Listrik Padam, Bikin Pengusaha Meradang
Pemadaman listrik yang terjadi di wilayah Probolinggo dan beberapa kota lainnya yang terjadi kemarin, ternyata disebabkan adanya gangguan pada pembangkit PLTU Paiton, Probolinggo. Pembangkit ini menyuplai listrik sebesar 70 KV.
Manager Komunikasi Hukum dan Komunikasi PLN Distribusi Jatim, Dwi Suryo Abdullah mengatakan pemadaman yang terjadi pada Rabu, 5 September 2018, kemarin selama tiga jam itu memang karena adanya gangguan pada pembangkit PLTU Paiton.
“PLTU Paiton mengalami gangguan. Bukan karena pemadaman yang direncanakan oleh PLN," kata Dwi Suryo.
Menurutnya, sejak dipadamkan, pihaknya langsung memperbaiki gangguan sehingga listrik diupayakan akan kembali normal dalam beberapa jam. Pemadaman listrik di wilayah barat Jawa Timur tidak bisa dihindari agar tidak terjadi pemadaman total di Jawa dan Bali.
"Secara SOP, secara prosedur harus lepas. Kalau tidak lepas, akan membahayakan sistem Jawa-Bali, agar tidak terjadi blackout atau padam total. Saat ini, di beberapa daerah sudah penormalan. Gardu induk sudah mulai normal tapi belum tuntas seluruhnya," katanya.
PT PLN (Persero) meminta maaf kepada seluruh pelanggan yang merasakan dampak atas pemadaman ini. "Atas nama PLN (Persero), mohon maaf atas terganggunya kenyamanan pelanggan yang diakibatkan ganguan di Paiton," kata Dwi.
Padamnya listrik PLN di sebagian wilayah barat dan timur Jawa Timur dan juga di Bali ini, tak hanya bikin warga kesusahan, tapi juga pengusaha. Salah satunya, PT Eratex Djaja, perusahaan garmen di Kota Probolinggo yang terpaksa memulangkan ribuan pekerjanya, Rabu siang, 5 September 2018.
“Kami terpaksa memulangkan sekitar 4.000 karyawan karena listrik pada Rabu siang,” ujar Manager Human Resourses Department (HRD) PT Eratex Djaja, Sahri Teigiantoro. Ke-4.000 itu merupakan pekerja yang shift pagi-sore.
Karena pemadaman terus berlanjut hingga malam hari, giliran pekerja yang shift malam juga diliburkan. Listrik di Kota Probolinggo menyala mulai pukul 20.00.
Dikatakan sebenarnya pabrik di Jalan Soekarno-Hatta itu memiliki genset sendiri. Tapi kapasitasnya kecil. Hanya mampu untuk penerangan dan keperluan kantor, tidak bisa untuk proses produksi.
Disinggung kerugian akibat proses produksi terhenti, Sahri mengaku, belum menghitungnya. “Belum kami hitung, yang jelas kami rugi karena produksi terhenti,” ujarnya.
Yang jelas, padamnya listrik secara serentak mulai Rabu siang langsung meramaikan dunia maya. Warganet (netizen) di sejumlah daerah di Jatim, memposting padamnya aliran listrik PLN. (isa)