Loka Penelitian Sapi di Grati Kembangkan Sapi Belgian Blue
Guna mendongkrak produksi daging di dalam negeri serta mendukung program 'Upaya Khusus Percepatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting' (UPSUS SIWAB), Kementerian Pertanian melakukan pengembangan sapi Belgian Blue di 11 UPT. Salah satunya di Loka Penelitian Sapi Potong yang ada di Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan.
Sapi yang mempunyai karkas 20% lebih tinggi dari umumnya tersebut berhasil dikembangkan melalui proses Inseminasi Buatan (IB). Hasilnya, sudah ada 1 pedet jantan dengan material genetik breed Belgian Blue yang lahir pada 8 maret 2019 lalu.
Kepala Loka Penelitian Sapi Potong, Dicky Pamungkas mengatakan, anak sapi tersebut merupakan pedet Belgian Blue hasil inseminasi buatan (IB) dengan akseptor sapi peranakan ongole (PO). Anak sapi itu diberi nama “POBB” yang merupakan singkatan dari Peranakan Ongole Belgian Blue.
“Pedet ini lahir secara normal denga berat 37 kg; tinggi depan (TD) 75 cm; tinggi belakang (TB) 81 cm; lingkar dada (LD) 75 cm; dan panjang badan (PB) 68 cm. Saat ini sudah berada di kandang bersama dengan induknya,” kata Dicky saat mengawasi proses feeding sapi-sapi yang berada di bagian belakang loka sapi tersebut.
Menurut Dicky, teknologi IB dilakukan dengan menggunakan semen beku sapi BB yang diimpor dari Belgia pada tahun 2018 sebanyak 1000 straw. Dari keturunan IB, diharapkan akan dihasilkan keturunan sapi Belgian Blue dengan komposisi darah 50%.
“Keturunan ini akan di-IB dengan semen beku Belgian Blue dan akan dihasilkan keturunan sapi Belgian Blue dengan komposisi darah BB 75%,” jelasnya.
Pengembangan sapi Belgian Blue di Indonesia, termasuk di Loka Penelitian Sapi Potong telah melalui dua cara, yaitu teknologi IB (inseminasi buatan) dan TE (transfer embrio). Teknologi TE dilakukan dengan menggunakan embrio yang berasal dari Belgia. Hanya saja, dari 25 straw embrio, semuanya masih belum berhasil dikembangkan.
“Agak kesulitan, ketika ada faktor migrasi bertemuanya embrio dengan organ internal sapi PO, kurang bisa match dari 25 straw embrio, masih belum terjadi kebuntingan. Kalaupun berhasil, secara nasional 80% fisik sudah mirip tetuanya, termasuk bobot daging yang bisa mencapai 2 ton ketika sudah dewasa,” terang Dicky.
Saat ini sudah ada sekitar 6 betina yang tengah bunting. Diperkirakan, bulan juni mendatang akan ada kelahiran kembali.
“Induk yang lain masih ada yang bunting, Juni akan ada yang melahirkan. Dari hasil IB, pedet ini punya ciri-ciri warna belang cokelat plus bintik-bintik putih, 50% pengaruh dari induk dan straw 50% dari pejantan. Semoga terus berkembang, karena per harinya naik 1 kg,” ungkap Dicky. (emil)
Advertisement