. Sebab, di saat sektor lain melemah, industri sawit menjadi tulang punggung dan penyelamat perekonomian nasional.
“Terima kasih Industri sawit telah menjadi penopang utama perekonomian Indonesia terutama di masa pandemi saat ini,” kata Luhut Panjaitan saat memberikan keynote speech pada konferensi minyak sawit terbesar dunia IPOC (Indonesian Palm Oil Conference) 2020 yang diselenggarakan secara virtual, Kamis 3 Desember 2020.
Luhut menyampaikan, industri sawit kembali membuktikan sebagai sektor usaha yang dengan kinerja terbaik dibandingkan sektor bisnis lain. Di tengah pandemik, ekspor minyak sawit tetap positif meski ada penurunan permintaan di beberapa negara tujuan ekspor. Hingga September 2020, nilai ekspor sawit mencapai USD 13,84 miliar.
Luhut memastikan bahwa pemerintah akan selalu mendukung terciptanya kepastian berusaha di sektor sawit. Kepastian berusaha itu diharapkan semakin baik melalui UU Cipta Lapangan Kerja. “Dalam UU tersebut diatur aspek tata kelola lahan, perizinan bagi industri sawit, dan kemitraan antara perusahaan dengan petani sawit,” katanya, dalam siaran pers yang diterima Ngopibareng.id.
Semua aturan dalam UU Cipta Lapangan Kerja tersebut, kata Luhut, untuk menciptakan kepastian dan kemudahan berusaha serta iklim investasi yang kondusif. “Diharapkan investasi pada industri sawit, baik di hulu dan di hilir akan semakin meningkat dengan adanya UU Cipta Lapangan Kerja dan peraturan turunannya,” tutur Luhut.
Di sisi lain, Luhut juga menyampaikan tantangan yang masih dihadapi industri kelapa sawit yaitu kampanye negatif baik di dalam maupun luar negeri. Mengingat pentingnya industri ini bagi Indonesia., Luhut berharap agar seluruh pihak bekerja sama untuk memerangi informasi negatif tentang sawit. Luhut juga menekankan pentingnya tata kelola industri sawit yang berkelanjutan.
“Saya mengapresiasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang telah secara konsisten mempromosikan dan mengkampanyekan industri kelapa sawit Indonesia,” tegas Luhut.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum KADIN bidang Agribisbnis, Pangan dan Kehutanan Franky O. Widjaja menambahkan bahwa industri sawit tidak hanya menopang perekonomian. Industri sawit juga mendorong kesejahteraan rakyat sebagai sektor yang padat karya. Ia membeberkan setidaknya 16 juta masyarakat Indonesia bergantung hidup terhadap industri sawit, baik langsung maupun tidak langsung.
Selain itu dengan peningkatan populasi dunia dan permintaan pasar akan minyak nabati, Franky mendorong industri sawit untuk menopang ketahanan pangan dunia. Ia menjelaskan sawit sebagai minyak nabati yang paling produktif dan efisien dibandingkan minyak nabati lainnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar dunia.
Minyak sawit memproduksi setidaknya 5 ton per hektar per tahun sehingga hanya membutuhkan 40 juta hektar untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia. Sementara itu, kedelai dengan produksi rata-rata produksinya 0,45 MT/ha/tahun maka membutuhkan 445 juta hektar lahan, dan kanola yang produksi rata-ratanya 0,78 MT/ha/tahun membutuhkan lahan seluas 290 juta hektar.
Dengan potensi yang besar, Franky meyakini industri sawit Indonesia mampu memenuhi pangsa pasar domestik juga dunia terlebih jika terus mampu meningkatkan produktivitas.