Lima Etape Kunci Giro d'Italia 2020
Tour de France adalah balap sepeda terbesar di dunia juga terlama di dunia, sejak tahun 1903. Khas negara Eropa dan terutama Prancis yang kaku, kalem, cenderung aristokrat. Jadi atmosfer Tour de France itu elegan, mewah, keren, dan berkelas.
Nah, bertolak belakang dengan Giro d’Italia. Tahun ini, edisi ke-103. Inilah rock ‘n rollnya balap sepeda. Seru, ramai, full musik, party, dan atmosfernya berbeda sekali dengan TdF. Di pinggir jalan banyak orang bermain musik, hotel-hotel semuanya menyambut Giro d’Italia.
Bahkan rumah-rumah warga yang dilewati oleh pembalap dihiasi dengan warna pink. Warna kebesaran Giro d’Italia. Di tempat finis-pun juga meriah. Tak mengurangi esensi balapnya, tapi kemeriahannya terasa beda dengan Tour de France.
Tour de France itu mewahnya mewah elegan. Giro d’Italia itu mewah tapi mewahnya mewah yang seru dan nge-hype.
Setelah kita dihadapkan dengan drama deg-degan Tour de France yang akhirnya dimenangkan Tadej Pgacar (UAE Team Emirates) itu, Mulai besok, Sabtu, 3 Oktober Giro d’Italia akan dimulai dan akan berakhir 25 Oktober.
Biasanya, grand tour tiga minggu ini selalu jadi pembuka di awal tahun. Diadakan di bulan Mei. Lantas, Juni digelar Tour de France dan Oktober begini biasanya Vuelta a Espana di Spanyol. Tapi gara-gara Covid-19, semua jadwal jadi berubah.
Lagi-lagi gara-gara Covid-19, Giro d’Italia yang harusnya dimulai dari negara Hungaria, akhirnya dibatalkan. Mauro Vegni, Direktur Lomba mengatakan empat hari pertama Giro d’Italia akan diadakan di Sisilia, Italia. Jadi Giro d’Italia tahun ini penuh diadakan di negara Italia.
Hanya “mampir” sebentar ke Prancis saat Etape 20 nanjak Col d’Izoard.
Direktur lomba mengatur etape yang berat yaitu etape pegunungan diletakkan di minggu ketiga.
Lantas ditutup dengan time trial di Milan sepanjang 16,5 km mengelilingi Duomo di tengah kota Milan, Italia tanggal 25 Oktober.
Beda dengan Tour de France yang hanya memiliki satu etape time trial, Giro d’Italia akan menggelar tiga etape ITT. Total selama tiga minggu, pembalap akan menanjak setinggi 40 ribu meter melewati 50 buah gunung. Dan ada lima etape yang berakhir di ujung tanjakan.
Ada lima etape yang harus diperhatikan karena di etape-etape ini bisa saja terjadi sesuatu yang mengejutkan dan membuat kocar-kacir peta general classification. Apa saja itu?
Etape 3 (5 Oktober): Enna–Etna (piano Rovenzana)–150 km
Untuk yang ketiga kalinya dalam empat tahun terakhir, Giro menanjak ke Gunung Etna di minggu pertama Giro. Tahun 2017, nanjak Gunung Etna dari Nicolosi lantas finis di Rifugio Sapienza.
Tahun 2018, nanjak gunung yang sama tapi melalui Ragalna. Waktu itu, Simon Yates (Mitchelton-Scott) menyalip Esteban Chaves, teman satu tim hampir di ujung tanjakan.
Tahun ini, Giro akan melewati Gunung Etna dari Linguaglossa. Dan akan finis di lokasi baru, Piano Provenzana. Yang berada di ketinggian 1.775 m di atas permukaan laut. Total panjang menanjaknya adalah 18,2 km dan memiliki gradien rata-rata 6,8 persen dan 3 km terakhir lumayan curam.
Biasanya, etape gunung di awal-awal grand tour tidak membuat banyak perbedaan di klasemen general classification. Karena peloton masih bugar. Tapi tetap ini adalah etape terberat di minggu pertama Giro d’Italia.
Etape 14 (17 Oktober): Coneglinao–Valdobbiadene–34,1 km Individual Time Trial
Rute kali ini cocok untuk time trialist seperti Tom Dumoulin dan Primoz Roglic (Jumbo-Visma). Dua-duanya pernah juara grand tour dengan etape time trial sama persis seperti Etape 14 ini. Time trial tetapi ada rollingnya.
Dumoulin mendapatkan kemenangan grand tour Giro d’Italia 2017 saat mendominasi Montefalco time trial. Roglic juga menguasai Pau saat memenangkan Vuelta a Espana.
Contador memenangkan Giro d’Italia tahun 2015 unggul dari Fabio Aru juga di rute yang sama, Valdobbiadene. Tapi waktu itu, time trialnya sejauh 59,4 km, time trial terpanjang dalam dekade terakhir.
Kali ini, time trial akan start dari Conegliano. Enam kilometer pertama adalah flat. Lantas nanjak ke Muri di Ca’del Poggio, yang juga digunakan saat perebutan juara nasional Italia 2010.
