Lima Hal Pastikan Kualitas Ibu Kota Baru, Ini Tugas Ridwan Kamil
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku senang, ditugasi negara untuk menjadi Juri Sayembara Desain Ibu Kota Indonesia di Kalimantan Timur.
Hal itu menyusul keputusan Pemerintah Indonesia akan melakukan pemindahan ibu kota dari Jakarta, ke lokasi yang baru berada di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
"Menjalankan tugas negara dan perintah Presiden sebagai Juri Sayembara Desain Ibu Kota Indonesia di Kalimantan Timur," tutur Ridlwan Kamil, yang dikenal sebagai arsitektur sejumlah bangunan penting di Indonesia.
Dikutip ngopibareng.id,dari akun facebook miliknya, Selasa, 17 Desember 2019, Ridwan Kamil menyatakan, ada sejumlah poin penting guna memastikan lokasi ibu kota baru tersebut berkualitas.
Berikut pernyataan Ridwan Kamil.
"Tugas saya adalah memastikan ibu kota baru ini memiliki kualitas:
1. Skala yang pas, tidak kekecilan namun juga tidak masif berlebihan. Urban footprint yang hemat dan efisien.
2. Memiliki identitas visual spasial dan monumentalitas sebuah kota yang berkarakter budaya Indonesia.
3. Memiliki kontekstualitas yang baik: memasukan unsur sungai, bukit, hutan untuk menjadi bagian dari lansekap ibu kota.
4. Memiliki urban sistem yang baik: ramah pejalan kaki, smart sustainable.
5. Desain terbaik dari 257 peserta sudah terpilih. Dari 5 terbaik akan diseleksi lagi menjadi 3 besar dan akan dipresentasikan ke Presiden, dan Presiden akan memilih satu dari tiga finalis tersebut.
Menurut Ridwan Kamil, ada kualitas kehidupan ibu kota di dunia ini yang berhasil. Namun ada juga yang dilabeli gagal desain.
"Semoga desain yang terpilih untuk Ibukota Indonesia yang baru ini adalah yang terbaik dan suatu hari akan menjadi kota dengan kualitas hidup terbaik sedunia. Amin," tutur Ridwan Kamil, yang mantan Wali Kota Bandung.
Konsep Jokowi
Ibu kota baru menggantikan Jakarta, berada di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Hari ini, Selasa 17 Desember 2019, Presiden Joko Widodo melakukan peninjauan ke lokasi bakal ibu kota negara tersebut. Presiden beserta rombongan akan berangkat dari Lanud TNI AU Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur Selasa 17 Desember 2019
Dalam catatan ngopibareng.id, Presiden Joko Widodo pernah menegaskan, pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan jangan dipandang sebagai perpindahan kantor pemerintahan semata.
Lebih dari itu, Presiden ingin perpindahan ibu kota menandai perubahan budaya dan sistem kerja.
Presiden mengingatkan, perpindahan ibu kota ini jangan dilihat sekadar sebagai pemindahan kantor pemerintahan. Bukan sekadar pindah lokasi. Tetapi ingin ada sebuah transformasi.
"Pindah cara kerja, pindah budaya kerja, pindah sistem kerja, dan juga ada perpindahan basis ekonomi, sehingga sebelum pindah sistemnya sudah ter-install dengan baik," kata Jokowi
Kepala Negara ingin perpindahan ibu kota ini dilihat sebagai sebuah percepatan transformasi ekonomi. Presiden meminta Indonesia belajar dari pengalaman beberapa negara yang kurang berhasil dalam memindahkan ibu kotanya.
Contohnya ada beberapa negara yang pindah ibu kotanya, tapi ibu kotanya menjadi kota yang mahal. Kemudian sepi. Kemudian yang menghuni hanya pegawai pemerintah plus diplomat.
Presiden tak menghendaki kasus seperti ini terjadi di ibu kota Indonesia baru nanti.
Oleh karena itu, Presiden mengingatkan agar perpindahan ibu kota ini dirancang sebagai perpindahan basis ekonomi menuju smart economy.
Ia juga ingin perpindahan ibu kota ini juga menandai proses transformasi produktivitas nasional, transformasi kreativitas nasional, transformasi industri nasional, dan transformasi talenta-talenta nasional.
"Kalau tujuannya adalah membangun ibu kota yang menjadi mesin penggerak smart economy, maka rancangan ibu kota baru bukan hanya smart metropolis yang compact, yang nyaman, yang humanis, yang zero emision. Tapi akan memiliki penanda bahwa negara kita telah melakukan transformasi ekonomi ke smart economy yaitu dengan dibangunnya klaster-klaster pendidikan, klaster-klaster riset dan inovasi," ujarnya.
Presiden memberikan contoh, dalam klaster pendidikan ia membayangkan di ibu kota yang baru ini dibangun lembaga pendidikan tinggi kelas dunia yang bisa menciptakan talenta-talenta top global secara tepat.
Di ibu kota baru ini juga, Presiden ingin dibangun pusat riset dan inovasi kelas dunia yang menjadikan ibu kota baru ini sebagai global innovation hub, menjadi titik temu inovasi global.
"Sudah saatnya talenta-talenta Indonesia, talenta-talenta global berkolaborasi mengembangkan smart energy, smart health, smart food production, yang akan menciptakan lapangan kerja baru bagi anak-anak muda kita serta mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah kita untuk masuk dan terintegrasi dengan global value chain," ujar Jokowi.
Dalam proses pembangunannya, Presiden ingin agar ibu kota yang dirancang sebagai kota pintar tersebut juga dibangun dengan cara-cara pintar.
Menurutnya, Indonesia harus meninggalkan cara berpikir lama yang selalu melihat semuanya dari sisi anggaran dan sisi biaya.
"Kita harus berani menggunakan cara-cara baru yang lebih kreatif, termasuk dalam pemanfaatan teknologi-teknologi inovasi, dengan bantuan talenta-talenta hebat yang kita miliki yang berada di dalam negeri maupun yang saat ini belajar di berbagai negara di luar negeri," ujar Kepala Negara.