Liburan Tahun Baru, Lereng Argopuro Macet Parah
Arus lalu lintas di kawasan lereng Gunung Argopuro, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo macet parah akibat dijubeli ribuan wisatawan, Sabtu, 1 Januari 2022. Mereka memanfaatkan libur Tahun Baru 2022 dengan mengunjungi wisata Eco Park di Kecamatan Krucil.
Jalan penghubung antar-kecamatan selebar 3 meter tidak mampu lagi menampung ribuan wisatawan yang mengendarai mobil-mobil pribadi dan sepeda motor. Akibatnya terjadi kemacetan panjang, bahkan mobil-mobil berjalan merangkak.
Sebagian wisatawan terpaksa balik kanan begitu mengetahui kemacetan total tidak juga terurai hingga berjam-jam. “Saya sekeluarga sebenarnya hendak berlibur ke Eco Park, terpaksa kembali, lha wong macet panjang,” ujar Andik Purnomo, warga Desa Tlogoargo, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo.
Andik mengaku, sebenarnya sudah beberapa kali mengunjungi Eco Park. Tetapi di momen tahun baru, dirinya ingin mengajak istri dan anak-anaknya berlibur ke sana.
Kemacetan tidak hanya dirasakan para wisatawan yang hendak ke objek wisata di lereng Gunung Argopuro. Tetapi warga sekitar juga terdampak kemacetan karena tidak bisa ke mana-mana dengan leluasa.
Berdasarkan pengamatan, banyak dijumpai wisatawan yang tidak menaati protokol kesehatan (prokes) seperti, bergerombol dan tidak mengenakan masker di sepanjang jalan menuju Eco Park.
TWSL Kota Probolinggo
Meski tidak seramai Eco Park di Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo tempat wisata di Kota Probolinggo juga didatangi wisatawan. Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) di Jalan Basuki Rachmad, Kota Probolinggo misalnya, didatangi ratusan wisatawan lokal, Sabtu, 1 Januari 2022.
Pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) selaku pengelola TWSL menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Pengunjung dibatasi 50 persen dari kapasitas total 500 pengunjung.
“Pengunjung kami batasi hanya 250 orang atau 50 persen dari kapasitas total 500 orang. Pengunjung juga wajib menunjukkan kartu vaksinasi minimal dosis pertama,” ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) TWSL, Akbarul Huzaini.
Memang antrean ratusan pengunjung sudah terlihat sejak di loket pembelian tiket masuk. Mereka diminta antre karena yang bisa masuk dibatasi 250 orang.
Akbarul mengatakan, memang diatur mekanisme jika di dalam TWSL sudah memenuhi 250 pengunjung, maka pintu masuk ditutup. Jika pengunjung di dalam sudah berkurang, maka pintu masuk kembali dibuka.
"Di dalam TWSL, kami juga mengawasi pengunjung agar tidak bergerombol di satu tempat,” ujar. Bahkan pintu keluar diatur melalui bagian belakang TWSL.
Begitu ketatnya protokol kesehatan, seorang pengunjung asal Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo sampai tidak bisa memasuki TWSL. “Saya ditolak masuk TWSL gara-gara kartu vaksin saja lupa dibawa,” katanya.
TWSL di tapal batas Kabupaten Probolinggo itu seluas sekitar 1 hektare itu biasa menjadi jujukan wisatawan lokal. Di dalamnya terdapat berbagai jenis tumbuhan dan binatang sebagai media studi tentang lingkungan.
TWSL yang diresmikan sejak 15 September 2006 silam itu mulai dikenal warga di Jawa Timur. Sebagian pengunjung pun berasal dari berbagai daerah di Jatim. Diduga karena pandemi Covid-19, jumlah pengunjung menurun drastis terutama pengunjung dari luar Kota Probolinggo.