Liverpool dan Man City, Mana Jersey yang Lebih Enak Dipakai?
Malam itu terasa istimewa. Ketika melihat sosok gadis mungil dari pintu kedatangan Ultimate Soekarno-Hatta International Airport, Cengkareng. Di sela-sela penumpang lain yang baru saja mendarat dari Dubai.
Selain kangen karena lima bulan tak bertemu, malam itu ia datang dengan membawa oleh-oleh khas bagi penggemar liga Inggris. Apa itu? Jersey Liverpool FC dan Manchester City. Tentu jersey asli.
Saya menjemput kedatangan anak kedua saya itu bersama si sulung yang hari itu sedang ulang tahun. Yang bersamaan dengan hari perkawinan kami. Itulah yang membuat hari itu terasa sangat istimewa.
Si anak kedua yang baru tiba dari Inggris pun mendedikasikan hadiah jersey dua klub besar itu sebagai hadiah weeding anniversary. Untuk ayahnya. Ia juga telah menyiapkan hadiah juga untuk ibunya. Yang saya tidak boleh tahu isinya.
Sesampai di hotel, hadiah jersey Liverpool dan Man City pun diserahkan. Saya punya kebiasaan langsung mencoba atau merasakan hadiah yang diberikan orang. Kalau bisa di depan yang memberinya. Untuk membahagiakan si pemberi.
Jersey Liverpool yang pertama saya coba. Yang punggung nomor 11. Dengan nama M Salah. Pemain asal Mesir yang menjadi salah satu mesin gol The Red. Yang jika lari kayak orang kesetanan. Yang kalau mengecoh pemain lawan begitu cantiknya.
Kaos jersey warna merah itu begitu nyaman saat dikenakan. Lembut kainnya. Terasa pas lingkar leher dan melekat di badan.
Beberapa saat saya pakai dengan penuh kebanggaan. Meski saya disebut sebagai "mualaf" oleh para Liverpoolian.
Karena sudah tengah malam sempat ingin memakai jersey merah itu untuk tiduran. Tapi begitu mendengar cerita berapa harganya, ada perasaan eman.
Masak jersey asli dan mahal (untuk ukuran di Indonesia) kok dipakai tiduran.
Saya pun mencoba jersey Menchester City warna biru muda. Yang di dadanya ada logo besar Etihad Airways. Di atas sebelah kiri ada logo Manchester City dan tulisan 125 Years.
Di sebelah kanan ada logo Puma Melompat. Produsen Sport Fashion raksasa dunia.
Wuik..., The Citizen sudah berdiri sejak 125 tahun lalu? Ya. Klub papan atas yang kini dimanajeri Pep Guardiola ini sudah ada sejak 1894.
Inisiatornya seorang perempuan. Anna Connell namanya.
Ia adalah putri Arthur Connel yang saat itu baru saja diangkat sebagai Kepala Gereja St. Mark's. Di West Gorton, sebuah kota kecamatan bagian timur Manchester.
Ketika itu kota kecamatan tersebut punya tingkat kejahatan dan pengangguran yang tinggi. Anna Connel lantas membentuk asosiasi yang mendorong para pemuda paroki berolah raga.
Ia berpikir dengan olah raga akan menyatukan dan mengurangi kejahatan di kotanya. Ia pun mendirikan St Mark's (West Gorton) yang main pertama Nopember 1880. Baru tahun 1894 berganti nama Menchester City.
Begitulah, sejak dulu olah raga termasuk bola sudah menjadi salah satu alat untuk membangun sebuah kota. Sejak ratusan tahun lalu. Di kawasan Eropa.
Karena itu, kalau ada pemimpin kota yang tidak punya perhatian terhadap pengembangan bola bisa disebut tak melihat sejarah. Juga pentingnya untuk menyatukan warga kota.
Manchester City yang didirikan putri kepala gereja ini sekarang menjadi milik Sheikh Mansoer bin Zayed Al Nahyan, keluarga Raja Abu Dhabi.
Tahun lalu menjadi juara Liga Inggris. Mengungguli klub sekotanya Manchester United yang juga pernah menjadi juara liga.
Kembali ke jersey Manchester City. Nissa Lilia Ashari, putri kedua saya, membeli jersey itu di club store di Stadion Etihad.
Saat itu sedang ada pertandingan home yang ia tak tahu melawan klub mana.
"Saya sempat malu karena keliru minta kaos dengan nomor punggungnya M Salah di Etihad. Penjaga tokonya langsung bilang M Salah pemain Liverpool, bukan Manchester City," katanya sambil tertawa.
Ia sempat menelpon saya atas peristiwa konyol itu. Tentu sambil bersungut-sungut. Maklum, ia memang bukan penggemar bola.
Setelah berkonsultasi, ia pun membelikan jersey dengan nomor punggung 7 milik Sterling. Si imut yang juga produsen gol Manchester City.
Tak hanya itu. Usai membeli jersey Liverpool, di MRT ia berbarengan dengan fans City. Karena itu, jersey Liverpool ia sembunyikan dalam tas. Ha...ha...
Bagaimana rasanya memakai jersey City? Meski sama-sama berukuran M, terasa lebih kecil di badan. Kainnya pun tak selembut jersey milik Liverpool yang diproduksi New Balance (NB). Yang logonya di pasang di dada kanan.
Padahal, harga jersey The Citizen jauh lebih mahal dibanding dengan jersey Liverpool. "Selisih 30 Pound Sterling," tutur anak saya.
"Kalau lagi nonton klubnya main di TV dipakai ya," tambahnya.
Malam itu, saya merasa menjadi "mualaf" Liverpoolian yang masih mencintai kekasih lama The Citizen. Boleh kan?