Lima Persiapan Penting Raih Lailatul Qadar, Menurut Gus Baha'
Perlu persiapan untuk mencari Lailatul Qadar, pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Demikian pesan KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha).
“Di mana-mana yang namanya mencari itu ya ada persiapannya. Terkadang kita tidak persiapan, tapi merasa mencari. Kalau tidak ada persiapan, namanya menunggu. Bukan mencari,” kata Gus Baha, Pengasuh Pesantren Al-Quran di Narukan, Rembang, Jawa Tengah.
Teks mengenai Lailatul Qadar, kata Gus Baha, telah disabdakan Rasulullah SAW dalam hadis sahih agar kita mencari.
Berikut Lima Persiapan Raih Lailatul Qadar
1. Memahami Makna Lailatul Qadar
Lailatul Qadar adalah malam ketika Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (S.a.w.) kali pertama menerima firman Allah melalui perantara Malaikat Jibril. Pada malam itu, Jibril menampakkan diri kepada Nabi Muhammad, dan menyampaikan sebuah ayat, Iqra, yang berarti bacalah.
Lailatul Qadar juga bermakna turunnya malaikat ke bumi dengan berbagai tugas untuk memberikan kedamaian, berkah, dan bimbingan ilahi.
Dalam Al Quran surat Al Qadr (97) ayat 1-5 berbunyi: "Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Quran) pada malam Qadar. Dan tahukah kamu, apakah malam Qadar itu? Malam Qadar adalah lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu, turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka untuk membawa segala urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar,"
2. Persiapan Sejak 1 Ramadhan
“Bagi seseorang yang meyakini malam Lailatul Qadar datang di atas tanggal 20, jangan menafikan persiapan sejak 1 Ramadhan atau bahkan mulai Rajab,” terangnya.
Selain itu, Gus Baha menekankan pentingnya menjaga perbuatan selama Ramadhan.
3. Jangan Berbuat Dosa
“Rasulullah SAW sering mencontohkan agar jangan membicarakan orang lain, jangan melakukan perbuatan dosa saat Ramadhan. Akan sia-sia pahala itu karena diambil orang yang kita bicarakan,” ungkapnya.
Gus Baha mengungkapkan hal itu, dalam program Narasi yang dipandu Najwa Shihab pada Minggu 2 Mei 2021. Video diunggah dalam channel YouTube Najwa Shihab itu mengusung tema Bersama Gus Baha, Mencari Lailatul Qadar.
4. Hindari Riba dan Hal Haram
Menurut Gus Baha, perlu perhitungan-perhitungan hukum yang matang.
“Apa artinya Ramadhan jika memakan riba atau hal haram, kemudian membicarakan (aib) orang lain (ngrasani, Red),” tuturnya.
5. Husnuzhan, Memahami Fikih dan Ilmu Tasawuf
Ulama asal Rembang itu menambahkan, hukum-hukum tentang puasa, selain hukum dasar fikih yaitu tidak melakukan sesuatu yang membatalkan puasa, juga harus memakai hukum ilmu tasawuf.
“Seperti menjauhi riba, ghibah, dan namimah. Caranya agar bisa husnuzhan kepada orang lain adalah melihat semuanya berdasarkan takdir Allah. Kita baik, tapi juga bisa buruk. Nah, yang sekarang buruk bisa jadi suatu saat jadi baik,” jelasnya.
Gus Baha menegaskan, manusia tidak diutus Allah SWT untuk meneliti orang lain. Dengan mental demikian, di bulan Ramadhan kita lebih fokus mencari ridha Allah SWT dan mendoakan orang mukmin semuanya.
“Itu persiapan penting dalam mencari Lailatul Qadar,” tandasnya.
Tamu Agung yang Harus Disambut
Pada kesempatan sama, Prof M Quraish Shihab menjelaskan tentang Lailatul Qadar. Menurutnya, Lailatul Qadar adalah tamu agung yang tidak akan berkunjung kepada seseorang yang tidak diyakini bisa menyambutnya dengan baik.
“Orang yang dikunjungi Lailatul Qadar adalah orang yang siap untuk dikunjungi. Persiapan itu selama ini terkadang terlambat,” ungkap Prof Quraish.
Penulis Tafsir Al-Misbah itu mengungkapkan, semestinya sebelum malam 27 Ramadhan sudah ada persiapan.
“Ada ungkapan bulan Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban itu menyiram, Ramadhan saatnya memanen. Jadi harus menyiapkan sejak awal,” tuturnya, saat berbicara dalam program Narasi yang dipandu Najwa Shihab pada Minggu 2 Mei 2021.
Selain itu, lanjut Prof Quraish, untuk mencari Lailatul Qadar harus memiliki hati yang damai, diri yang damai, termasuk damai kepada orang lain.
“Lailatul Qadar tidak akan datang pada orang yang tidak damai,” tutur mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Advertisement