Limbah Senyawa Klorin Cemari Sungai Surabaya Selama Pandemi
Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah, atau Ecological and Wetlands Coservation (Ecoton), temukan adanya peningkatan kandungan klorin di Sungai Surabaya selama massa pademi Covid-19 berlangsung.
Koordinator Zero Waste Cities Ecoton, Tonis Afrianto mengatakan, jika klorin merupakan salah satu unsur kimia yang terkandung dalam cairan disinfektan. Menurut dia, senyawa tersebut saat ini tengah mencemari aliran sungai di Surabaya.
“Jadi disinfektan, zat yang terkandung dalam pemutih pakaian itu kan klorin salah satu kandungannya, dan itu juga meningkatkan kontaminasi di Kalimas. Terutama tadi itu di daerah Keputran, karena Keputran itu ada sambungan pompa air dari Jalan Banyu Urip,” kata Tonis, kepada Ngopibareng.id, Kamis 9 Juli 2020.
Temuan tersebut, kata Tonis, ia dapatkan saat melakukan penelitian di pintu air Keputran. Kandungan klorin di sungai itu pun lebih tinggi dari pintu air Jembatan Petekan yang juga sempat diujicoba pada Selasa, 7 Juli 2020 lalu.
“Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan Kualitas Air (sudah diatur). Klorin di Jembatan Keputran Surabaya tinggi banget 0,42 ppm (part per million),” jelasnya.
“Padahal di Jembatan Petekan cuman 0,24 ppm, standarnya 0,03 ppm sesuai standard PP Nomor 82 Tahun 2001,” imbuhnya.
Atas hasil penelitian tersebut, Tonis pun berharap agar pemerintah menyediakan tempat pengolahan limbah, terutama disinfektan. Supaya tidak lagi mencemari sungai, yang dekat dengan pemukiman masyarakat.
“Ya (limbah) klorin itu bukan masyarakatnya, tapi pemerintahnya harus menyediakan sarana pembuangan limbah untuk mengolahnya. Ada salah satu kepala dinas sempat mengakui kalau Pemkot Surabaya tidak punya instalasi pengolah limbah,” ungkapnya.
Selain klorin, Ecoton juga menemukan banyak sekali sampah plastik yang mencemari sungai di Surabaya. Menurutnya, hal tersebut merupakan dampak dari sifat konsumtif masyarakat yang meningkat saat pandemi Covid-19 berlangsung.
“Ancaman lain, yaitu microplastik, karena selama Covid-19 ini masyarakat memakai plastik luar biasa, dan di sungai itu banyak sampah plastik, kami juga menemukan botol minuman, tas kresek, sedotan, dan sterofoam,” kata dia.
Maka dari itu, Tonis mengimbau agar masyarakat meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai agar pencemaran sungai di Kota Surabaya tidak semakin memburuk setiap tahunnya.
“Kami tadi berkampanye mengajak masyarakat Surabaya untuk tolak pemakaian plastik sekali pakai. Kampanye tidak berhenti di situ saja, kami membuat sebuah petisi (change.org) untuk membebaskan sungai dari ancaman mikroplastik,” tutupnya.