Linac, Alat Canggih Terapi Radiasi Adi Husada Cancer Center
Inilah alat canggih radioterapi pertama yang dimiliki Rumah Sakit Swasta pertama di Surabaya. Namanya Linac atau dikenal dengan mesin akselerator linier.
Alat ini bisa digunakan untuk mengarahkan sinar berenergi tinggi dari luar tubuh ke tumor yang berkembang di dalam tubuh. Dengan alat ini, terapi radiasi bisa diarahkan lebih fokus sehingga tak merusak jaringan yang masih normal.
Menurut Manajer Pelayanan Adi Husada Cancer Center (AHCC) Dr Lidy Hartono, dengan bantuan Linac, dosis radiasi bisa diberikan lebih tinggi sehingga makin efektif. Akibatnya bisa mematikan tumor dalam tubuh dengan lebih tepat sasaran.
Prosedur radiasi biasanya digunakan untuk mengatasi sel kanker yang ada dalam tubuh pasien. Ada tiga jenis prosedur radiasi yang biasa diambil. Yakni, radiasi sistemik, radiasi eksternal, dan radiasi internal.
Radiasi sistemik dikakukan dengan cara menelan atau menyuntikan obat radioaktif dan menarget sel kanker lewat aliran darah. Jadi tidak langsung ke sel kanker yang tumbuh dalam tubuh.
Sedangkan radiasi eksternal dilakukan dengan menembakan sinar radiasi dari luar langsung ke bagian tubuh yang terkena kanker. "Ada 6 cara dalam melakukan ini," tambah Lidy.
Lantas bagaimana dengan jenis radiasi internal? Prosedur ini dikenal sebagai brachytherapy yang dikakukan dengan menanamkan zat radioaktif di dalam kanker atau sebelahnya.
Menurut Lidy, radiasi eksternal dengan alat canggih Linac bisa dilakukan dengan cara rawat jalan. "Kebanyakan orang mendapatkan terapi radiasi eksternal dalam beberapa sesi selama beberapa minggu," tambahnya.
Ia menjelaskan, teknik radioterapi di AHCC yang sering digunakan adalah dengan konformal 3 dimensi (3D-CRT). Cara ini bisa menghantarkan sinar radiasi dari berbagai arah yang dirancang agar sesuai dengan bentuk tumor. Sehingga bisa mengurangi kerusakan akibat radiasi pada jaringan normal dan efektif untuk mematikan kanker.
Kedua dengan Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT). Caranya seperti 3D-CRT namun dengan mengubah kekuatan radiasi di area tertentu. Dengan demikian diperoleh dosis yang lebih kuat pada bagian tertentu dari tumor sehingga bisa mengurangi kerusakan pada jaringan tubuh normal di sekitarnya.
Ketiga, Image Guided Radiation Therapy (IGRT). Ini merupakan teknik radiasi dengan pencitraan pemindaian (seperti CT scan) yang dilakukan sebelum perawatan. Cara ini memungkinkan ahli onkologi radiasi bisa menyesuaikan posisi pasien atau memfokuskan kembali radiasi yang diperlukan untuk mengenai tumor dengan lebih tepat.
Menurut Lidy, lebih dari separuh penderita kanker memerlukan terapi radiasi. Bahkan, seringkali terapi radiasi merupakan satu-satunya pengobatan kanker. Dalam beberapa kasus, beberapa siklus kemoterapi dapat diberikan terlebih dahulu.
Radiasi juga dapat digunakan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor. Ini disebut terapi pra-operasi atau terapi neoadjuvant. Kalau dilakukan setelah operasi untuk membantu menjaga kanker agar tidak kembali atau disebut terapi adjuvant.
Untuk kanker yang sudah menyebar atau stadium lanjut, kata Lidy, radiasi dapat membantu meringankan masalah seperti rasa sakit, kesulitan menelan atau bernapas atau penyumbatan usus akibat kanker. Radiasi yang digunakan dalam hal ini disebut radiasi paliatif. (Pita/Sapadokter/ngopibareng.id)
Advertisement