Liponsos Overload, 200 ODGJ Dipindahkan ke Luar Jatim
Di masa pandemi ini, jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Surabaya makin banyak. Liponsos Keputih saat ini alami overload. Sebagian PMKS dikirim ke berbagai daerah di luar Jawa Timur.
Penghuni Liponsos Keputih, Sukolilo, Surabaya, saat ini mencapai 900 orang. Mulai dari orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) hingga disabilitas. Para pendamping ODGJ juga kewalahan untuk memantau aktivitas penghuni.
"Kami mencoba berkomunikasi dengan kementerian sosial (kemensos). Alhamdulillah, mulai kemarin itu ada seleksi, ODGJ mana saja yang bisa dibawa untuk direhab ke tempat lain," kata Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya Anna Fajriatin, Jumat 4 Februari 2022.
Mantan camat Gunung Anyar itu menambahkan, pemindahan ODGJ tersebut tidak asal. Sebelum berangkat, Dinsos Surabaya melakukan berbagai seleksi.
Mulai tes kesehatan, swab, dan seleksi lainnya. Seleksi dilakukan para pimpinan balai rehabilitasi. Pihaknya akan merawat ODGJ itu sampai sembuh di RS Jiwa Menur, Surabaya. Setelah sembuh, kemudian diberikan pendampingan.
"Ini yang kami referensikan sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditentukan oleh masing-masing perwakilan balai. Jadi, tidak semua, kita sendirikan di barak A, B, dan C. Mereka yang kondisinya paling parah tidak kami kirim. Khawatir berontak dalam perjalanan," katanya.
Ada 200 ODGJ dan disabilitas dikirim ke berbagai balai rehabilitasi yang ada di luar Jawa Timur. Di antaranya, Balai Rehabilitasi Prof Dr Soeharso, Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Temanggung, kemudian balai rehabilitasi di Bogor, Sukabumi, Magelang, Bandung.
Pada tahun 2021, lanjut Anna, total ada 100 ODGJ dan disabilitas yang dikirim ke berbagai balai penampungan milik kemensos. Kini sudah ada 26 ODGJ dan disabilitas yang dikembalikan ke Liponsos Keputih.
"Kita tetap berkoordinasi dan komunikasi dengan teman-teman balai itu. Pengirimannya kami lakukan bertahap. Jadi, menyesuaikan kendaraan yang disiapkan dari masing-masing balai," katanya.
Agar pelayanan terhadap ODGJ dan disabilitas terjamin, Anna akan terus berkomunikasi dengan balai-balai milik kemensos. Sebab, menurut dia, negara bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan terbaik kepada ODGJ dan disabilitas.
"Bayangkan, di Liponsos ada 800 sampai 900 ODGJ, sementara pendampingnya hanya 20 orang. Artinya, pola ini kurang maksimal. Alhamdulillah, balai di Solo mengambil 50 orang, Bogor mengambil 20 orang. Ini karena seharusnya 1:10, maksimal satu orang mendampingi enam ODGJ," katanya.
Anna menegaskan, pengiriman ODGJ dan disabilitas itu bukan karena kondisi di Liponsos Keputih yang kumuh, tapi agar pelayanan lebih maksimal. Ia mengklaim kondisi Liponsos sekarang jauh lebih bersih dan terawat.
"Kita suruh mandi, kita bersihkan tempatnya, yang sakit kita obati sampai sembuh. Kita mencoba semaksimal mungkin melayani mereka (ODGJ). Karena mereka juga manusia biasa seperti kita," kata Anna.