Libya Timur akan Tingkatkan Serangan ke Tripoli
Pasukan Libya Timur pada Senin, 22 April 2019 mengatakan mereka akan meningkatkan serangan terhadap Ibu Kota Libya, Tripoli, di bagian barat negeri tersebut, yang dikuasai oleh pemerintah yang diakui internasional.
Sementara itu jumlah korban jiwa akibat pertempuran, yang sekarang berada pada pekan ketiga, mencapai 254.
Personel Tentara Nasional Libya (LNA), yang setia kepada Komandan Khalifa Haftar, bersekutu dengan pemerintah tandingan di Libya Timur dan telah melancarkan serangan tapi tak bisa menembus pertahanan di bagian selatan Tripoli.
Pasukan yang setia kepada Tripoli memukul mundur pasukan LNA dalam beberapa hari belakangan ke pinggir selatan Tripoli, Ain Zara, lokasi utama pertemuan, kata wartawan Reuters yang mengunjungi daerah itu. LNA menyatakan telah melancarkan serangan udara terhadap lokasi militer di ibu kota LIbya.
Juru Bicara LNA Ahmed Mismari membantah bahwa pasukan LNA mundur tapi mengatakan gerak maju pasukan LNA telah lambat akibat padatnya penduduk di daerah tempat pertempuran berkecamuk.
Ia mengatakan kepada wartawan LNA mengerahkan prajurit cadangan untuk membuka front baru di Tripoli dan mengatakan LNA akan menggunakan artileri dan infantri dalam beberapa hari ke depan. Tapi ia tidak memberi perincian lebih lanjut.
Suasana Senin lebih tenang di front utama di bagian selatan Tripoli; pemboman lebih sedikit dibandingkan beberapa hari sebelumnya, kata warga. Cuaca buruk membuat serangan udara tak mungkin dilancarkan, kata Mismari.
Suara ledakan bom masih terdengar di Tripoli Tengah, 11 kilometer dari garis depan dan asap membubung ke udara dari satu tempat di Tripoli Selatan, kata seorang koresponden Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.
Jumlah korban jiwa sejak pertempuran meletus telah mencapai 254, sementara 1.228 orang telah cedera, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Lebih dari 32.000 orang telah kehilangan tempat tinggal, kata badan kemanusiaan PBB itu.
Peningkatan paling akhir pertempuran di Libya, yang telah dinodai oleh kekacauan sejak orang kuat negeri tersebut Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011, mengancam bisa mengganggu aliran minyak, menyulut pengungsian di seluruh Laut Tengah menuju Eropa dan memungkinkan gerilyawan mengeksploitasi kevakuman kekuasaan.
Kalau gencatan senjata dicapai sebagaimana dituntut oleh PBB, LNA akan memperoleh banyak wilayah, sebab mereka masih menguasai sebagian besar wilayah di sebelah selatan Tripoli, termasuk satu pangkalan di Gharyan, kota kecil pegunungan sekitar 80 kilometer di selatan Tripoli.
Pertempuran untuk memperebutkan Tripoli telah mencapai puncaknya sejak Gedung Putih mengatakan Presiden Donald Trump berbicara dengan Haftar pada Senin.
Pengungkapan percakapan itu dan satu pernyataan AS bahwa Washington "mengakui peran penting Marsekal Medan Haftar dalam memerangi terorisme dan mengamankan sumber minyak Libya" telah mendorong pendukung komandan Libya Timur tersebut dan membuat marah lawannya.(ant)
Advertisement