Bersyukur atas Nikmat Melimpah, Ini Pesan Kiai Azaim Ibrahimy
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW menggema di seantero jagat rayat pada bulan ini. Terkait hal itu, ada pesan-pesan penting KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo.
“Al Kautsar, Limpahan Nikmat dan Dimensi Kesyukuran”, itulah tema penting dikupas Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy. Berikut tausiyah lengkapnya:
بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ.فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus”. (QS. Al-Kautsar: 1-3)
Para muhibbin yang dirahmati Allah, menurut Sayyid Qutb inti ajaran dari QS. Al-Kautsar ini pada dasarnya berisi perintah agar baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. senantiasa bersyukur atas “al-Kautsar” yang dianugerahkan kepadanya.
Fakhruddin ar-Razi mengutip 19 penafsiran kata “al-Kautsar”, berupa telaga di Surga, Al-Quran, kenabian, umat yang banyak, keturunan yang tidak terputus dan lain-lain. Namun sesungguhnya beragam penafsiran itu bermuara pada satu titik kesimpulan, yaitu limpahan karunia yang sangat banyak.
Sejatinya perintah bersyukur ini bukanlah kalimat perintah yang bersifat “qashirah” melainkan kalimat perintah “muta’addiyah”. Artinya perintah kewajiban bersyukur tersebut tidak hanya dibebankan kepada Rasulullah semata, melainkan juga kepada kita sebagai umatnya.
Mengapa sebab? Ini tak lain karena kehadirannya senantiasa menjadi rahmat bagi alam semesta (QS, Al-Anbiyaa’ :107).
Kehadiran nabi di tengah-tengah umat manusia bukanlah hanya sekadar sebagai nabi al-Rahmah, sang pembawa rahmat melainkan hakikatnya beliau adalah ‘ainu al-Rahmah, rahmat itu sendiri, sebab di dalam dirinya telah mengalir rahmat Allah dan kemudian rahmat itu beliau sebarkan ke seluruh alam.
Sir George Bernard Shaw, salah satu tokoh dunia terkemuka dari kalangan non-muslim menggungkapkan kekagumannya di dalam bukunya “The genuine Islam”, “Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern saat ini, maka dia akan berhasil mengatasi segala keruwetan dan persoalan yang sedemikian rupa hingga membawa kedamaian dan kebahagian yang dibutuhkan dunia”.
Subhanallah! Beliau adalah tokoh dunia yang paling sukses dalam mengubah wajah dunia hanya dalam rentang waktu yang relatif singkat, yakni sekitar 23 tahun. Sebab beliau bukan hanya pembawa dan penyampai risalah melalui Al-Quran dan al-Sunnah akan tetapi beliau adalah Al-Quran itu sendiri. Bahkan seringkali disebut sebagai Al-Quran al-Masyi (berjalan).
Adapun Al-Quran yang terdiri dari 30 juz, 113 surat disebut Al-Quran al-Maqru’ (Al-Quran yang dibaca). Al-Quran al-Maqru’ berfungsi sebagai mauidzah hasanah sementara Al-Quran al-Masyi berfungsi sebagai uswah hasanah.
Siti Aisyah pernah ditanya, bagaimana akhlak Raslullah SAW, beliau menjawab, “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an” (HR Imam Ahmad).
Salah satu penyebab ‘kegagalan’ atau kurang efektifnya misi dakwah saat ini disebabkan karena pola dakwah yang dilakukan lebih banyak bertumpu pada mau’idzah hasanah dibanding menitik beratkan pada sisi uswah hasanah.
Lebih dari itu, Beliau juga menjadi “al-Minnah al-Kubra” serta “al-Wasilah al-Udzma” yang telah merubah nasib suatu umat yang dahulunya tidak perberadaban, kere dan hina menjadi khaira ummah, (umat terbaik), membekali mereka dengan kitab suci Al-Quran dan Sunahnya sehingga menjadi agama yang mudah dan toleran, mengantarkan mereka menjadi Ummatan Wasathan (juru penengah) bagi umat-umat yang lain kelak di hari kiamat, serta khashaish al-Ummah (keistimewaan-keistemawaan) lainnya.
Nah, di dalam surat al-Kaustar di atas Allah SWT memberikan dua konsep sebagai media untuk mengungkapkan rasa syukur, yaitu syukur dalam bentuk ibadah spritual-ritual dan syukur dalam bentuk pengabdian sosial, فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ.
Syaikh al-Sa’di berpendapat, Allah Swt. mengkhususkan penyebutan dua bentuk ibadah —yakni ibadah salat dan kurban— karena keduanya merupakan ibadah yang paling utama dan taqarub yang paling agung kepada Allah. Sebab salat itu mencakup ketundukan hati dan anggota badan yang direalisasikan ke dalam bentuk peribadatan.
Sedangkan penyembelihan hewan kurban merupakan salah satu pendekatan diri kepada Allah dengan sesuatu yang paling utama yang dimiliki seorang hamba. Dengaan berkurban berarti ia telah mengeluarkan harta yang paling dicintai oleh jiwa yang biasanya ia kikir untuk mengeluarkannya.
*) Sumber: KHR Ahmad Azaim Ibrahimy saat memberikan sambutan pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad 1440 H.