Lima Bahaya dalam Renungan 'Mirror' Eduardo Galeano
"Ada tradisi yang melihat jurnalisme sebagai sisi gelap sastra, dengan penulisan buku di puncaknya," kata Eduardo Galeano kepada suratkabar Spanyol El Pais, suatu kali. “Saya tidak setuju. Saya pikir semua karya tulis adalah sastra, bahkan grafiti. Saya telah menulis buku selama bertahun-tahun sekarang, tetapi saya dilatih sebagai jurnalis, dan stempelnya masih menempel pada saya. Saya berterima kasih kepada jurnalisme untuk membangunkan saya dengan realitas dunia."
Realitas itu tampak suram. "Dunia ini sama sekali tidak demokratis," katanya. "Lembaga yang paling kuat, IMF [Dana Moneter Internasional] dan Bank Dunia, dimiliki oleh tiga atau empat negara. Yang lain mengawasi. Dunia diatur oleh ekonomi perang dan budaya perang."
Namun tak ada dalam karya Eduardo Galeano atau sikapnya yang terkesan putus asa atau bahkan melankolis. Saat berada di Spanyol selama pemberontakan pemuda indignados, dalam perjalanan hidupnya, Eduardo Galeano bertemu dengan beberapa pemrotes muda di Puerta del Sol Madrid. Galeano mengambil hati dari demonstrasi. "Ini adalah orang-orang muda yang percaya pada apa yang mereka lakukan," katanya. "Tidak mudah menemukan itu di bidang politik. Saya sangat berterima kasih untuk mereka."
Eduardo Galeano, 'penyair pemenang' Uruguay dari gerakan anti-globalisasi, telah menulis sebuah buku pelajaran sejarah dan politik untuk setiap hari sepanjang tahun.
Di antara karya Eduardo Galeano, Days and Nights of Love and War (pemenang Casa de las Americas Prize 1978), The Book of Embraces, dan trilogi Memory of Fire yang sangat terkenal.
Pandangan dunianya tidak rumit – kepentingan militer dan ekonomi menghancurkan dunia, mengumpulkan kekuatan yang meningkat di tangan orang kaya dan menghancurkan orang miskin. Mengingat sapuan sejarah yang luas dari karyanya, contoh-contoh dari abad ke-15 dan seterusnya tidak jarang. Dia memahami situasi saat ini bukan sebagai perkembangan baru, tetapi sebuah kontinum di sebuah planet yang secara permanen diganggu oleh penaklukan dan perlawanan. "Sejarah tidak pernah benar-benar mengucapkan selamat tinggal," katanya. "Sejarah berkata, sampai jumpa."
Renungan-renungan Eduardo Galeano, dalam bukunya berjudul “Mirrors” mendapat sambutan membahagiakan dari kalangan intelektual di Indonesia, atas terjemahan Wardah Hafidz. Berikut Ngopibareng.id sajikan "Lima Bahaya" dalam renungan Eduardo Galeano dari buku “Mirrors” itu.
1
BAHAYA DI RIMBA
Savitri pergi.
gajah liar yang mendengar panggilan Savitri merobohkan pagar, menabrak penjaga, dan memasuki tenda. Savitri melepaskan diri dari rantainya, lalu keduanya menghilang, masuk hutan.
menurut pemilik Sirkus Olympic kerugian yang dideritanya mencapai sekitar sembilan ribu dolar dan ia mengatakan sialnya, Gayatri, teman Savitri, sangat stress dan tertekan dan tidak mau bekerja.
pada akhir 2007, pasangan pelarian itu terlihat berada di tepi danau, 225 kilometer dari Kalkuta.
pengejarnya tak berani mendekat. belalai gajah betina dan jantan itu saling berpilin.
Eduardo Galeano
“Mirrors” [ 571 ]
2
BAHAYA DI SUMBER AIR
menurut wahyu 21:6, Tuhan akan menciptakan dunia baru dan berkata:
“Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma2 dari mata air kehidupan.”
cuma2? berarti dunia baru tidak akan memberi tempat kepada Bank Dunia atau perusahaan2 swasta yang mendedikasikan usaha mulianya pada air? nampaknya begitu. sementara, di dunia lama yang kita tinggali ini, sumber air sangat dicari sebagaimana cadangan minyak, dan menjadi medan pertempuran.
di Amerika Latin, perang air pertama terjadi saat pendudukan Meksiko oleh Hernán Cortés. yang lebih belakangan, perang memperebutkan emas biru itu terjadi di Bolivia dan Uruguay. di Bolivia, rakyat turun ke jalan dan berhasil memiliki kembali airnya yang hilang. di Uruguay, rakyat memberikan suara di plebisit dan berhasil menghindarkan hilangnya air mereka.
Eduardo Galeano
“Mirrors”[ 572 ]
3
BAHAYA DI TANAH
satu siang di tahun 1996, sembilanbelas petani miskin ditembak dengan darah dingin oleh polisi militer negara bagian Para di Amazon Brazil.
di Pará dan di banyak bagian lain Brazil, para tuan tanah menguasai hamparan tanah sangat luas, berkat hak pewarisan atau hak mencuri. hak atas harta kekayaan ini memberi mereka hak atas impunitas. sepuluh tahun setelah pembantaian itu, tak seorang pun masuk penjara. tidak tuan tanah, tidak pula preman2 mereka.
tetapi tragedi itu tak menyurutkan atau membuat patah semangat para petani miskin tak bertanah. anggota organisasi mereka membengkak, demikian pula semangat mereka menggarap tanah, walaupun itu dianggap kejahatan serius dan sebuah kegilaan yang sulit dimengerti.
Eduardo Galeano
“Mirrors” [ 573 ]
4
BAHAYA DI LANGIT
pada tahun 2003, rakyat menggulingkan pemerintah Bolivia.
orang2 miskin itu muak dan lelah. semua diprivatisasi, bahkan air hujan pun. papan bertulis “dijual” digantung di Bolivia, dan mereka akan menjual semuanya, rakyat Bolivia dan apapun lainnya.
pemberontakan pecah di El Alto yang menjulang di ketinggian kota La Paz, tempat yang termiskin dari yang miskin bekerja dari hari ke hari, mengunyah kepedihan mereka. mereka berada begitu tinggi sehingga jika berjalan mereka mendorong awan, dan setiap rumah mempunyai pintu ke surga.
surga yang lebih dekat dari bumi menjadi tempat pergi mereka yang mati dalam pemberontakan. sekarang mereka mengguncang surga.
Eduardo Galeano
“Mirrors” [ 574 ]
5
BAHAYA DI AWAN
menurut kesaksian tak terbantahkan yang sudah diterima Vatikan, Antoni Gaudí layak menerima gelar santo karena banyak keajaiban yang diciptakannya.
seniman yang menciptakan modernisme Catalan itu meninggal tahun 1926, dan sejak itu ia telah menyembuhkan banyak yang tak tersembuhkan, menemukan banyak yang tak tertemukan, dan menciptakan pekerjaan dan membangun perumahan di mana2.
proses beatifikasi sedang berlangsung.
arsitektur surga berada dalam bahaya besar. karena Gaudi yang puritan, suci, tak pernah melewatkan prosesi ini, memiliki tangan pagan, yang tertera di labirin karnal yang muncul dalam desain rumah2 dan taman2 yang dibuatnya.
apa yang akan ia lakukan sekarang setelah mendapatkan penghargaan langit yang mereka berikan kepadanya? akankah ia mengundang kita memasuki kedalaman Adam dan Hawa, pada malam ciuman pertama mereka?
Eduardo Galeano
“Mirrors” [ 575 ]
Advertisement