Lima Catatan Forum Silaturahmi Bu Nyai Nusantara
Forum Silaturahmi Bu Nyai Nusantara digelar di Surabaya, 14-15 Juli 2019. Perhelatan diinisiasi PW Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) NU Jawa Timur, menghadirkan sejumlah tokoh perempuan, khususnya dari kalangan pesantren.
Berikut catatan Ainur Rofiq Al Amin, Staf Pengajar di Pesantren Tambakberas, Jombang, atas perhelatan yang dibuka KH Marzuki Mustamar (Ketua PWNU Jatim), KH Ghoffar Rozin (Ketua PP RMI NU), dihadiri pula Gubernur Jatim Hj Khofifah Indar Parawansa:
Cerita singkat ini untuk mengapresiasi acara Silatnas Bu Nyai Nusantara yang baru saja usai. Saya acungi jempol kegiatan itu karena berguna untuk menambah dan menguatkan bu nyai mendidik santri, apalagi ada materi tentang radikalisme. Karena memang bu nyai menurut pengamatan pribadi saya adalah tonggak penting dalam ngopeni (mengasuh) santri. Alasan saya sederhana, Bu nyai adalah pribadi yang telaten, sabar, dan sedikit "cerewet" dalam ngurusi santri sehari-hari yg mungkin terlihat ringan tapi sebetulnya berat. Kisah di bawah ini membuktikan pernyataan saya (saya pastikan masih banyak kisah dari para bunyai lain yg lebih "dahsyat" dalam ngopeni santri).
Ning Nyai ini adalah salah satu peserta Silatnas. Saya bertanya seminggu ini apa kegiatannya sebagai salah satu pengasuh di sebuah pesantren. Berikut poin poin jawabanya.
1. Ada wali santri yang melapor urusan rumah tangganya akibat kawin muda. Naifnya, lapornya di hadapan santri yg tidak lain adalah anaknya sendiri. Tentu Ning Nyai kaget dan harus mutar otak utk selesaikan masalahnya.
2. Ada wali santri bilang belum bisa membayar utk pembelian lemari kecil yang tidak seberapa, padahal wali santri itu sudah lunas membayar kebutuhan sekolah yg lebih besar. "Penomorduaan" ini tidak menjadikan ning nyai sewot, tapi tetap diladeni dan diberi solusi.
"Ada santri putri baru yang lari dari pondok sepulang dari sekolah formal. Tentu para pengurus pondok bingung, maka dicari info, ketemulah di rumah mbah si santri baru itu. Besoknya si santri baru bersama orangtuanya pengen pindah di asrama pondok lain yg ada teman lawasnya."
3. Ada wali santri lawas yg datang bersama putrinya dan minta dicarikan jodoh. Maka Ning Nyai telpon sana sini sbg ikhtiyar mencarikan jodoh.
4. Ada santri putri baru yang lari dari pondok sepulang dari sekolah formal. Tentu para pengurus pondok bingung, maka dicari info, ketemulah di rumah mbah si santri baru itu. Besoknya si santri baru bersama orangtuanya pengen pindah di asrama pondok lain yg ada teman lawasnya. Maka dibuatkan surat pindah ke tempat asrama pondok yang dituju, tapi ternyata pondok yang dituju tersebut telah penuh, maka dengan terpaksa anaknya dibawa pulang. Ning Nyai mendengar itu lsg menelpon ortu wali santri dan akan dicarikan asrama di pondok lain, yang penting tetap mondok.
5. Telaten membelajari totokromo santri. Semisal saat bincang-bincang pagi di teras yg saya sendiri terlibat. Lalu ada santri mau berangkat sekolah dan saya iseng bertanya, apa sudah makan, jawabnya "mpun". Si Ning Nyai bilang, "Eh jawab dengan sampun, jangan mpun" kurang alus." Itu contoh telaten mengajari tetek bengek ahklak santri yang tentu tidak terpikirkan oleh sebagian orang, termasuk saya. Belum lagi santri yg asal Jakarta dan luar Jawa yang sediikit demi sedikit diajari bahasa Jawa karena berguna utk belajar maknani kitab kuning.
Demikian sepenggal kisah yg saya dapatkan seminggu ini. Itu belum lagi kegiatan spiritual baik tahajud, puasa sunnah dan membaca amalan amalan rutin para bu nyai yang ditujukan agar santrinya baik.
Advertisement