Libur Panjang Bikin Mudik Nyaman, Bisa Dongkrak Ekonomi yang Kembang-Kempis?
Jadilah lebaran tahun ini tak hanya menjadi ritual keagamaan umat Islam. Mudik lebaran telah menjelma menjadi peristiwa nasional. Menjadi gawe bersama. Bukan hanya menjadi hari rayanya umat Muslim. Tapi menjadi kesenangan bersama seluruh umat yang ada di Indonesia.
Mudik lebaran tahun ini diperkirakan makin nyaman. Ruas jalan tol bertambah banyak. Di Jawa hampir menembus Jakarta-Surabaya plus Malang. Maskapai penerbangan makin berkembang. Kereta api tambah menyenangkan. Tempat wisata bertebaran.
Jalan non tol juga dalam keadaan baik. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono bilang kalau 90 persen jalan nasional non tol dalam kondisi mulus. "Siap untuk dilalui para mudik," katanya. Jalur lintas utara dan selatan Jawa dalam kondisi mulus.
Tak hanya itu. Aparatur Sipil Negara (ASN) alias PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan pensiunan memperoleh gaji 13 dan Tunjangan Hari Raya (THR). Dapa gaji ke-13 saja sudah cukup membantu. Apalagi juga digerojok THR. Lumayan.
Yang baru sekarang adalah libur lebaran yang panjang. Baru saja Keppres (Keputusan Presiden) tentang cuti bersama selama lebaran telah diteken presiden. Keprres Nomor 13 Tahun 2018 tentang Cuti Bersama PNS Tahun 2018 itu ditandatangani 4 Juni lalu.
Isinya menetapkan bahwa Cuti Bersama Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriyah berlangsung tanggal 11, 12, 13, 14, 18, 19, dn 20 Juni 2018. Total cuti bersama 7 hari. Kalau ditambah dengan libur hari raya dan libur akhir pekan, maka hari libur selama lebaran tahun ini sampai 10 hari.
Inilah kesempatan untuk liburan hari raya Idul Fitri yang sangat panjang. Kalau biasanya para PNS seperti diuber-uber setan saat merayakan hari lebaran, kini pasti merasa lebih senggang. Kalau umumnya, H+3 sudah harus absen di kantor, kini bisa nyantai sampai H+5. Asyik tenan!
Infrastruktur Siap Hadapi Lebaran
Dari tahun ke tahun persiapan mudik lebaran tampak semakin matang. Tragedi dan derita pemudik mulai terkurangi. Tingkat kecelakaan di jalanan juga makin kecil. Pemerintah tampaknya tak mau disamakan dengan keledai: melakukan kesalahan berulang-ulang. Terperosok di lubang yang sama.
Tentu tantangan untuk mengurai berbagai persoalan mudik lebaran makin berat. Dalam prediksi Kementerian Perhubungan yang dipimpin Menteri Budi Karya Sumadi, tahun ini, jumlah pemudik naik 5,17 persen. Menjadi 19,5 juta pemudik dibanding 18,6 juta di tahun lalu.
Kebijakan pemerintahan Joko Widodo di bidang infrastruktur ikut andil besar dalam hal ini. Bayangkan, selama 3 tahun, panjang jalan tol saja bertambah 350 kilometer. Belum infrastruktur lain seperti bandara di berbagai daerah. Penambahan bandara sekaligus menambah jumlah penerbangan. Sekaligus meningkatkan jumlah penumpang.
Menteri Basuki, lebaran kali ini, 524 km jalan tol Jakarta hingga Surabaya sudah operasional. Sedangkan, yang fungsional sepanjang 234 km. Ruas tol operasional adalah ruas yang telah dioperasikan secara penuh. Sedangkan tol fungsional adalah ruas yang belum tuntas pembangunannya tapi bisa digunakan untuk arus mudik lebaran.
Titik kritis mudik tahun 2018 yakni pada lokasi pembangunan Jembatan Kenteng sepanjang 496 meter di ruas tol Salatiga-Kartasura. “Kami mohon maaf Jembatan Kenteng masih belum kita selesaikan untuk mudik Lebaran 2018. Kementerian PUPR akan membangun jalan rigid pavement yang akan melintasi dibawah Jembatan Kenteng,” kata Menteri Basuki.
Guna mendukung kenyamana pemudik, pada ruas tol fungsional disediakan 27 tempat istirahat sementara setiap 10-20 km dilengkapi fasilitas parkir kendaraan berkapasitas 250 mobil, mushala, dan tempat makan.
