Lima Akibat Kesaksian Palsu, 6 Kiat Kecerdasan Nabi Sulaiman
Kisah keteladanan kecerdasan Nabi Sulaiman Alaihissalam.
Mari kita perhatikan, Allah berfirman dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 135.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa Hafidz Ibnu Asakir pernah menceritakan kisah kecerdasan Nabi Sulaiman bin Daud AS dari Ibnu Abbas RA sebagai berikut:
Ada seorang wanita cantik pada masa Bani Israil. Dia dirayu oleh empat pemuda terkenal di kalangan mereka untuk berbuat hal yang dilaknat Allah, namun wanita itu menolak mereka semua. Karena kesal, mereka sepakat untuk membuat kesaksian palsu atas wanita tersebut agar ia dihukum.
Selanjutnya, mereka bersaksi di hadapan Nabi Daud AS bahwa wanita itu telah berbuat hal yang tidak terpuji dengan anjingnya. Nabi Daud AS pun memerintahkan agar wanita itu dirajam.
Nabi Sulaiman AS memikirkan kasus tersebut. la duduk dikelilingi para pembantunya untuk berakting seperti empat orang lelaki pelapor dan wanita yang tertuduh. Sedangkan, Nabi Sulaiman AS duduk sebagai hakim. Akhirnya, terbesitlah ide cemerlang dan menyuruh pembantunya yang berperan sebagai empat orang saksi untuk menghadapnya satu per satu tanpa diketahui tiga orang lainnya.
Nabi Sulaiman AS bertanya kepada yang pertama, “Apa warna anjing itu?” Dia menjawab, “Hitam.” Maka dia dipinggirkan. Nabi Sulaiman AS memanggil orang kedua dan menanyakan kepadanya warna anjing itu dan ia menjawab, “Merah.” Yang ketiga mengatakan, “Kelabu.” Dan yang keempat mengatakan, “Putih.”
Akhirnya, Nabi Sulaiman AS menemukan cara untuk membuktikan kesaksian palsu keempat orang pelapor tersebut. Saat itu ia memutuskan hukuman yang pantas bagi mereka hukuman mati.
Hal ini diceritakan Nabi Sulaiman AS kepada ayahnya, Nabi Daud AS. Kemudian dipanggillah empat orang yang bersaksi atas wanita tersebut.
Nabi Daud AS bertanya kepada mereka secara terpisah tentang warna anjing itu. Seperti yang diduga sebelumnya, mereka memberi keterangan yang berbeda-beda tentang anjing yang mereka maksud.
Sudah dipastikan mereka hanya mengarang dan memberi kesaksian palsu. Akhirnya, Nabi Daud AS memutuskan bahwa keempat lelaki itulah yang bersalah dan memerintahkan agar mereka dihukum mati.
Lima Akibat Memberikan Kesaksian Palsu
Lalu apa akibat dari memberikan kesaksian palsu? Paling tidak ada lima akibat.
Pertama, hatinya telah kotor (berdosa).
Allah SWT berfirman:
وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَۗ وَمَنْ يَّكْتُمْهَا فَاِنَّهٗٓ اٰثِمٌ قَلْبُهٗ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ࣖ
“Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barangsiapa menyembunyikannya, sungguh hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 283)
Kedua, termasuk orang yang zalim.
Allah SWT berfirman:
فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللّٰهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ اِذْ جَاۤءَهٗۗ اَلَيْسَ فِيْ جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكٰفِرِيْنَ
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat kebohongan terhadap Allah dan mendustakan kebenaran yang datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahanam tempat tinggal bagi orang-orang kafir?” (QS. Az-Zumar: 32)
Ketiga, memperoleh dosa yang sama dengan orang yang menyekutukan Allah.
Dari Khuraim bin Fatik Al-Asadi radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
قَالَ صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الصُّبْحِ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَامَ قَائِمًا فَقَالَ عُدِلَتْ شَهَادَةُ الزُّورِ بِالْإِشْرَاكِ بِاللَّهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ ثُمَّ قَرَأَ : فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنْ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ حُنَفَاءَ لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِ
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat Shubuh. Selesai shalat, beliau bangkit dan berkata, “Persaksian palsu itu disamakan dengan perbuatan menyekutukan Allah.” Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau membacakan ayat, “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta dengan ikhlas kepada Allah.” (QS. Al-Hajj: 30). (HR. Abu Dawud No. 3599, Tirmidzi No. 2300, Ibnu Majah No. 2372)
Keempat, tidak memperoleh petunjuk.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ
“Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (QS. Ghafir: 28)
Kelima, memperoleh dosa besar.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Nabi ditanya tentang al-kabaa’ir (dosa-dosa besar). Maka beliau bersabda:
الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ
“Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua, membunuh orang, dan bersumpah palsu.” (HR. Bukhari No. 2653 dan Muslim No. 88)
Lima Kiat Menghindari Saksi Palsu
Berikut ini cara agar kita terhindar dari perilaku memberikan kesaksian palsu.
Pertama, senantiasa mengerjakan perbuatan yang berfaedah dan menjaga kehormatan seperti para ‘Ibadurrahman.
Allah SWT berfirman:
وَالَّذِيْنَ لَا يَشْهَدُوْنَ الزُّوْرَۙ وَاِذَا مَرُّوْا بِاللَّغْوِ مَرُّوْا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan: 72)
Kedua, menegakkan kesaksian karena Allah.
Allah SWT berfirman:
شُهَدَاءَ لِلَّهِ
“Menjadi saksi karena Allah.” (QS. An-Nisa: 135)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
وَأَقِيمُوا الشَّهادَةَ لِلَّهِ
“Dan hendaklah kalian tegakkan kesaksian itu karena Allah.” (QS. At-Thalaq: 2)
Ketiga, berlaku adil.
Janganlah sekali-kali hawa nafsu dan fanatisme serta risiko dibenci orang lain membuat kalian meninggalkan keadilan dalam semua perkara dan urusan kalian. Bahkan tetaplah kalian pada keadilan dalam keadaan bagaimanapun juga, Allah SWT berfirman:
وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوى
“Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu kaum, mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Maidah: 8)
Keempat, menjauhi perkataan dusta.
Allah SWT berfirman:
فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْاَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوْا قَوْلَ الزُّوْرِ ۙ
“Maka jauhilah olehmu (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta.” (QS. Al-Hajj: 30)
Kelima, ikhlas karena Allah.
Allah SWT berfirman:
حُنَفَاۤءَ لِلّٰهِ غَيْرَ مُشْرِكِيْنَ بِهٖۗ
“(Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya.” (QS. Al-Hajj: 31)
Keenam, tidak mengada-adakan kebohongan.
Allah SWT berfirman:
اِنَّمَا يَفْتَرِى الْكَذِبَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰذِبُوْنَ
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong.” (QS. An-Nahl: 105)
اللّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
“Ya Allah, berilah kenikmatan kepada kami dengan pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami selama Engkau menghidupkan kami, jadikanlah ia tetap ada pada kami, jadikanlah pembalasan kami kepada orang yang menzalimi kami, berilah kami kemenangan atas orang yang memusuhi kami, janganlah Engkau jadikan musibah (yang menimpa) kami mempengaruhi agama kami, janganlah Engkau jadikan dunia sebagai tujuan terbesar dan puncak ilmu kami, dan janganlah Engkau jadikan orang yang tidak menyayangi kami (orang kafir dan orang zalim) sebagai orang yang menguasai kami. (HR. Tirmidzi, No. 3502).
Demikian penjelasan Prof Dr H Sofyan Sauri, MPd, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia. Semoga bermanfaat.
Advertisement