Luca Marini Kalah di Kecepatan, Gara-gara Berat Badan?
Luca Marini (Mooney VR46 Racing Team) galau. Karena melihat data kecepatan motornya berbeda jauh dengan Ducati lainnya.
Marini mampu mencatatkan waktu lap yang baik di sesi latihan. Namun, saat balapan, ia selalu kehilangan posisi. Saat GP Qatar, Marini start dari P17. Lantas di Indonesia start dari P13.
Sedangkan di Argentina start dari grid ke-3 dan di Austin start dari P11. Sedangkan finis-nya, Marini berada di peringkat 13, 14, 11, dan 17 (Qatar, Indonesia, Argentina, dan Amerika).
“Menurut saya, motornya telah meningkat sejak balapan pertama, tetapi pembalap Ducati lainnya berkembang lebih banyak lagi,” ujar Marini.
Adik Valentino Rossi ini menggunakan motor yang sama dengan pembalap tim pabrikan Ducati dan Pramac Racing, yakni Desmosedici GP22.
“Ketika saya tampil sendiri, motor tidak terasa lambat. Tetapi saat membandingkan data, terlihat bahwa saya kehilangan sebagian besar waktu di sektor lurus. Kami tidak tahu mengapa. Kami telah mencoba setelan elektronik berbeda, namun kami belum menemukan solusi,” katanya.
Dengan tinggi 184 centimeter, Luca Marini adalah salah satu pembalap paling tinggi di MotoGP saat ini. Beratnya 69 kilogram.
Sebagai perbandingan pemuncak klasemen sementara Enea Bastianini (Gresini Racing), yang juga mengendarai Ducati, berpostur 168 cm dan bobot 64 kg.
Lantas, apakah postur yang tinggi membuat Marini kesulitan soal kecepatan? “Saya tidak berpikir soal postur karena ini bukan masalah aerodinamika. Saya kalah dari gigi satu hingga lima. Di gigi enam tidak ada masalah,” tukasnya.
Perkiraannya mengarah ke faktor lain. “Mungkin ini masalah bobot. Saya mungkin empat, lima kilogram lebih berat. Apalagi jika dibandingkan dengan Enea Bastianini atau Jorge Martin (168cm/62kg),” imbuhnya.
Setelah empat balapan, Marini menempati peringkat ke-17 dalam klasemen sementara dengan raihan 10 poin.
Marini berharap bisa mendulang lebih banyak poin pada balapan MotoGP di Eropa. Dimulai dengan GP Portugal akhir pekan nanti.