Lonjakan Covid-19, Jateng Minta RS Aktifkan Ruang Perawatan
Pemprov Jateng meminta seluruh rumah sakit mengaktifkan kembali ruang perawatan Covid-19. Dinkes Jateng juga mempersiapkan obat-obatan dan pelindung diri juga pelatihan bagi tenaga kesehatan. Hal ini menyusul, beberapa wilayah mencatatkan kenaikan kasus penularan virus Corona.
Sebelumnya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meminta seluruh kepala daerah di Jawa Tengah untuk siaga. Sebab prediksinya benar, dua minggu pasca lebaran, hari ini terjadi peningkatan kasus Covid-19.
"Maka ini warning (peringatkan) untuk semuanya. Saya minta semua kepala daerah hati-hati. Semua kerumunan yang sifatnya keramaian tolong dibatasi dan diperketat. Kasih peringatan dan edukasi dengan baik. Kalau tetap nekat, tutup!,” ungkap Ganjar.
Lebih lanjut, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo mengatakan, tingkat penularan Covid-19 sebelum lebaran sempat mengalami penurunan. Ini diindikasikan dengan tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit atau tempat isolasi yang rendah, di bawah 30 persen.
" Empat belas hari pasca lebaran adalah hari ini, menurut teori epidemiologi merupakan masa inkubasi adalah 2-14 hari, kalau terjadi penularan memang masa-masa kritis. Maka, satu minggu ke depan kita harus betul-betul waspada dan siap siaga, untuk mengantisipasi apabila ada lonjakan kasus," ujarnya, saat konferensi pers daring, Jumat, 28 Mei 2021 siang.
Oleh karenanya, pihaknya meminta pemerintah kabupaten atau kota mengaktifkan lagi tempat-tempat rawat Covid-19. Baik itu fasilitas isolasi mandiri, terpusat, ruang rawat dan ICU di rumah sakit.
Ia menyebutkan, hingga di minggu ke 20 peningkatan jumlah kasus penularan Covid-19, terjadi di beberapa kabupaten atau kota. Namun, ada beberapa di antaranya yang mencatatkan penurunan kasus penularan.
Di antara yang mencatatkan penurunan kasus adalah Kabupaten Semarang, Klaten, Magelang dan Blora.
"Cukup banyak yang meningkat, yang meningkat di antaranya Kota Semarang, Demak, Kendal, Kabupaten Tegal, Karanganyar, Wonogiri, Purbalingga, Kudus, Pati, Grobogan dan Jepara," sebut Yulianto.
Terkait kasus penularan Covid-19 di Kudus, Yulianto mengatakan tingkat keterisian ruang rawat inap telah mencapai 90 persen. Oleh karenanya, Dinkes Provinsi Jawa Tengah menyiapkan langkah untuk merelaksasi kondisi itu.
Di antaranya, menyiagakan rumah sakit di sekitar Kudus untuk dapat menerima rujukan pasien. Yulianto menjelaskan, saat ini telah menugaskan Rumah Sakit Wongso Negoro (RSWN) di Semarang untuk dapat merawat pasien dari Kudus dan sekitarnya.
Selain itu, pihaknya juga melatih tenaga kesehatan yang ada di dua rumah di Kudus, yakni RSUD Loekmono Hadi dan Rumah Sakit Mardi Rahayu.
"RSUD Loekmono Hadi juga meningkatkan tempat tidur hampir dua kali lipat. Rumah Sakit Mardi Rahayu juga melakukan hal serupa dan peningkatan kapasitas sumberdayanya juga kita latih untuk merawat di ruang isolasi atau di intensive care unit," urainya.
Ia juga menegaskan, seluruh lini rumah sakit di Jateng siap menangani pasien Covid-19. Yulianto memaparkan, jumlah rumah sakit lini pertama ada 13 unit, lini dua 63 unit dan rumah sakit lini ke tiga berjumlah 162 unit.
Yulianto menjelaskan, pembagian lini tersebut berdasarkan tingkat keparahan pasien yang dapat dirujuk, di fasilitas tersebut. Contohnya, rumah sakit lini satu diharapkan bisa merawat mereka dalam kondisi kritis. Sedangkan, kalau mereka yang sakit sedang atau ringan, dapat dirawat di rumah sakit lini satu atau dua.
"Semua rumah sakit harus melayani rumah sakit dari mana saja. Tidak boleh misal rumah sakit Kariadi hanya orang Semarang, atau RSWN hanya layani yang Semarang. Jangan takut kalau BOR (Bed Occupancy Reate) tinggi dianggap jelek," pungkas Yulianto.