Lima Karakteristik Utama Islam Berkemajuan, Ini Penjelasannya
Ketua PP Muhammadiyah Syafiq Mughni mengatakan, ada lima karakteristik utama Islam Berkemajuan. Yaitu:
1. Tauhid yang murni,
2. Memahami al-Qur’an dan sunnah secara mendalam,
3. Tajdid dalam semua dimensi kehidupan,
4. Wasathiyah dalam pemikiran dan perbuatan, dan 5. 5. Membawa rahmat bagi semesta alam.
Pertama, tauhid yang murni.
Salah satu misi utama Muhammadiyah adalah menegakkan tauhid yang murni. Muhammadiyah seringkali disebut sebagai gerakan Islam puritan karena keteguhannya dalam mengajak masyarakat untuk senantiasa berpegang pada akidah yang luruh, bersih dari anasir yang merusak seperti keyakinan terhadap tahayul, relativisme agama, dan sekularisme.
“Sekarang banyak pihak yang menggiring bahwa tauhid yang murni ialah ajaran wahabi, seolah ajaran yang menjurus pada radikalisme dan ekstremisme, padahal ajaran ini murni ajaran dari Allah Swt. Hanya saja, bahasa yang digunakan intonasinya mungkin terlalu keras bagi sebagian orang,” kata Syafiq dalam acara yang diselenggarakan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada Senin.
Kedua, Memahami Al-Quran dan sunnah secara mendalam.
Bagi Muhammadiyah, beragama harus berdasarkan Al-Qur’an dan sunah. Muhammadiyah melarang sikap taklid beribadah tanpa dasar-dasar dan pemahaman yang mendalam. Muhammadiyah juga tidak menolak pendapat dan eksistensi mazhab, tetapi tidak mengikuti mazhab tertentu secara taken for granted.
“Muhammadiyah mendorong kita semua memahami ajaran Allah Swt ini melalui Al-Quran dan al-Sunah tetapi dengan pemahaman yang komprehensif, integratif atau istiqra’ ma’nawi dengan memanfaatkan kolektivitas dalil untuk bisa memahami Islam secara baik,” ujar Syafiq.
Ketiga, Tajdid dalam semua dimensi kehidupan.
Dunia yang terus berubah membutuhkan ijtihad tanpa henti dari para ulama. Ijtihad harus lahir dari problem konkret yang bersumber langsung dari aduan masyarakat terkait problem keagamaan mereka. Oleh sebab itu, diperlukan ulama yang memiliki kemampuan mencari titik paling mashlahat antara idealisme hukum dengan realitas sosial.
“Tugas dari tajdid ini ialah bagaimana ajaran Allah tetap fungsional di dalam segala zaman dan perubahan. Agama Allah ini harus tetap memberikan ruh dan memberikan arah dari seluruh gerak masyarakat,” ujar alumni Islamic Studies California University ini.
Keempat, Wasathiyah dalam pemikiran dan perbuatan.
Moderat atau Wasathiyah sebagai sikap dasar keagamaan memiliki pijakan kuat pada ayat Al-Quran tentang ummatan wasatha dalam QS al-Baqarah ayat 143. Ummatan wasatha merupakan citra ideal umat terbaik (khair al-ummah) sebagaimana yang termaktub dalam QS Ali Imran ayat 110. Dalam Islam, wasathiyah pada intinya bermakna sikap tengah di antara dua kubu ekstrem.
Kelima, Membawa rahmat bagi semesta alam.
Islam mengajarkan agar berbuat baik (ihsan) terhadap siapa saja, tanpa melihat sekat-sekat keagamaan maupun sekat-sekat primordial. Islam sejak awal telah memproklamirkan diri sebagai agama kasih sayang yang mengajarkan umatnya agar menyebarkan rahmat tidak hanya bagi manusia tetapi juga lingkungan termasuk para hewan.
Dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah, misalnya, terdapat satu bab tentang berbuat baik kepada binatang (al-rifqu bi al-hayawan).
“Rahmatan bagi semesta alam ini tidak hanya untuk manusia, tetapi juga untuk lingkungan termasuk kelangsungan hidup hewan. Pada hakikatnya Islam memberikan perhatian yang besar terhadap makhluk Allah yang berupa hewan-hewan,” ujar Syafiq.
Advertisement