Literasi Digital, Cara Efektif Deradikalisasi di Media Sosial
Selama ini, pemahaman radikal tersebar luas di media sosial dengan beragam perangkatnya. Kecerdasan berkomunikasi dan bermedia sosial, sangat dibutuhkan agar tidak terjebak ajakan bertindak radikal.
Hasan Chabibie, dariPustekkom Kemdikbud, mengungkapkan pentingnya literasi digital di tengah perkembangan teknologi komunikasi dan infrastruktur internet yang massif. "Santri-santri harus cerdas bermedia sosial. Kalau tidak, akan mudah terjebak pada konsumsi konten-konten yang mengajak pada tindakan radikal, atau yang lebih parah, konten-konten palsu yang diproduksi untuk menyesatkan pembaca," terang Hasan, pada ngopibareng.id, Senin (11/12/2017).
Itulah inilah yang menjadi point penting Diskusi dan Workshop Literasi Digital untuk Santri Pesantren, dalam rangka Maulid Nabi Muhammad di Pesantren Baitul Hikmah, Depok, Jawa Barat, Sabtu-Minggu (9-10/12/2017).
Diskusi ini, selain dihadiri Hasan Chabibie (Pustekkom Kemdikbud), juga menghadirkan pembicara H. Shofiuddin (Kampus Al-Hikam, Depok), dan Munawir Aziz (LTN PBNU). Hadir juga dalam forum ini, Gus Farda (Pesantren Baitul Hikmah), aktivis mahasiswa dari UIN Jakarta, PTIQ dan IIQ Jakarta, juga jaringan santri pegiat sosmed dari AIS Nusantara.
Pada forum ini, Hasan mengusulkan pentingnya lembaga atau jaringan institusi yang mentashih kitab-kitab digital yang bertebaran di internet. "Untuk produk pengetahuan dan buku-buku umum sudah banyak yang menyediakan. Untuk kitab-kitab, karena ada penyelewengan konten karena kontestasi ideologi, ini harus ada lembaga khusus yang mentashih, kerja bareng lintas kementrian dan ormas, baik NU maupun Muhammadiyah," jelas Hasan.
Munawir Aziz, Wakil Sekretaris LTN PBNU, berharap santri kreatif untuk mencipta konten, untuk disebar sebagai wakaf pengetahuan di internet. "Dari pada kita mengutuk kegelapan, sebaiknya menyalankan lilin harapan. Membuat konten-konten yang mampu mencerdaskan pengguna internet, dari teks keagamaan, desain grafis, dan video," ungkapnya.
Selama ini, Munawir Aziz aktif dalam riset isu antar agama, dan gerakan kreatif Counter Violence Extremisme (CVE), bersama jaringan Nahdliyin dan pesantren. "Kita perlu bersama-sama mengaktifasi jaringan pesantren agar cerdas digital, yakni paham dan mau bergerak untuk kampanye damai di media sosial, membangun brand pesantren dan Islam yang moderat dan cinta damai," jelas Munawir.
Shofiuddin, Dosen Al-Hikam Depok dan peneliti gerakan HTI, mengungkapkan pentingnya bela negara di media sosial. "Santri sekarang, harus bergerak aktif di media sosial. Kita jangan hanya diam, harus melawan gerakan radikal dengan cara santun dan sistematis. Ada yang bergerak pada lini pemerintahan, ada yang di hukum, ada juga yang di media sosial," ungkap Shofi.
Workshop Literasi Digital ini, diharapkan membekali santri-santri dan mahasiswa untuk cerdas di media sosial, bergerak aktif menguatkan kampanye kreatif membangun image pesantren serta Islam yang rahmatan lil-alamin, sebagai wajah Islam di negeri ini. (adi)