Liga 1 Vakum, Mess Persik Kediri yang Sepi Tercium Bau-bauan
Dari luar suasana mess Persik Kediri terlihat sepi dan hening. Tak tampak seorang pun di dalam. Hanya ada bau sesuatu saat mendekat ke mess Persik Kediri ini.
Eits...jangan salah. Bau ini tak berkaitan dengan bau-bau mistis. Tapi bau masakan yang mungkin sedap. Setelah masuk ke dalam mess, terutama di area dapur ternyata ada dokter tim Persik Kediri dr Yusuf Zulfikar yang sedang memasak. Dia tak sendiri. Dia ditemani salah satu pengurus tim. Dokter Yusuf Zulfikar saat itu lagi mengolah kakap merah bakar.
Tangannya sigap ke sana-kemari memegang alat masak. Pertanda jika bukan kali pertama dia memasak. Ia kemudian memberikan tips cara bikin bakar kakap merah bakar.
Kata dia, sebelum dimasak ikan kakap merah harus terlebih dulu direndam air yang dalamnya terdapat ramuan asam jawa plus garam. Kemudahan dibalur dengan bumbu yang sudah diblender atau diuleg. Lalu dibakar hingga bumbunya meresap. Setelah itu baru dihidangkan dengan varian sambal terasi atau sambal mentah.
"Saya dua bersaudara. Kita laki-laki semua. Ibu dulu pernah berpesan kalau kalian sekolah atau kerja di luar negeri harus mandiri. Dari SD, SMP kita sudah diajarkan cara masak," kenang dr. Yusuf Zulfikar, Rabu 02 November 2022.
Pria berusia 31 tahun ini mengaku bisa mengolah racikan bumbu menu segala masakan.
"Ada ide melintas di kepala, ayo kita bikin. Bumbunya mix, ala Makassar, ala Jawa ala Timur. Sayang di sini jarang ada sagu. Kalau ada sagu lebih enak lagi kita masak, " ujarnya.
Untuk menjaga skill memasaknya, Dokter Yusuf Zulfikar biasanya masak saat libur kompetisi atau akhir pekan. Kebiasaan itu mulai ia lakoni saat menjadi dokter tim di klub sepak bola Bhayangkara FC. Menu makanan yang sering dia masak adalah berbahan ikan. Bisa diolah digoreng atau dibakar, disandingkan berbagai sambal seperti terasi dan sambal mentah. Selain berbahan ikan, dia juga favorit mengolah ayam bakar rica-rica.
Untuk saat ini, karena banyak pemain yang libur dan pilih pulang kampung hanya beberapa orang saja yang ia ajak untuk cicip menu masakannya.
"Pelatih juga kan dia sendiri di sini. Kita undang sekedar ngobrol sambil silahturahmi, " katanya.
Dr Yusuf Zulfikar memang memilih untuk tetap tinggal di Kediri. Alasannya, kampung halamannya jauh di Sulawesi Tengah. Itu pun yang paling timur. Kalau dari Surabaya harus transit Makassar. Dari Makassar kemudian naik pesawat lagi ke Luwuk. Dilanjut naik kapal laut sekitar empat jam.
"Kapalnya hanya ada satu hari sekali. Pertimbangan lain tak pulang kampung kaena khawatir, saat pulang tiba-tiba kompetisi jalan," ceritanya.
Selain itu, pria beristrikan seorang dokter gigi tersebut merasa betah tinggal di Kota Kediri meski baru empat bulan.
"Saya tetap di Kediri, karena ada beberapa pemain yang sedang melakukan maintenance. Itu yang saya jaga," pungkasnya.