Lima Lelucon, Babi Hutan Papua Menyeberang ke PNG dan Lainnya
Babi dan hewan sejenisnya, ternyata menarik bukan karena dikonsumsi. Bagi H Mahbub Djunaidi, justru ia tertarik karena Kebun Binatang menjadi penting bagi George Orwell, yang menulis novel Animal Farm.
Mahbub Djunaidi pun menerjemahkannya menjadi Binatangisme pada 1983. Ya, dari judulnya lebih provokatif ketimbang aslinya.
Pesan Orwell sebagai ikhtiar mengingatkan kita akan ekspresi-ekspresi politik kebinatangan dan bahaya totalitarianisme. Tapi, karena dunia binatang yang bicara, jadinya memang terkesan sebagai sindiran lucu.
Belakangan muncul soal rendang babi alias BabiAmbo. Orang-orang Minang pun protes. Dengan alasan, Minangkabau identik dengan Islam, jadi makan daging babi adalah haram.
Lho, kok menjual rendang non-halal? Nah, di sini lucunya, seolah masakan atau menu itu ada "agama'-nya ya?
Ah, kita berlucu-lucu dengan babi saja. Ini contohnya:
Babi Hutan Papua Menyeberang ke PNG
Seekor babi hutan dari pedalaman Timika di Papua lari ketakutan menyeberangi perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Ia merasa diburu-buru tentara Indonesia. Ia baru berhenti ketika ada seekor babi hutan Papua Nugini menyatakan bahwa ia sudah berada dalam wilayah Papua Nugini.
"Mengapa Anda berlari?" tanya babi Papua Nugini.
"Terus terang saya khawatir pada tentara Indonesia. Mereka mengebiri semua laki-laki di sana," ujar babi Indonesia.
"Tapi anda 'kan bukan manusia. Anda 'kan cuma seekor babi hutan?"
"Justru itulah. Mereka mengebiri dulu baru bertanya kemudian," ujar babi Indonesia.
Seperti Babi Jelek
"Bu, putra Anda baru saja menyebut saya babi jelek!" kata seseorang kepada seorang ibu-ibu.
Sang ibu meminta maaf dengan wajah nampak merasa malu, "Maafkan saya, padahal saya sudah memberitahunya ribuan kali bahwa tidak boleh menilai orang hanya dari penampilan mereka..."
Menguap di Kelas
Selama pelajaran, Amrin Pembolos menguap lebar-lebar.
Pak Guru mencoba membuat lelucon: "Amrin, jangan telan aku."
Amrin menjawab: "Jangan khawatir, Pak. Saya tidak makan daging babi."
Terdampar Bersama Doberman
Seorang lelaki terdampar di sebuah pulau dengan hanya Doberman dan seekor babi yang menemani.
Ada banyak makanan dan air, dan cuacanya indah, jadi dia baik-baik saja, tetapi setelah beberapa bulan dia merasa kesepian. Babi mulai terlihat semakin menarik, lembut, daging merah muda, pantat bundar.
Tetapi setiap kali pria malang ini maju ke arah babi, si Doberman menggeram padanya dan sekali hampir menggigit kakinya. Sangat membuat frustrasi.
Suatu hari lelaki itu melihat setitik di cakrawala. Jadi dia berenang di sana dan ternyata ada perahu, terombang-ambing. Sementara di dasar perahu ada seorang perempuan cantik, tidak sadar.
Dia menyeretnya ke pantai dan membawanya ke gubuknya dan perlahan-lahan merawatnya.
Akhirnya dia cukup sehat untuk berjalan dan dia berkata kepadanya, "Terima kasih, terima kasih telah menyelamatkan hidupku. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalasmu. Aku akan melakukan apa saja untukmu, apa saja, sebutkan saja."
Lelaki itu berpikir sejenak dan berkata, "Maukah kamu mengajak anjing saya jalan-jalan?"
Undang Manajer Perusahaan Makan di Rumah
Susi kecil membantu ibunya untuk mengatur meja. Karena ayahnya mengundang manajer perusahaannya untuk makan di rumah.
Ketika Dulmanan, si manajer itu, telah datang dan semua orang duduk di meja makan, ibunya menyadari bahwa ada sendok dan garpu yang kurang.
"Susi, mengapa kamu tidak meletakkan sendok dan garpu di tempat duduk Pak Dulmanan?"
"Saya pikir saya tidak perlu menaruh sedok dan garpu. Karena ayah pernah mengatakan kepadaku bahwa Pak Dulmanan kalau makan seperti babi..."
Ha? ha?
Advertisement