Lima Hal Gaul dan Kekinian dari Satu Abad Pesantren Al-Falah Ploso
Sambut 1 Abad Pondok Pesantren Al-Falah Ploso dirayakan dengan penuh gaul dan kekinian. Ribuan Skuter Sarungan digelar Simpang Lima Gumul Kediri pada Minggu, 29 Desember 2024.
Berikut lima catatan penting terkait peringatan Harlah pondok pesantren legendaris yang didirikan KH Djazuli Utsman, al-maghfurlah, ini.
1. Gelar Konvoi Sarungan
Konvoi dimulai dari Simpang Lima Gumul sampai Teras Gubuk Ploso. Pemandangan jelas menarik perhatian masyarakat khusus yang dilewati konvoi.
“Ini tentang melestarikan ngaji, meneguhkan khidmah untuk bangsa”. Begitu tema yang diusung. Sederhana, tapi penuh makna. Dan di balik ribuan sarung itu, ada pesan besar: ngaji itu abadi, tak lapuk oleh zaman, apalagi oleh tren global.
2. Dimulai dengan Sarung, Diakhiri dengan Kebersamaan
Registrasi mulai sejak tengah hari, pukul 12.00 WIB, di Simpang Lima Gumul,Minggu, 29 Desember 2024.
Pesertanya? Jangan ditanya. Anak muda, bapak-bapak, bahkan mungkin kakek-kakek, semua lebur dalam sarung yang sama. Tak peduli motif kotak-kotak atau garis-garis, asalkan sarung, semua sah.
Tepat pukul 14.00 WIB, deru skuter memenuhi jalanan. Dari Gumul menuju Ploso, perjalanan terasa lebih dari sekadar konvoi. Ini parade akhlak, parade ukhuwah. Pukul 16.00 WIB, mereka tiba di Teras Gubuk Ponpes Al Falah, disambut dengan suasana hangat khas pesantren.
Di sana, rangkaian acara terus bergulir. Ada pengajian bersama Gus Iqdam, salat Ashar berjamaah, hingga puncaknya, Maulid Nabi dan Mauidzoh Hasanah oleh KH Abdurrahman Al Kautsar.
3. Noe Letto: Sarung dan Scooter Itu Filsafat Hidup
Sabrang Mowo Damar Panuluh, atau yang akrab disapa Noe, vokalis band Letto, ikut meramaikan acara. Di sesi bincang santai, dia mengurai makna acara ini.
“Skuter Sarungan ini luar biasa. Ponpes Al Falah Ploso yang sudah 1 abad usianya tetap bisa relevan dengan masa kini. Sarung dan scooter itu, kalau dipikir-pikir, adalah filosofi hidup. Tetap membumi, tapi siap bergerak maju,” kata Noe sambil tersenyum.
Noe juga tak lupa menyinggung betapa istiqomah di jalan ilmu adalah perjuangan berat.
“Tapi Ponpes Al Falah membuktikan. Sudah 100 tahun lebih tua dari republik ini, lho. Harusnya kita semua belajar dari sini,” tambahnya.
4. Hadiah Vespa dan Ribuan Sarung Gratis
Acara ini makin semarak dengan doorprize menarik. Dua unit Vespa, suku cadang eksklusif, hingga ribuan sarung dibagikan untuk peserta tercepat.
Tak hanya itu, kategori Best Costume bikin suasana tambah ceria. Peserta berlomba menunjukkan gaya unik mereka, tetap dengan sarung sebagai elemen wajib. Ada yang pakai jas lengkap, ada juga yang memadukan sarung dengan helm antik.
5. KH Abdurrahman: Tradisi Ngaji Itu Khidmah
KH Abdurrahman Al Kautsar, pengasuh Ponpes Al Falah, menegaskan pentingnya menjaga tradisi ngaji sebagai bentuk khidmah untuk bangsa.
“Harlah 100 tahun ini bukan sekadar selebrasi, tapi pengingat bahwa dakwah harus terus berjalan. Scooter Sarungan adalah cara kita menjaga tradisi tanpa kehilangan esensi. Pesantren itu tempat ngaji, tempat menjaga ilmu para ulama, dan tempat kita meneguhkan peran untuk umat dan bangsa,” ujarnya.
Menutup ceramahnya, Gus Kautsar juga membantah stigma buruk tentang komunitas scooterist.
“Mereka itu baik. Jangan remehkan scooterist hanya karena suara knalpotnya. Lihat ini, ribuan scooterist bersarung, menunjukkan bahwa scooter dan Islam bisa jalan bareng,” katanya, disambut gelak tawa peserta.
Acara ditutup dengan doa bersama, dilanjutkan sesi dokumentasi. Ribuan scooterist bersarung berbaris rapi, menciptakan pemandangan yang tak akan mudah dilupakan.
Scooter Sarungan kali ini bukan cuma soal pawai motor atau hadiah. Ini cerita tentang ukhuwah, tentang tradisi yang tetap hidup di era modern, dan tentang pesan besar bahwa pesantren selalu punya tempat di hati bangsa.
Di ulang tahunnya yang ke-100, Pondok Pesantren Al Falah Ploso membuktikan, tradisi dan modernitas bukanlah dua hal yang saling bertentangan. Sarung dan scooter? Itu nyambung.
Advertisement