Lima Perang Terkini, Awas Negara Produsen Vaksin Mendikte Kita
Di era terknologi informasi yang mengalami revolusi besar-besaran, kecil kemungkinan terjadi perang fisik yang menggunakan secara bom seperti masa lalu. Kini, perang terkini, tak harus menggunakan senjata seperti itu lagi.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj membentangkan adanya lima perang besar.
"Perang besar itu sedang terjadi di masa kini. Dan harus dimenangkan oleh bangsa Indonesia," tutur Kiai Said Aqil Siroj, melalui NU Channel, dikutip Rabu 30 Juni 2021.
Menurut Kiai Said, perang yang dimaksud bukan perang fisik. Tapi perang pengaruh atau disebut sebagai perang peradaban, yang dampaknya lebih berbahaya dari perang fisik.
Perang Pengaruh, Mengubah Cara Berpikir
"Perang ini dapat merebut, mengubah cara berfikir masyarakat hingga pada akhirnya suatu bangsa akan tunduk dan tergantung bangsa lain," kata Said Aqil Siroj.
Pertama, kata Said, Perang Kebudayaan Pop. Manusia era sekarang, sejak bangun tidur hingga tidur lagi dijejali konten-konten film, musik, game, animasi dan lain sebagainya, dan semuanya sangat mudah diakses melalui gawai atau smartphone.
"Bangun tidur sampai tidur lagi orang dijejali konten film, musik, game, animasi dan lain-lain. Kalau kita yang tua-tua mungkin sudah enggak kober barangkali, tapi cucu kita ini bagaimana nanti?" ujarnya.
Kedua, Perang Digital. Said mengatakn semua negara saat ini berlomba-lomba membuat platform digital untuk menciptakan ketergantungan, memotret perilaku dan algoritma bangsa lain agar selalu dalam kendali.
"Jadi negara besar ini bagaimana mengupayakan bisa menguasai segalanya, menguasai negara kecil, negara berkembang, segalanya termasuk database, jangan dikira ini masalah kecil, data kita yang 270 juta sudah bocor," papar Said
Ketiga, Perang Vaksin. Menurutnya, negara-negara yang mampu memproduksi vaksin COVID-19 akan menjadi pemenang dalam perang ini. Apalagi, saat ini muncul varian baru COVID-19 yang lebih ganas dan lebih cepat menyebar.
"Negara yang mampu memproduksi vaksin akan jadi pemenang, negara yang tidak mampu (memproduksi) hanya mengimpor saja itulah negara yang kalah," kata Said
Kiai Said Aqil Siroj memprediksi perang vaksin akan terjadi antara tiga kekuatan besar negara produsen vaksin COVID-19 di dunia, yakni Amerika Serikat, Jerman dan Tiongkok.
Memotong-motong Anggaran?
"Kita hanya penonton, bisanya hanya importir, itu pun entah uangnya dari utang atau darimana enggak tahu saya, dapat dari motong-motong anggaran barangkali," ungkapnya.
Keempat, Perang Biologis. Dalam peta perang biologi, negara-negara yang menguasai industri-industri farmasi atau kesehatan -- vaksin dan obat-obatan -- akan menjadi panglima dan dapat menguasai dan mempengaruhi kebijakan suatu negara.
"Kita akan didikte oleh negara yang memproduksi vaksin. Mudah-mudahan, kita hanya bisa berdoa tidak sebahaya yang kita bayangkan. Tapi jelas kita akan didikte oleh negara yang membuat vaksin, seberapa pengaruhnya kita lihat nanti," paparnya.
Kelima, Perang Makanan, Air dan Energi. "Siapa yang menguasai sumber makanan, air dan energi, maka akan mampu menjadi penguasa global," imbuhnya.
Pernyataan Kiai Said Aqil Siroj sesungguhnya merupakan pidatonya di Haul Emas KH Wahab Chasbullah beberapa waktu lalu di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang.