Jimat “Li Khamsatun“, Lima Cinta Kaum Santri pada Keluarga Nabi
KH Muhammad Hasyim Asy'ari, seorang tokoh yang setia melanjutkan ajaran-ajaran Walisongo. Pendiri dan Rais Akbar Nahdlatul Ulama (NU) ini, juga dikenal sebagai Pahlawan Nasional sebagai Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dari dakwah Walisongo ini, tentu saja ilmunya bersambung (sanad) pada Nabi Muhammad Saw. Dengan ajaran yang mengedepankan akhlak dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam sehingga Islam dengan mudah diterima di Nusantara.
"Syi'iran ini merupakan ajaran dari ulama-ulama pesantren, yang diijazahkan Kiai Hasyim Asy'ari kepada umat Islam," tutur KH Sholeh Qosim Sidoarjo.
Pada suatu zaman, Kiai Hasyim Asy'ari mengajarkan Wirid Pujian. Wirid ketika ada wabah dalam suatu negara.
لِي خَمْسَةٌ أُطْفِي بِهَا * حَرَّ الوَبَاِء الْحَاطِمَةْ
اَلْمُصْطَفَى وَالمُرتَضَى وَابْنَاهُمَا وَالفَاطِمَةْ
Li khamsatun uthfii bihaa
Harral wabaa il haa thimah
Al-musthafa wal murtadha
Wabnahumaa wal faathimaah
Laa ilaha illa anta
Yaa hayyu yaa qayyum
Laa ilaha illa anta
Subhanaka inni kuntu minaddhalimin
Ya dzaljalali wal ikram
amitsnaa 'alaa diinil islam
Wirid Li Khamsatun adalah Doa Tolak Wabah Penyakit, yang populer dilantunkan di langgar-langgar (mushala) di masyarakat Nusantara.
Dalam syi'ir yang dikenal sebagai "Lima Jimat" itu, sesungguhnya terdapat figur pilihan dalam ajaran Islam. Mereka adalah Rasulullah Muhammad Saw, Sayyidina Ali bin Abi Thalib (Karamallahu waj-hah), Sayyidatina Fathimah Az-Zahra (Putri Nabi, isteri Sayyidina Ali, serta Hasan bin Ali dan Husein bin Ali (Putra dari Sayyidina Ali dan Siti Fathimah Az-Zahra).
Suatu riwayat dari Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al-Jufri:
Rasulullah Saw yang sengat menyayangi Hasan dan Husein suatu saat mendatangi rumah Siti Fathimah. Beliau tak menemukan kedua cucu kesayangan itu di rumah. Siti Fathimah lalu memberitahukan bahwa kedua lelaki kecil usia empat tahunan itu sedang dibawa ayahnya, sayyidina Ali bin Abi Thalib, bekerja di sebuah kebun kurma.
Menyusullah Rasul Saw ke lokasi dimaksud. Terlihat Sayyidina Ali sedang menimba air di sebuah sumur di tengah kebun kurma milik seorang Yahudi. Ya, Sayyidina Ali sedang nderep nimba air kepada seorang Yahudi. Bayarannya ialah satu timbaan dapat sebutir kurma...
Di sekitar Sayyidina Ali, nampak Sayyidina Hasan dan Husein sedang bermain layaknya bocah dengan mulut berlepotan kurma. Mereka berarti telah memakan kurma-kurma hasil kerja ayahnya.
Rasulullah Saw lalu berkata kepada Sayyidina Ali untuk pulang saja agar anak-anak itu tidak kepanasan di tengah kebun. Sayyidina Ali memohon ijin pada Rasul Saw untuk menimba air beberpa kali lagi agar mendapatka upah kurma yang cukup untuk dibawa pulang untuk makan Siti Fathimah.
Rasulullah Saw pun mengiyakan, lalu duduk menunggu Sayyidina Ali bekerja menimba air di tepian kebun sembari bermain-main dengan Sayyidina Hasan dan Husein...
Itu adalah Rasulullah Saw, Sang A'dhamul Asbab lihalqi kullil makhluq, yang hanya kepadanya Allah Swt mengucapkan salam.
Lalu itu adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib, sang pintu gerbang bagi kota ilmu pengetahuan, sang martir pertama dalam sejarah Islam, yang dijamin masuk surga oleh Rasul Saw.
Dan itu adalah Sayyidina Hasan dan Husein, yang pernah menelan ludah Rasul Saw melalui mamahan kurma yang lalu beliau suapkan; yang pernah bermain-main di dada mulia Rasul Saw dan bermain kuda-kudan di pundak Rasul Saw ketika beliau sedang shalat, dan dikatakan oleh Rasul Saw bahwa keduanya adalah pemimpin para pemuda si surga.
ShallaLlah 'ala Sayyidina wa Maulana Muhammad wa 'ala alihi ajma'in.
Wallahu a'lam.
Advertisement