Lima Negara Afrika Terkonfirmasi Subvarian BA.2 Omicron, Fakta!
Subvarian BA.2 dari Omicron dilaporkan terdeteksi di lima negara di Afrika, baru-baru ini. Untuk kali pertama, hal itu diumumkan melalui salah satu Ilmuwan WHO Dr. Nicksy Gumede-Moeletsi.
Ilmuwan WHO ini mengatakan, kelima negara yang terdeteksi varian tersebut yaitu Botswana, Kenya, Malawi, Senegal serta Afrika Selatan.
"BA.2 .telah dilaporkan di lima negara dan kami sangat prihatin," kata Dr Nicksy Gumede-Moeletsi dikutip Reuters, Jumat 4 Februari 2022.
Varian ini terbilang prihatin karena BA.2 sulit diidentifikasi dan WHO sendiri sudah bekerja dengan berbagai laboratorium untuk mendeteksi sampel yini.
"BA.2, kadang-kadang dikenal sebagai sub-varian 'siluman' tidak memiliki gen target yang hilang yang sama dengan varian Omicron asli," ucapnya.
Lebih Mudah Dideteksi
Sementara versi BA.1 sendiri, lebih mudah dideteksi karena ada tanda khusus yakni BA.1 kehilangan satu dari tiga gen dan itu bisa diketahui dari tes PCR umum.
WHO juga sempat menyampaikan jika penelitian terbaru terhadap subvarian Omicron BA.2 dalam beberapa riset, dan BA.2 merupakan varian yang sulit dideteksi dengan S-gene Target Failure (SGTF).
Selain itu, Pejabat Tim Respons COVID-19 WHO, Dr. Boris Pavlin, mengatakan tidak ada perbedaan signifikan antara subvarian BA.2 dengan BA.1. Termasuk gejala dari pasien yang terpapar BA.2.
"Bentuk BA.2 yang muncul dari varian coronavirus Omicron tampaknya tidak lebih parah daripada bentuk BA.1 asli," kata Pavlin.
Bahkan, Pavlin memastikan, vaksin COVID-19 yang ada saat ini rata-rata sudah memberikan perlindungan yang optimal terhadap varian Omicron.
"Vaksinasi sangat melindungi terhadap penyakit parah, termasuk untuk Omicron," ucap Pavlin.
Meski begitu, WHO meminta negara dunia tetap waspada dan mengantisipasi varian Omicron. Ia juga memprediksi BA.2 ke depan akan menjadi dominan menggantikan BA.1.
Omicron Meningkat di Korsel
Korea Selatan pada Jumat memperpanjang pembatasan COVID-19 selama dua pekan saat kasus infeksi varian Omicron melonjak.
Pembatasan itu mencakup jam buka restoran hingga pukul 21.00 dan batas maksimal enam orang dalam pertemuan pribadi.
Pembatasan saat ini akan berakhir masa berlakunya pada Minggu, namun Perdana Menteri Kim Boo-kyum mengatakan perpanjangan diperlukan untuk memperlambat penyebaran Omicron.
Ada kekhawatiran bahwa liburan Tahun Baru Imlek, yang berakhir pada Rabu, mungkin telah memicu lonjakan infeksi.
"Memperlambat laju penyebaran Omicron, yang terus menuju puncaknya hari demi hari, adalah prioritas dalam kondisi yang sulit ini," kata dia dalam pertemuan tanggap COVID-19 dikutip Reuters, Jumat 4 Februari 2022.
Kasus harian meningkat tiga kali lipat dalam dua pekan terakhir, tetapi jumlah kematian dan kasus infeksi parah masih relatif rendah di negara yang tingkat vaksinasinya tinggi itu.
Korsel melaporkan rekor 27.443 kasus baru COVID-19 dengan 24 kematian, kata Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea, Jumat.
Divaksin Lengkap 86 Persen Warga Korsel
Hampir 86 persen dari 52 juta penduduk di negara itu telah divaksin lengkap dan 53,8 persen telah menerima dosis penguat (booster).
Untuk menangani lonjakan kasus, pemerintah telah meluncurkan kebijakan tes yang baru. Hanya kelompok prioritas yang menjalani tes PCR, sementara kelompok lainnya bisa melakukan tes cepat antigen di klinik untuk diagnosis awal yang lebih cepat.
Pemerintah juga mengurangi masa karantina wajib dari 10 hari menjadi seminggu bagi orang yang telah divaksin namun hasil tesnya positif, sehingga lebih banyak orang dengan sedikit atau tanpa gejala yang dirawat di rumah.
Selama pandemi, Korsel telah melaporkan 934.656 kasus COVID-19 dan 6.836 kematian.