Lima Nasihat Penting Habib Luthfi tentang Keimanan bagi Muslim
Dalam setiap ceramahnya, Habib Luthfi bin Yahya menyampaikan berbagai fenomena yang terjadi, termasuk dalam diri Muslim dan keimanan yang dimilikinya, melakukan ziarah, mengkaji Al-Quran , dan melihat berbagai tabiat manusia.
Rais Aam Jam'iyyah Ahlit Thariqah al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) menyampaikan pesan-pesan penting akan persatuan umat Islam, keutuhan bangsa Indonesia dan tegaknya kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Begitupun tak kalah pentingnya, Habib Luthfi bin Yahya, Pengasuh Kanzus Shalawat Pekalongan, selalu menekankan pentingnya keiman dan menjaga ketakwaan pada Allah Ta'ala.
Nasihat Habib Luthfi bin Ali bin Yahya
Berikut lima nasihat penting dari Habib Luthfi tentang menjaga keimanan, menjadi seorang Muslim tetap teguh, dengan melakukan ziarah, membaca dan mengkaji Al-Quran serta membaca fenomena tentang tabiat manusia.
Pertama:
“Seorang Muslim agar mendapatkan keselamatan Insya Allah, di dalam agama, dunia dan akhirat haruslah memegang teguh beberapa prinsip ini.
“Pegang teguh teladan salaf shalihin. Baik itu thariqah-nya, akhlaknya, amal salehnya. Pegang teguh dan kuat mantap, walaupun kamu sampai sulit dan kere (sangat miskin) tetaplah teguh memegang teladan Salaf Shalihin. Gigit kuat dengan gerahammu, jangan dilepas jika kamu ingin selamat dan mendapat ridho-Nya.”
Kedua:
“Jadikanlah keimanan sebagai Imam. Bukan akal yang menjadi ujung tombaknya. Hati-hati di akhir jaman ini, akan dan sudah banyak muncul paham dan orang-orang yang lebih mengedepankan akal-rasio-logika dibandingkan imannya. Seharusnya Iman menjadi imamnya, akal dan logika menjadi makmumnya, mengikuti iman. Tinggalkan pendapat orang-orang yang mengedapankan akalnya dibanding imannya.
"Percuma dan sia-sia waktumu jika menanggapi orang-orang yang demikian, kamu akan rugi dunia akhirat. Karena bagaimana mungkin akal manusia bisa menerima seluruh kebesaran khazanah kerajaan Allah SWT, hanya keimanan yang dapat menerima kebesaran Allah SWT.”
Ketiga:
“Jangan tinggal tiap hari membaca Al-Qur’an, shalawat kepada Rasulullah SAW, taat kepada guru/syaikh/mursyid dan birul walidain (berbakti kepada orangtua). Jadikan hal ini semua awrad-mu. Jangan tinggal hal tersebut.
Membaca Al-Qur’an walau satu ayat setiap harinya. Memperbanyak membaca shalawat kepada Baginda Nabi SAW jadikan hal ini semua awrad (wirid yang dilakukan istiqomah) bagi diri kita demi menggapai kebahagian dan keselamatan di dalam agama, dunia dan akhirat.”
Keempat:
“Ziarah shalihin, baik (kepada) yang sudah wafat maupun yang masih hidup, dan kuatkan tali ikatan silaturahim. Berziarah (mengunjungi) kaum shalihin jangan hanya ketika ada maunya, kalau ada perlunya saja. Hal itu baik tidak terlarang, tetapi kurang kemanfaatannya untuk jangka panjang.
"Hanya untuk kebutuhan-manfaat sesaat belaka, sungguh sangat disayangkan. Tetapi alangkah baiknya kita berziarah shalihin itu karena mahabbah ilaa mahbub, kecintaan kepada yang dicintai. Kalau hal ini dijalin dengan baik maka ia akan mendapat limpahan madad (pertolongan), sirr asrar (rahasia) dan jaah (essence, intisari) dari ziarahnya. Dan sering silaturahmi itu menimbulkan kecintaan dan keridhoan Allah SWT kepada orang yang menjalin hubungan silaturahmi, sehingga rahmat dan berkah serta maghfirah Allah SWT terlimpah kepadanya. Jauh dari bala’, musibah, penyakit dan diberi kelancaran rezeki. Insya Allah.”
Kelima:
“Jangan suka membeda-bedakan. Ini penyakit yang timbul dan tumbuh di akhir zaman ini. Jangan beda-bedakan itu suku apa, kabilah apa, bangsa apa, partainya apa, thariqah-nya apa, madzhab-nya apa dan sebagainya. Itu urusan Allah SWT, kita ini manusia, hamba-Nya, makhluk ciptaan-Nya, jangan suka usil ikut campur urusannya Allah SWT.
"Makanya sekarang berbagai macam bala (bahaya), musibah bertubi-tubi datang. Karena ulah manusia itu sendiri. Yang suka sok tahu, sok jago, sok suci, sok pintar bukan kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, malah ikut campur urusan Allah SWT. Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana lagi Maha Berkehendak, Allah SWT yang akan menghukumi, menentukan secara mutlak kelak di pengadilan Ilahi Yang Maha Adil bagi seluruh makhluk-Nya.
"Segala sesuatu misal pengadilan itu semua adalah bentuk ikhtiar manusia belaka di muka bumi ini secara syariat. Ketentuan yang mutlak benar dan salah adalah di tangan Allah SWT di hari kemudian. Keyakinan dan keimanan ini harus ditanam kuat dan kokoh dilubuk sanubari keimanan kita.
Begitulah lima nasihat penting Habib Luthfi bin Yahya, guna memperkuat keimanan, agar menjadi seorang Muslim, dengan tetap melakukan tradisi ziarah, membaca Al-Quran , dan membaca fenomena tentang tabiat manusia.