Logistik dan Distribusi Vaksin Covid Gak Murah dan Gak Mudah
Logistik dan distribusi vaksin COVID-19 tidak murah dan tidak mudah. Sebab vaksin itu, bila telah berhasil diproduksi, memerlukan penyimpanan secara khusus dan harus didistribusikan ke seluruh Indonesia.
Vaksin ini harus disimpan dalam suhu minus, ada minus dua, minus tujuh dan itu dari bagi Indonesia berarti tantangannya luar biasa dari sisi logistik,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, di Jakarta, Senin.
Pemerintah telah mencadangkan anggaran untuk kebutuhan logistik dan distribusi vaksin COVID-19 dalam tahun jamak atau multiyear. “Untuk anggarannya saya sediakan untuk tahun ini maupun tahun depan secara bertahap,” katanya.
Kementerian Kesehatan membuat perencanaan di semua provinsi di Tanah Air terkait vaksinasi termasuk prioritas utama yang akan mendapatkan vaksin.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan pemerintah menyiapkan anggaran pembayaran uang muka vaksin untuk tahun ini sebesar Rp3,8 triliun.
Selain itu, pemerintah juga menganggarkan anggaran vaksin tahun jamak sebesar Rp37 triliun.
Kemudian, tokoh masyarakat, tokoh agama hingga perangkat daerah sebanyak lima juta orang, tenaga pendidik mulai dari Pendidikan Anak Usia Dinia (PAUD), TK, SD, SMP hingga dosen perguruan tinggi swasta dan negeri sebanyak 4,3 juta.
Pemerintah telah menyusun prioritas penerima untuk vaksinasi total mencapai 160 juta di antaranya tenaga medis, TNI/Polri, aparat hukum sebanyak 3,5 juta orang.
Selanjutnya, aparat pemerintah pusat dan daerah serta legislatif sebanyak 2,3 juta orang, dan penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan sebanyak 96 juta orang dengan jumlah semuanya mencapai 102 juta orang.
Sementara itu, PT Bio Farma menyatakan akan mampu memproduksi sekitar 16 juta -17 juta dosis vaksin COVID-19, dari kerja sama pengadaan dan pengembangan vaksin dengan perusahaan farmasi China, Sinovac Biotech Ltd.
"Kira-kira sekitar 16 juta sampai 17 juta dosis per bulan yang bisa kita produksi tapi ini juga nanti tergantung dari ketersediaan atau waktu suplai dari Sinovac," kata Corporate Secretary PT Bio Farma, Bambang Heriyanto di Jakarta, Senin.
Bambang menuturkan Bio Farma memiliki kapasitas untuk memproduksi sebanyak 250 juta dosis vaksin per tahun.
Dia menuturkan komitmen sementara saat ini vaksin yang disuplai dari Sinovac adalah sebesar 260 juta dosis.
Bio Farma akan memulai produksi vaksin tersebut secara bertahap jika sudah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). (ant)