Lima Bulan Baru Ditindaklanjuti Polisi
Penyidik Polda Jawa Timur hari ini memanggil dokter di National Hospital yang diduga melakukan pelecehan seksual kepada seorang calon perawat yang mendaftar di rumah sakit swasta di kawasan Surabaya Barat ini. Dalam pemanggilan ini penyidik akan meminta keterangan atas laporan dugaan tindakan pelecehan yang dilakukannya.
"Setelah kita lakukan gelar perkara, dan kita minta dokter tersebut untuk datang hari ini pukul 09.00 pagi," ujar Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera, Selasa, 30 Januari 2018.
Pemanggilan ini sebenarnya baru pertama kalinya, padahal laporannya sudah masuk sejak 25 Agustus 2017 yang lalu. Dalam laporan nomor LPB/1039/VIII/2017/UM/Jatim disebutkan jika korban inisial OPA melaporkan adanya pelecehan yang dilakukan oknum dokter di Rumah Sakit National Hospital. Peristiwa terjadi pada 23 Agustus 2017 sekitar pukul 09.10 WIB.
Kuasa hukum pelapor, Okkie Suryatama membeberkan kronologi dugaan pencabulan tersebut. Saat itu korban melamar di rumah sakit mewah ini sebagai perawat. Korban kemudian mendapat panggilan. Selanjutnya, OPA datang ke RS dan diarahkan ke ruang Medical Chek Up. Nah, di situlah tindakan pelecehan dilakukan oknum dokter.
Sebagaimana penuturan korban O di salah satu program salah satu stasiun TV Swasta, Sabtu, 27 Januari 2018, ia mengatakan peristiwa itu terjadi pada 23 Agustus 2017 lalu. Saat itu ia melamar sebagai calon perawat di National Hospital, Surabaya. Korban diminta untuk menjalani serangkaian tes, salah satunya tes kesehatan.
Korban menuturkan, tes kesehatan saat itu hanya diikuti dua orang calon perawat, korban sendiri dan satu lagi calon perawat pria. Semula ada tiga dokter laki-laki dan satu perawat perempuan menemani O di dalam ruangan. Tapi yang lainnya keluar, tersisa korban dan dokter pria berinisial R.
Oknum dokter R sempat meminta korban menanggalkan pakaiannya, dengan dalih untuk pemeriksaan menyeluruh calon perawat. Korban kemudian diminta terlentang dan saat itulah oknum dokter melakukan aksi cabulnya.
"Di situ dia mulai meraba-raba saya. Saya teriak, 'Loh kenapa ini Dok!'. Dia bilang, 'Kalau enggak mau nanti ada apa-apa saya dimarahin rumah sakit karena pemeriksaan enggak lengkap'," kata O menuturkan kejadian.
"Saya berontak, tapi saya hanya berdua dengan dokter itu dan pintunya ditutup," imbuhnya.
Korban mengakui tes kesehatan itu berada di ruang dokter spesialis, kedap udara dan tak ada CCTV. "Di situ saya pasrah, kalau saya menolak, ya seperti itu (diancam),"
Korban merasa tes kesehatan yang dilakukan dokter R itu janggal. Pasalnya, saat tes kesehatan rekannya sesama calon perawat yang kebetulan pria, dokter tersebut hanya memeriksa sekitar 10 menit. "Teman saya cowok diperiksa perutnya saja, saya lebih kompleks, saya lama hampir setengah jam, teman saya 10 menit," ujarnya.
Awalnya korban ragu menceritakan kejadian yang menimpanya ke teman calon perawat, karena seorang pria. Tapi, atas saran temannya itu, korban akhirnya melaporkan kejadian yang dialami ke bagian HRD rumah sakit.
"Saya tanya ke HRD apa betul tes kesehatan sampai begitu? Mereka jawab tidak. Katanya untuk jadi HRD saja enggak sampai begitu. Tapi saya enggak ada bukti. Saya tanya ke teman-teman di rumah sakit lain, ternyata tidak juga, dan biasanya kalau kitanya wanita yang periksa ya dokter wanita," paparnya.
Korban lantas melaporkan kasus tersebut ke Polda Jawa Timur pada 25 Agustus 2017. (amr)