Lubang Misterius di Sukabumi Terus Melebar
Diameter lubang misterius yang ditemukan di tengah sawah warga di Kampung Legoknyenang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat terus meluas, yang awalnya hanya enam meter sekarang jadi tujuh meter.
"Kami khawatir lubang yang berada di tengah sawah di RT 05 RW 02, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit terus melebar hingga ke perkampungan warga karena jarak lubang ke permukiman dekat hanya sekitar 20 meter," kata salah seorang warga sekitar, Yogi Prayoga di Sukabumi, Selasa.
Ia menduga diameter lubang tersebut meluas pada saat subuh atau malam hari padahal tidak turun hujan sama sekali. Bahkan, garis polisi yang dipasang Polres Sukabumi Kota di lokasi ditemukan ada yang rusak padahal warga sekitar sudah melakukan penjagaan.
Hingga saat ini masih banyak warga yang datang untuk melihat kondisi lubang itu, dan pihaknya sudah mengingatkan agar tidak mendekat karena tanahnya masih labil dan terasa getaran yang tidak menutup kemungkinan akan ambles lagi.
Saat ini kedalaman lubang tersebut masih tetap sekitar enam meter.
Sementara, Camat Kadudampit Jenal Abidin mengatakan pihaknya sudah dihubungi oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk melakukan pemeriksaan penyebab tanah tersebut bisa amblas.
"Tim PVMBG sudah masuk ke Sukabumi dan rencananya akan langsung melakukan pemeriksaan," tambahnya.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebelumnya mengtakan lubang berbentuk oval di Sukabumi terbentuk karena amblasnya tanah akibat terowongan tanah yang tergerus oleh aliran air.
"Adanya saluran air di bawah tanah bisa memicu erosi dan menyebabkan tanah amblas. Lokasi terjadi pada lahan sawah, terletak di atas terowongan tanah dan dialiri air dibawahnya," kata Kepala Tim Peninjauan Badan Geologi, Rustam, Senin.
Ia menjelaskan menurut informasi warga terowongan itu sengaja dibuat untuk mengalirkan air dari Sungai Cigalunggung, namun hasil penyelidikan sementara Badan Geologi menunjukkan terowongan tersebut terbentuk secara alami, bukan buatan manusia.
Di peta geologi regional, lokasi amblasan berada pada formasi batuan gunung api Gede yang pada umumnya bersifat mudah lapuk.
"Saya cenderung ini proses geologi karena ada vulkanik muda, batu yang mudah larut. Tapi karena deras air ini sudah lama puluhan tahun, maka muncul seperti ini (terowongan). Saya cenderung ini alami proses geologi," katanya.
Dari hasil peninjauan, terowongan tanah tersebut tidak memiliki konstruksi penguat pada dinding dan atapnya, hingga membuat sedikit demi sedikit tergerus oleh aliran air hingga akhirnya amblas.
"Karena terus tergerus menyebabkan adanya rongga bawah tanah yang semakin membesar dan tidak kuat menahan beban tanah di atasnya," ujar Rustam.
Amblasan tanah di Kampung Legoknyenang, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, tersebut berbentuk oval dengan panjang 6,5 meter, lebar empat meter dengan kedalaman enam meter.
Sementara ukuran terowongan tanah yang menyebabkan tanah amblas panjangnya sekitar 50 meter dengan tinggi mulut terowongan 3,2 meter dan lebar 2,5 meter. Terowongan itu memanjang dari arah barat laut menuju tenggara ke Sungai Cigalunggung.
Guna menghindari adanya amblasan lain, menurut Rustam, dinding dan atap sepanjang terowongan tanah tersebut perlu diperkuat agar tanah di atasnya tetap stabil.
"Langkah awalnya perlu dilakukan pembersihan sumbatan tanah amblasan pada terowongan agar aliran air tetap terjaga dan tidak terjadi akumulasi dan luapan air," katanya.
Ia juga mengimbau warga tidak berada terlalu dekat dengan lokasi amblasan guna menghindari terjadinya perluasan amblasan akibat pelapukan.
"Masyarakat tetap waspada terhadap amblasan tanah, namun tetap tidak panik maupun terlalu dekat dengan dinding amblasan," ujar Rustam. (ant)