Sejauh 1,1 km dengan gradien rata-rata 12 persen. Ada beberapa bagian yang 18 persen 400 meter. Lantas 16 persen mendekati ujung tanjakan. Time check pertama berada di sini.
Lantas time check berikutnya ada di km 16,9 dan km 24,8. Sebelum finis kira-kira 5,5 km ada “false flat”–jalan yang nampaknya flat tapi ternyata menanjak. False flat itu membawa pembalap ke ketinggian 350 meter di atas permukaan laut. Lantas turun sejauh 3 km memasuki finis di kota Valdobbiadene.
Etape 15 (18 Oktober): Base Area Rivolto–Piancavallo–185 km
Etape hari Minggu ini seharusnya cukup seru. Setelah sehari sebelumnya time trial, dan esok hari, Senin adalah rest day kedua. Hari ini, seharusnya pembalap memaksimalkan point dan waktu di klasemen GC.
Start dari Rivolto Air Base, untuk memperingati 60 tahun ulang tahun Frecce Tricolori. Pasukan aerobatik yang memamerkan kemampuannya berakrobatik udara di Giro tahun 2009 dan 2014.
Pembalap harus mencapai Kota Aviano yang merupakan titik sebelum nanjak ke Piancavallo. Total tanjakan adalah 15,5 km dengan average gradien 7,5 persen dan berakhir di ketinggian 1,300 meter di atas permukaan laut.
Enam kilometer pertama gradien rata-ratanya adalah 9,4 persen. Ada yang 11,6 persen. Tanjakannya tanpa ampun hingga kilometer 9. Lantas lima kilometer terakhir termasuk mudah. 500 meter terakhir adalah flat dan final kilometer sebelum memasuki ski resort adalah false flat.
Tahun 2017, Mikel Landa memenangkan etape ini dengan solo finish. Tom Dumoulin yang mengenakan maglia rosa (pink jersey) terus menyerang bersama Nairo Quintana.
Etape 18 (22 Oktober)–Pinzolo–Laghi di Cancano–207 km
Setelah etape sebelumnya yang harus menaklukkan gunung dan finis di Madonna di Campiglio, Etape 18 inipun akan finis di gunung.
Giro diadakan di Kota Pinzolo terakhir tahun 2015. Waktu itu balapan menuju Aprica. Dan Mikel Landa yang memenangkan etape itu. Steven Kruijswijk dan Alberto Contador finis dua dan tiga di belakang Landa.
Etape ini akan memberikan dua tanjakan pemanasan sebelum menaklukkan Passo dello Stelvio lewat sisi Prato. Stelvio memiliki ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut.
Pembalap harus menanjak sepanjang 24,7 km dengan gradien rata-rata 7,5 persen. Sepuluh kilometer pertama termasuk mudah. Begitu memasuki kelokan terkenal Stelvio, gradien tidak pernah dibawah 8 persen selama 15 km.
Pembalap yang finis duluan di Stelvio akan memenangkan Cima Coppi. Lantas turun menuju sisi Bormio. Lantas pembalap harus nanjak lagi untuk terakhir kalinya menyelesaikan Etape 18 ini.
Kali ini sejauh 8,7 km dengan gradien rata-rata 6,8 persen sebelum flat sejauh 1,7 km sebelum garis finis. Hari ini, pembalap harus menanjak total 5.400 meter!
Etape 20 (24 Oktober): Alba–Sestriere–198 km
Ini adalah etape sehari sebelum parade di Milan hari Minggu, 25 Oktober. Akankah di etape ini terjadi hal yang mengejutkan seperti di Tour de France kemarin?
Di etape ini pembalap harus menempuh jarak 198 km dan menanjak setinggi 5.800 meter. Start dari kota Alba dan berakhir di ski resort kota Sestriere.
Setelah lomba berjalan 80 km, akan ada false flat. Dan gradiennya makin lama makin berat hingga mencapai Colle dell ‘Agnello sejauh 21 km dengan rata-rata gradien 6,9 persen menuju ketinggian 2,700 meter di atas permukaan laut.
Tahun 2016 lalu, rute ini juga digunakan menuju Risoul. Waktu itu, setelah menyelesaikan tanjakan ini, Steven Kruijswijk yang mengenakan pink jersey harus mengalami kecelakaan menabrak tembok salju di ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut. Vincenzo Nibali yang memenangkan etape hari itu.
Setelah menanjak Colle dell ‘Agnello, pembalap harus menaklukkan Col d’Izoard. Tanjakan sepanjang 13,9 km dengan gradien rata-rata 7,1 persen. Dan Colle de Monginevro, tanjakan sepanjang 6,4 km dengan gradien rata-rata 6,7 persen.
Lantas balapan akan berakhir nanjak ke Sestriere sejauh 11,3 km dengan gradien rata-rata 6 persen. Giro terakhir finis di sini adalah tahun 2015. Waktu itu pemenangnya adalah Fabio Aru mengalahkan Ryder Hesjedal dan Rigoberto Uran.
Advertisement