Logo Halal Masih Ada di Restoran di Tiongkok, Kata Aktivis NU
Wakil Rais Syuriyah PCINU Tiongkok, Fahmi Rizanul, mengatakan tidak ada kehebohan penghapusan logo halal di Tiongkok.
Otoritas di Beijing dikabarkan memerintahkan restoran dan toko untuk menghapus logo halal dalam bahasa Arab dan simbol-simbol yang terkait dengan Islam.
"Menurut saya biasa saja menanggapi berita begitu. Sejak saya datang ke China tahun 2015 lalu, simbol 清真 'Qingzhen' dan 'HALAL' dua-duanya itu sudah sering ditemui di warung-warung muslim atau di produk makanan kemasan. Mau pakai 清真 atau 'HALAL' sama-sama menandakan warung tersebut menyediakan menu untuk muslim (tidak menu babi)," kata Fahmi, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Kamis 1 Agustus 2019.
Fahmi menerangkan, qingzhen dan halal punya makna yang sama. Dia memberi contoh dalam penggunaan kata 'salat' dan 'sembahyang'.
"Maksudnya sama saja, dan muslim China lebih familiar dengan istilah qingzhen," tuturnya.
Fahmi mengatakan sempat mendatangi restoran-restoran makanan halal di Beijing. Dia menemukan logo halal dalam tulisan Arab masih ditemukan di Sanlitun Chaoyang Distrik dan Western Mahua Beijing yang merupakan warung cepat saji yang memiliki cabang di seluruh China dan buka 24 jam.
Dia juga mengaku belum mengetahui adanya informasi resmi dari pemerintah terkait perintah tersebut.
"Soal isu pelarangan pemakaian halal tulisan Arab dan bentuk kubah perlu ditelaah lebih lanjut, kami yang di Beijing belum tahu dan dapat official information dari pemerintah China. Resto halal di Beijing mudah ditemui di mana-mana dan sampai hari ini tulisan halal ala Arab masih mudah ditemui," tuturnya.
"Soal isu pelarangan pemakaian halal tulisan Arab dan bentuk kubah perlu ditelaah lebih lanjut, kami yang di Beijing belum tahu dan dapat official information dari pemerintah China. Resto halal di Beijing mudah ditemui di mana-mana dan sampai hari ini tulisan halal ala Arab masih mudah ditemui," tuturnya.
Memang, ada kabar otoritas di Beijing dilaporkan telah memerintahkan restoran-restoran dan kedai makanan halal untuk menghapus logo halal dalam bahasa Arab dan simbol-simbol yang terkait dengan Islam.
Disebutkan, para pekerja pemerintah dari berbagai kantor menyuruh seorang manajer toko mie di Beijing untuk menutup tulisan "halal" dalam bahasa Arab di papan logo tokonya. Mereka menunggu di tempat untuk menyaksikan manajer tersebut saat melakukan hal itu.
"Mereka bilang ini budaya asing dan Anda harus menggunakan lebih banyak budaya China," ujar manajer yang tak mau disebutkan namanya seperti dikutip Reuters, Rabu 31 Juli 2019.
Kampanye terhadap tulisan bahasa Arab dan gambar-gambar Islam ini menandai fase baru dari upaya yang telah meraih momentum sejak tahun 2016, yang dimaksudkan untuk memastikan agam-agama sesuai dengan budaya China arus utama.
Kampanye tersebut termasuk penghapusan kubah-kubah gaya Timur Tengah di banyak masjid di seluruh negeri demi pagoda-pagoda bergaya China. (*)