Lindungi Anak dari Pengaruh Buruk, Ini Strategi Pondasi Islam
Ibadah yang dilakukan oleh anak bukanlah berdasar kepada kesadaran, akan tetapi mereka melakukannya karena meniru lingkungan sekitar. Karena meniru orang tuanya yang memberikan contoh atau bisa juga meniru karena takut.
“Dalam teori pendidikan ada aliran behaviorisme yaitu anak diperumpamakan seperti kertas putih yang bisa saja berubah karena peran lingkungan. Aliran yang kedua adalah konstruktifisme yaitu anak memiliki potensi, sebuah teori pendidikan yang mengedepankan peningkatkan perkembangan logika dan konseptual pembelajar. Sehingga diantara dua aliran tersebut harus ada kolaborasi".
Demikian dikatakan pemerhati anak sholeh, Esty Faatinisa, dalam acara Gerakan Shubuh Mengaji (GSM) belum lama ini.
Critical Thingking Anak
Lebih lanjut, Esty menerangkan bahwa daya kreatif, critical thingking anak memang pada usia dini sedang dalam masa puncak, dan pada tahap perkembangannya anak akan mengkritisi apa yang ada disekitarnya.
“Jangan khawatir, kalau misalnya masih peniruan ya memang itu berdasar tahap perkembangannya memang begitu”, kata Esty, yang Ketua Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung).
“Intinya begini ayah bunda, jangan memaksa, karena kita tidak tahu keadaan psikis seseorang, bahkan anak kita sendiri. Anak itu bukan miniature kita, anak itu punya perasaan sendiri, punya keinginan sendiri”. Imbuhnya ketika ditanya bagaimana jika anak masuk sekolah tahfizh sejak dini.
Esty juga memberikan penjelasan mengenai bagaimana menanamkan nilai islam secara kreatif dan kekinian, bahwa sebetulnya penggunaan internet tidak selalu negative. Metode belajar dapat dilakukan dengan bercerita atau bernyanyi dan dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan gadget.
Proses anamnesa juga beliau jelaskan ketika melihat kasus seorang siswa yang sedari kecil sudah sekolah di sekolah Islam, tetapi setelah lulus dari Madrasah Aliyah dirinya melepas kebiasaan mengenakan kerudungnya. Anamnesa sendiri, Ia jelaskan seperti konsep tabayyun yaitu menarik kembali dari kehidupan atau sebab sebelumnya, bukan hanya melihat pada endingnya.
Fenomena mengerikan terhadap masalah lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) juga dibahas olehnya dalam acara GSM ini. Penanaman nilai keislaman sejak dini dapat menjadi pondasi pada diri seorang anak, dapat melindungi diri anak dari goncangan-goncangan juga dari pengaruh buruk.
“Yang paling utama dan paling utama kita minta pertolongan pada Allah untuk penjagaan anak-anak kita, karena ada banyak sekali hal yang tidak kita duga”, pungkas Esty.
Advertisement