Lontong Kikil Bu Sugeng di Ngagel Surabaya, Tulang Sumsumnya Jadi Rebutan
Lontong kikil Bu Sugeng di Jalan Mustika Ngagel Surabaya, setiap hari buka mulai pukul 03.00 WIB. Ada yang mengibaratkan sebelum ayam jago kluruk (berkokok), kikil legendaris itu sudah ditungguin oleh pelanggannya. Jangan kesiangan mampir ke warung tenda Bu Sugeng, biasanya pukul 06.45 WIB dagangannya sudah kukut (habis).
Pengunjung lebih ramai setelah salat subuh. Pelanggan yang baru pulang dari masjid, biasanya langsung berbelok ke wurung lontong kikil yang telah berumur setengah abad atau 50 tahun tersebut.
Kuah kikilnya benar-benar gurih tidak membikin eneg. Rempah-rempah pas tidak terlalu menyengat. Tekstur kikilnya pun lembut dan empuk, tidak sampai membuat gigi copot. Kuah kikilnya dikucuri jeruk nipis terlebih dahulu sebelum dilahap supaya rasanya semakin mantap.
Bagi yang suka kikil sapi, tak salah kalau kikil Bu Sugeng ini jadi pilihan. Harganya juga terhitung murah dengan porsi yang disajikan. Pengunjung bisa pesan lontong kikil saja atau kikil sama tulang sumsum.
Seporsi lontong kikil Bu Sugeng harganya Rp 33.000, kalau ingin membeli kikilnya saja cukup membayar Rp 29.000. Harganya sama kalau ditambah tulang sumsum.
Disayangkan bukanya pagi sekali, lagi enak-enaknya orang tidur. Sebab kesiangan sedikit pasti kehabisan soalnya banyak pengunjung yang membeli untuk dimakan di rumah dengan membawa baskom.
Sumber Kolestrol
Ada sebagian masyarakat yang menghindari kikil meskipun enak. Alasannya, makanan khas Surabaya yang satu ini mengandung lemak jenuh dan menjadi biangnya kolestrol
Tetapi pelanggan warung kikil Bu Sugeng berkeyakinan lain. Makan kikil dan sumsum sapi bisa menambah asupan gizi dan membuat badan lebih bugar.
Kalau kikil menjadi sumber penyakit, warung kikil Bu Sugeng ini tidak mungkin buka sampai 50 tahun lamanya.
"Saya menjadi pelanggan kikil Bu Sugeng, sejak masih muda. Sekarang umur saya sudah berkepala enam, aman-aman saja makan kikil," tutur salah seorang pelanggan.
Warga Kenjeran Surabaya yang biasa disapa Om Liem ini tetap menghormati pendapat orang lain yang menyebut kikil menjadi salah satu penyebab kolestrol.
Penyakit yang menakutkan itu sebenarnya bisa dihindari dengan cara makan kikilnya jangan berlebihan dan jangan setiap hari.
"Dokter RS Dr Soetomo, H Agus Ali Fauzi yang merangkap sebagai dai kan bilang, makan kikil boleh yang penting jangan berlebihan. Yang membuat orang sakit itu bukan makanan, tapi pola pikir dan jiwa yang kotor, selalu berprasangka buruk dan suka membenci orang, saya patokannya itu," tutur Om Liem saat bertemu Ngopibareng.id di warung Bu Sugeng.
Om Liem sedang menghabiskan satu porsi kikil dengan bongkahan tulang kaki berisi sumsum. Untuk menikmati sumsum dalam tulang, caranya menggunakan sedotan minuman yang tersedia di setiap meja.
"Begini cara mengambil sumsumnya," ceplos Om Liem sambil memperagakan menyedot sumsum dalam tulang.
Om Liem menyebut tulang sumsum manjadi favorit di warung kikil Bu Sugeng. Hampir setiap pengunjung memesan sumsum. "Mengingat tulang sumsum jumlahnya terbatas, makanya cepat habis," ujarnya.
Pendiri Warung
Bu Sugeng sudah cukup lama tidak ikut menjaga warungnya karena faktor usia. Dia harus lebih banyak istirahat di rumah mengingat usianya sudah hampir 85 tahun.
"Bu Sugeng istirahat di rumah, buyut saya itu yang tahu ceritanya mengapa warungnya kalau buka pagi banget, selagi enak-enaknya orang tidur," ujar Biyan, cicit Bu Sugeng yang dipercaya ikut ngurusi warung kikil buyutnya tersebut.
Meskipun bukanya pagi buta, tetapi pengunjungnya selalu ramai. Lontong kikil Bu Sugeng tulang sumsumnya jadi rebutan pelanggan lama maupun baru.
Untuk mendapatkan bahan dasar kikil berupa kaki sapi, Biyan mengatakan cukup lancar karena sudah ada jaringan pemasok tetap. "Kita tinggal masak dan mbumboni (kasih bumbu)," ucapnya.
Mengenai omset, Biyan menyebut ada pasang surut dan tergantung situasi. "Kalau Sabtu dan Minggu biasanya ngegas. Untuk melayani pelanggan, dibantu oleh tetangga sendiri, rata-rata perempuan berusia di atas 45 tahun," ungkapnya.
Mereka bekerja cukup cekatan piring dan gelas tidak sampai menumpuk di meja. Kalau sudah habis, ada seorang laki-laki yang melambaikan memberi isyarat kepada pengunjung yang baru datang.
Meskipun warung kikil Bu Sugeng dekat jalan raya, bagi yang membawa mobil tidak perlu khawatir, karena tempat parkirnya cukup luas, bisa diawasi sambil menikmati lezatnya lontong kikil Bu Sugeng.
Advertisement