Lomba Membuat Maskot, Mars dan Jingle Jelang Pilwali Surabaya
KPU (Komisi Pemililihan Umum) Kota Surabaya akan mengadakan lomba membuat maskot, mars dan jingle untuk menyambut pemilihan Wali Kota Surabaya 2020.
Tujuan dari lomba ini adalah untuk lebih meningkatkan partisipasi mayarakat dalam Pilwali Surabaya yang akan berlangsung 23 September tahun depan. Pada pemilihan wali kota tahun 2015, partisipasi warga Surabaya untuk datang ke TPS cuma 51,34 persen atau 1,1 juta pemilih. KPU Surabaya berharap pada Pemilihan Wali Kota Surabaya tahun depan jumlah pemilih meningkat hingga mencapai, atau setidaknya mendekati angka 77,5 persen sebagaimana dipatok KPU Pusat.
Sebagai persiapan dari lomba maskot, mars dan jingle Pilwali Surabaya itu, hari Rabu pagi KPU Surabaya mengundang 25 seniman, musisi, akademisi serta wartawan dalam suatu focus group discussion (FGD) di hotel Grand Darmo, Surabaya. Mereka diundang untuk menghimpun masukan tentang hal-hal mengenai materi lomba.
“Karena pilwali bukan milik penyelenggara dalam hal ini KPU, maka kami berusaha melibatkan para seniman dalam FGD ini, yang out put-nya nanti akan kita dengungkan bersama,” kata Nur Syamsi, Ketua KPU Kota Surabaya. “FGD ini juga bagian tidak terpisah dari seluruh proses penyelenggaraan Pilkada yang partisipatif,” tambahnya.
Menurut komisioner KPU Surabaya, Bairi, tanggal 19 Desember ini lomba sudah akan diumumkan kepada masyarakat. “Terus terang waktu yang tersedia sangat singkat, karena tanggal 30 Desember sudah dilakukan penjurian dan besoknya, persis malam tahun baru akan kita umumnya para pemeangnya,” kata Subairi yang menyebut jumlah total hadiah adalah Rp 90 juta.
Gogot Cahyo Baskoro, komisioner KPU Jatim yang memandu FGD berharap KPU Kota Surabaya dapat menyelesaikan proses lomba membuat maskot, mars dan jingle ini sesuai jadwal yang telah ditetapkan karena agenda dan tahapan-tahapan pilkada sediri juga padat.
“Anggaran untuk KPU Kota Surabaya dalam pilkada serentak 2020 adalah terbesar di Jatim, yaitu Rp 101 miliar. FGD yang diadakan KPU Kota Surabaya hari ini adalah pertemuan pertama dengan masyarakat, diharap partisipasi masyarakat pada hari pemungutan suara juga akan meningkat,” kata Gogot Cahyo Baskoro.
Dalam diskusi, antara lain dibahas beberapa materi misalnya ada yang mengusulkan materi maskot mengangkat flora atau fauna khas Surabaya, misalnya semanggi, atau bahkan kembang tabebuya yang sedang trend. Maskot juga diharapkan dapat fleksibel, tidak mati tetapi bisa berubah posisi sesuai dengan kebutuhan. Apa saja yang didiskusikan dicatat oleh KPU Surabaya sebagai masukan sebelum lomba diumumkan beberapa hari lagi.
Berapa durasi dari mars dan jingle juga dibahas bersama, karena soal durasi ini amat penting, apalagi ketika mars atau jingle yang muncul sebagai pemenang sudah dilaunching di masyarakat.
Hasil dari lomba maskot, mars dan jingle ini khusus untuk Pilwali Surabaya 2020. Tahun 2025 kalau ada pilwali, ya diadakan lomba lagi. Jadi, agar tidak seperti barang sekali pakai langsung dibuang, kenapa tidak dibuat saja maskot, mars dan jingle untuk Pilwali Kota Surabaya yang permanen? Kan lebih hemat, tanya seseorang? (nis)
Advertisement