Lindungi Minuman Tradisonal Betawi, Bang Akhmal Pamer Khasiat Bir Pletok dan Jahe
Maraknya peredaran aneka minuman dalam kemasan mengusik hati salah seorang warga Jakarta yang biasa dipanggil Bang Haji Akhmal. Suami dr. Ervianti Abbas, Sp.
Pria Ini melihat bahwa dari minuman yang beredar di masyarakat tidak ada satu pun minuman tradisional Betawi yang bermanfaat untuk kesehatan selain menyegarkan.
Dari sini kemudian muncul ide untuk memproduksi minuman legendaris berbahan rempah-rempah yaitu ‘Bir Pletok’ dan ‘Jahe Ceria’ dalam kemasan.
Ia berpandangan, minuman tradisional warisan nenek moyang yang terbukti khasiatnya ini jangan sampai hilang. Sebab, kata Akmal, orang zaman dulu tubuhnya kuat serta tidak mudah sakit karena mengonsumsi minuman tradisional.
Akmal sendiri sengaja memilih bir pletok, untuk melestarikan minuman yang erat kaitannya dengan budaya Betawi - Jakarta.
Ide membuat minuman tradisional ini muncul dari bulan Agustus 2024 lalu. Akhmal bersama istrinya yang berprofesi sebagai seorang dokter mulai melakukan eksperimen dan eksplorasi resep dari orang tua.
Hasil eksperimennya diminum sendiri, dan dibagikan ke orang tua dan keluarga sekaligus sebagai uji kelayakan apakah cita rasa dan kualitas minuman herbal produksinya itu sudah sesuai.
"Alhamdulillah istri saya dan keluarga mendukung, supaya minuman peninggalan nenek moyang itu jangan sampai punah, tetap eksis di masyarakat," ujar Akhmal.
Kegiatan ini tidak mengurangi aktivitas Akhmal sebagai seorang jurnalis dan kesibukan istrinya seorang dokter. Kolaborasi tetap terjadi dengan baik.
“Saya lebih kepada meracik dan marketing. Sedangkan istri saya sebagai dokter bisa mengawasi dari hal higienis, kebersihan dan menjaganya agar tetap alami tanpa campuran bahan kimia.”
Akhmal mengatakan, yang membuatnya tertarik mengonsumsi jahe setelah merasakan dan mengetahui khasiatnya, apalagi setelah mengonsumsinya secara rutin.
“Seperti menghangatkan dan tambah daya tahan tubuh dalam menghadapi cuaca yang berubah,” katanya.
Nama jahe ceria dipilih karena manfaat jahe yang baik untuk kesehatan. Sedang ketertarikannya pada bir pletok, untuk meneruskan hobi dari orang tua selalu membuat minuman sehat tersebut untuk diminum bersama keluarga.
"Lihat saja istri dan ketiga anak saya sehat ceria karena minum bir pletok dan jahe ceria," ujar Akhmal sambil terbahak.
Ia mengatakan, minuman herbal yang ingin dihidupkan kembali mengandung sekitar 13 rempah pilihan, di antaranya jahe, sereh, kapulaga, biji pala, daun pandan, serta kayu secang.
“Sebagai orang Jakarta, saya merasa terpanggil melestarikan ramuan minuman daerah yang bermanfaat untuk kesehatan ini,” tuturnya.
Sejumlah manfaat bir pletok dari penelusuran berbagai informasi, termasuk dari ahli kesehatan, yakni:
Meredakan masuk angin
Menghangatkan tubuh
Melancarkan pencernaan dan peredaran darah
Redakan nyeri otot
Meredakan sakit kepala
Meminimalisir stres
Meningkatkan vitalitas dan cegah ejakulasi dini,
Obati mual dan mabuk perjalanan serta
Jaga kesehatan kognitif
Pada bulan Agustus 2024 Akhmal mulai mengkaji resep bir pletok, mencoba dan mempraktikkan atau membuatnya langsung dengan arahan orang tua.
Survei market, dilakukan dengan mempertanyakan kepada masyarakat sekitar dan pendapat dari saudara dan teman. Dari situ, mereka menganjurkan perlu adanya penjualan minuman tradisional yang lebih sehat dan bermanfaat buat tubuh.
“Segmen minuman ini mulai level anak muda hingga lansia. Dengan harapan kesadaran dan pentingnya minuman sehat semakin tinggi. Mereka yang sudah masuk usia 35 ke atas dan mengerti soal kesehatan tentu yang paling utama. Karena umumnya remaja atau anak mudah masih suka minum produk kekinian yang banyak manis dan soda,” jelasnya.
“Untuk menjaga kualitas, dari mulai membeli bahan, mencuci, meracik rempah hingga penjualan, dalam perjalanannya ia juga dibantu istri, saudara dan juga teman,” tambah Akhmal.
Sehari 100 botol per hari
Sehari ia mampu memproduksi 100 botol dengan harga Rp8 ribu/botol. Ia sengaja mematok harga murah meriah supaya bisa menjangkau segmentasi bisa lebih luas.
Meskipun pembuatan bir pletok rumit dan perlu kesabaran. Ia akan terus berusaha dan menjadi pengusaha minuman bir pletok agar eksis di zaman modern dengan segala konsekuensi.
Caranya, adalah dengan terus sosialisasi pentingnya minuman sehat dari mulut ke mulut, media sosial dan mengikuti even pameran dan lainnya.
“Saat ini juru masak adalah saya pribadi bersama dengan pengawasan istri yang juga berprofesi sebagai dokter dan bimbingan orang tua. Sehingga saya pastikan produk ini bersih, higienis karena saya dan juga keluarga mengonsumsinya,” terang Akhmal.
Untuk menghilangkan keraguan masyarakat, Akhmal sedang berusaha mendapatkan sertifikat halal. Akhmal sendiri berasal dari lingkup keluarga muslim taat, sehingga ia bisa memastikan produk ini halal, tidak ada unsur alkohol atau zat kimia yang haram (semua produk asli rempah).
Sementara itu, ia menggunakan Jahe Ceria sebagai merek dan brand bir pletok bang Haji untuk memperkuat harapan mendapat berkah dan nilai manfaat bagi masyarakat.
Sejarah Bir Pletok
Menurut laman Kementerian Kebudayaan, bir pletok sudah ada sejak era kolonial Belanda. Orang Eropa yang menetap di Jakarta sering meminum bir di waktu senggang untuk menghangatkan badan.
Tak mau kalah, masyarakat pribumi pun menciptakan minuman sendiri yang fungsinya hampir sama. Hanya saja tak mengandung alkohol. Serai dan jahe sejak dulu sering digunakan sebagai bahan untuk membuat minuman penghangat badan saat cuaca dingin. Minuman ini dulu dikemas dalam tabung bambu sebelum diminum.
Nama pletok sendiri ditambahkan berdasarkan beberapa asumsi. Pertama karena bunyi pletok yang keluar saat membuka botol wine, ada juga yang menyebut karena bunyi yang keluar dari tabung bambu karena hasil pencampuran bahan-bahannya.
Kedua karena bunyi pletok dari es batu dalam teko berisi bir tersebut, dan ketiga akibat bunyi pletok yang berasal dari kulit secang, merupakan salah satu bahan minuman tradisional yang menyehatkan ini.
Advertisement