Lima Fakta Mencengangkan Kiai Asep Saifuddin Chalim
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hari ini memeriksan Kiai Asep Saifuddin Chalim. Dia diperiksa dalam kapasitas sebagai saksi dalam kasus dugaan suap yang diterima oleh mantan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuzy atau akrab dipanggil Romi.
Sosok Kiai Asep Saifuddin Chalim sebenarnya cukup “berwarna”. Selain aktif dalam kegiatan politik praktis, Kiai Asep ternyata juga aktif di dunia pendidikan. Berikut sosok Kiai Asep Saifuddin Chalim yang berhasil dihimpun.
1. Dikenal sebagai Kiai “Miliader”
Dalam sebuah acara istighotsah dan doa bersama dalam rangka pemenangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Kiai Asep pernah membocorkan rahasianya untuk bisa menjadi kaya raya seperti dirinya.
“Jadi Bapak-Ibu sekalian bisa seperti saya kalau Bapak-Ibu melakukan salat malam,” kata pendiri Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto yang santrinya mencapai 10.000 orang itu seperti dikutip dari bangsaonline.com
Lalu berapa kekayaan dari Kiai Asep? Dia pun membocorkan jika penghasilannya sama dengan anggota DPRD Kota Surabaya. Tapi, bukan gaji satu orang, melainkan gaji semua anggota DPRD Kota Surabaya digabungkan.
“Seumpama gaji semua anggota DPRD Surabaya yang jumlahnya 50 orang itu dikumpulkan masih belum mencapai separuh dari penghasilan saya tiap bulan,” kata Kiai Asep yang disambut tawa yang hadir.
2. Pendukung Khofifah-Emil saat Pemilihan Gubernur Jawa Timur
Pendukung pasangan Khofifah-Emil Dardak dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018 lalu. Saat Kiai sepuh di Jawa Timur yang lain mendukung pasangan calon Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf yang berpasangan dengan Puti Guntur Soekarnoputri, Kiai Asep bersikap lain. Dia mendukung pasangan Khofifah-Emil.
3. Keluarkan Fatwa Fardhu Ain Pilih Khofifah
Dalam perjalanan dukungannya kepada pasangan Khofifah-Emil Dardak, kelompok Kiai yang dimotori Kiai Asep bahkan diduga pernah mengeluarkan fatwa fardhu ain pilih Khofifah Emil Dardak.
Para Kiai yang dimotori Kiai Asep di Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Mojokerto, 3 Juni 2018 lalu, menghasilkan fatwa bernomor 1/SF-FA/6/2018 yang menyebutkan bahwa setiap umat Islam wajib (fardhu ain) mendukung Khofifah-Emil Elestianto
4. Klaim sebagai anak pendiri NU
Dalam pertemuannya dengan Mahfud MD, Kiai Asep pernah bercerita bahwa dia sebenarnya anak dari salah satu pendiri NU. Dia adalah anak dari KH Abdul Chalim, dari Leuwimunding, Majalengka, Cirebon Jawa Barat.
Kiai Abdul Chalim berteman dengan Kiai Abdul Wahab Hasbullah salah satu pendiri NU di Makkah. Mereka mempunyai cita-cita yang sama yaitu memerdekan Indonesia.
Mereka pun bertemu kembali di Indonesia, atau lebih tepatnya di Surabaya untuk mewujudkan cita-citanya. Bersama Kiai Wahab, Kiai Abdul Chalim mendirikan Nahdlatul Wathan di Surabaya. Kiai Abdul Chalim saat di Surabaya tinggal di Jalan Kedung Sroko. Dalam organisasi Nahdlatul Wathan, Kiai Abdul Chalim jadi sekretaris sedang Kiai Wahab jadi ketua.
”Selama ini orang-orang mengenal ayah saya sebagai sekretarisnya Kiai Wahab. Ya memang benar tapi sekretaris dalam organisasi,” tutur Kiai Asep seperti dikutip dari bangsaonline.com
Dalam proses pendirian NU, ketika itu Kiai Hasyim Asy'ari dan Kiai Abdul Wahab mengumpulkan ulama se-Jawa dan Madura yang kemudian membentuk Komite Hijaz. Kiai Abdul Chalim inilah yang menyiapkan administrasi dan mengantarkan surat undangan kepada para ulama itu.
Bahkan Kiai Abdul Chalim juga yang mengingatkan soal perlunya mencantumkan kalimat untuk kemerdekaan bangsa dalam surat Komite Hijaz yang dikirim kepada Raja Saudi saat itu. Kiai Abdul Chalim kemudian dipercaya sebagai Naibul Katib (Wakil Katib) Syuriah PBNU pertama. Sedang Hadratussyaikh didaulat sebagai Rais Akbar dan Kiai Abdul Wahab Katib Syuriah.
5. Punya pondok besar
Kiai Asep Saifudin juga dikenal memiliki pondok pesantren besar di Pacet Mojokerto. Pondok pesantrennya diberi nama Amanatul Ummah. Pondok pesantren Amanatul Ummah semula berada pesantren di Siwalankerto Surabaya. Tapi kemudian berkembang dan mendirikan lagi di Pacet Mojokerto. Santrinya diklaim mencapai 10.000 orang.
Kata Kiai Asep, pondoknya miliknya ini sekaligus memenuhi cita-cita dari almarhum ayahnya. Asep pun bercerita jika dalam sebuah kesempatan, Kiai Wahab salah satu pendrii NU sekaligus teman dari ayahnya pernah berkata, jika semua kiai-kiai pendiri dan pengurus NU (PBNU) hanya ayahnya, almarhum Kiai Abdul Chalim yang tak punya pesantren.
“Ayah saya menjawab, nanti anak saya yang akan punya pesantren besar. Mendengar itu Kiai Wahab sempat terperanjat,” ungkap Kiai Asep.
Ternyata apa yang disampaikan Kiai Abdul Chalim benar. Kini putra Kiai Abdul Chalim, yaitu Kiai Asep Saifuddin Chalim punya pesantren besar. (amr)