Lomba Makan Kerupuk Agustusan, Emak-emak yang Penting Happy!
Beragam perlombaan sudah menjadi tradisi setiap menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI. Sejak awal Agustus lalu, panitia sudah sibuk menggelar perlombaan di kampung, kompleks, sekolahan hingga perkantoran.
Yang heboh tentu perlombaan di kampung-kampung. Peserta mulai dari anak-anak, remaja, bapak hingga emak-emak. Mereka ikut lomba makan kerupuk, ketangkasan lari sambil membawa tampah di kepala, memasukkan bendera ke dalam botol, merias wajah dengan mata tertutup dan masih banyak lagi lainnya.
Ketika emak-emak heboh lomba, anak-anaknya jadi suporter yang menyemangati. "Buat menghibur diri, dan menghilangkan stres setelah mengurusi dapur yang tidak ada habisnya. Ikutan lomba bisa bercanda dengan emak-emak lainnya," ujar seorang ibu saat mengikuti lomba makan kerupuk di kampung Manyar Sabrangan, Surabaya Timur, Sabtu 12 Agustus 2023 malam.
Lomba makan kerupuk ini tak pernah terlewatkan. Selalu ada di setiap perlombaan tujuh belasan karena menyenangkan. Caranya, sejumlah kerupuk sesuai dengan jumlah peserta digantung tali. Para peserta pun berlomba-lomba memakan kerupuk itu dengan berdiri tanpa boleh memegangnya dengan tangan. Perlombaan ini tergolong seru. Siapa yang cepat menghabiskan kerupuk, dia lah pemenangnya.
Di balik serunya lomba makan kerupuk itu ada sejarah yang melatarbelakangi. Dikutip dari akun Instagram Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) disebutkan, kerupuk adalah salah satu makanan pelengkap utama di Indonesia sejak 1930-an hingga 1940-an.
Waktu itu Indonesia mengalami krisis sehingga harga kebutuhan pangan melonjak. Akibatnya, banyak masyarakat menengah ke bawah yang tidak bisa membeli kebutuhan makan.
Buntut krisis itu kemudian membuat makanan kerupuk menjadi penyambung hidup masyarakat karena harganya yang terjangkau.
Pada 1950-an, sejumlah perlombaan mulai bermunculan dalam rangkaian acara memperingati HUT RI pada 17 Agustus. Makanan kerupuk kemudian menjadi salah satu yang diperlombakan.
Perlombaan makan kerupuk dahulu menjadi hiburan rakyat setelah masa perang. Selain itu, perlombaan ini juga menjadi pengingat akan masa-masa sulit ketika perang.
Sejarawan kuliner dan penulis buku 'Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia', Fadly Rahman mengatakan, pada masa agresi militer di tahun 1945 hingga 1950-an, rakyat masih sibuk memperjuangkan kemerdekaan.
Masyarakat kala itu tidak sempat merayakan kemerdekaan dengan berbagai kemeriahan. Sehingga, berbagai perlombaan baru muncul pada 1950-an ketika kondisi politik dan keamanan negara mulai kondusif.
Lomba makan kerupuk kemudian dipilih karena kerupuk identik dengan makanan rakyat kecil terutama saat masa-masa peperangan. Kerupuk biasa dimakan oleh masyarakat dengan strata sosial bawah.
Daya bertahan hidup rakyat Indonesia saat itu menjadi makna yang terus diingat. Hal inilah yang mendasari mengapa ada lomba makan kerupuk. Tujuannya untuk mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa di masa peperangan, kondisi rakyat sangat memprihatinkan.
Makna lain yang bisa diambil adalah pelaksanaan lomba makan kerupuk yang penuh tantangan. Peserta perlu berjuang agar bisa menghabiskan kerupuk yang digantung tanpa bantuan tangan.
Tantangan itu ibarat sebagai pengingat para pahlawan yang berusaha merebut Indonesia dari penjajahan. Yang mana pada masa itu para pahlawan mengalami banyak tantangan bahkan nyawa menjadi taruhan.
Pengamat sosial Universitas Indonesia (UI) Devi Rahmawati, berpandangan, lomba menjelang peringatan HUT Kemerdekan, sudah menjadi tradisi. Tapi akan lebih baik kalau lomba Agustusan dipilih yang mempunyai nilai pendidikan, disamping hiburan terutama bagi anak-anak. Seperti menggambar, baca puisi, bercerita bertemakan kemerdekan.
Faktor keselamatan peserta lomba Agustusan harus tetap menjadi perhatian. "Jangan karena memburu hadiah keselamatan terabaikan, panitia lomba tidak boleh lupa soal keselamatan ini," pesan Devi saat dihubungi Ngopibareng.id, Minggu 13 Agustus 2023.
Advertisement