Sedangkan jalan tol yang sudah operasional di Pulau Jawa, terdapat 13 tempat istirahat dan 30 Tempat Istirahat Dan Pelayanan (TIP) yang juga akan dilengkapi dengan fasilitas toilet tambahan. Untuk tol yang sudah operasional ditambah dengan adanya tempat parkir sementara (parking bay), sebagai antisipasi meluapnya jumlah kendaraan yang parkir di rest area.
Suasana menjelang lebaran kali ini terasa berbeda sekali dibanding 4-5 tahun lalu. Apalagi, kerjasama antar instansi untuk menyiapkan arus mudik dan balik lebaran dari tahun ke tahun makin oke. Kemenhub, Kementerian PUPR, Kemenkominfo, dan aparat keamanan.
Jadilah lebaran tahun ini tak hanya menjadi ritual keagamaan umat Islam. Mudik lebaran telah menjelma menjadi peristiwa nasional. Menjadi gawe bersama. Bukan hanya menjadi hari rayanya umat Muslim. Tapi menjadi kesenangan bersama seluruh umat yang ada di Indonesia.
Mudik lebaran sebagai peristiwa kebudayaan berlatarbelakang agama ini juga diperkirakan mampu mengungkit pertumbuhan ekonomi. Peredaran uang akan melonjak. Arus uang dari kota ke desa akan meningkat tajam. Dan distribusi pendapatan akan terjadi.
Lebaran Ungkit Pertumbuhan Ekonomi
Tahun ini, Bank Indonesia menyediakan uang Rp 188,2 triliun. Jumlah ini naik 15,3 persen dibanding tahun lalu sebesar Rp 163,2 triliun. Sedangkan uang beredar (outflow) saat bulan puasa dan lebaran mencapai 25 persen dari total tahunan.
"Dari jumlah uang yang disiapkan BI itu, 22,8 persennya ditarik di wilayah Jabodetabek. Di Jabodetabek, BI menyiapkan 160 tempat resmi penukaran uang. BI menyiapkan total 1.000 tempat penukaran se-Indonesia," kata Deputi Gubernur BI, Rosmaya K Hadi, beberapa waktu lalu.
Geliat ekonomi menjelang lebaran ini sudah terasa sejek beberapa hari ini. Sepuluh hari menjelang lebaran. Berbagai pusat perbelanjaan padat pengunjung. Sejumlah ruas sudut kota mampat karena kemacetan lalu lintas. Arus hilir mudik manusia dan barang teras melonjak deras.
Kebijakan pemerintah untuk memberi Gaji ke 13 dan THR (Tunjangan Hari Raya) ikut menggerakkan geliat itu. Bayangkan. Melalui THR dan Gaji ke-13, uang APBN dan APBD yang akan beredar di masyarakat sebesar Rp 35,76 triliun atau 69% lebih banyak dari jumlah tahun lalu.
Jumlah tersebut terbagi untuk THR Gaji Rp 5,24 triliun, THR Tunjangan Kinerja Rp 5,79 triliun, THR Pensiun Rp 6,85 triliun. Total THR Gaji, Tunjangan Kinerja, dan THR Pensiun Rp 17,88 triliun. Jumlah yang sama juga dikeluarkan untuk pembayaran gaji ke-13, sehingga jumlah totalnya Rp 35,76 triliun.
Pencairan dana THR dan Gaji ke-13 PNS ini sudah menyerap 18 persen perkiraan jumlah uang beredar yang dilansir BI. Berarti peredaran uang selama bulan puasa dan tahun ini diperkirakan memang lebih besar dibanding tahun lalu dengan sumbangan belanja pemerintah pusat dan daerah melalui pegawainya.
kalau menilik gambaran ekonomi secara umum, libur pajang dan peningkatan uang beredar ini jelas bisa berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Khususnya, mengungkit pertumbuhan yang bersumber dari konsumsi yang beberapa waktu terakhir berlangsung rendet.
Sekadar diketahui, sejak tahun 2016, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tidak sebanter tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi tidak pernah sampai 5 persen sejak tahun itu. Padahal, kosnumsi rumah tangga menyumbang 56,13 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun 2017.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini hari raya Lebaran akan meningkatkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Indonesia pada triwulan II dan III 2018. “Saya melihat konsumsi stabil di 4,95 persen dan berharap jadi lebih positif pada triwulan II 2018. Itu karena pada triwulan II ada Lebaran, THR (Tunjangan Hari Raya) dan Gaji Ke-13 dibayarkan. Sesudah itu, pada triwulan III ada Asian Games,” katanya di Jakarta, pekan ini.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 5,06 persen. Sedangkan untuk konsumsi rumah tangga adalah sebesar 4,95 persen, naik sedikit dari konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2017 yang sebesar 4,94 persen.
Keuntungan di Balik Libur Panjang Lebaran
Meski kebijakan libur panjang lebaran sempat menjadi polemik, sebenarnya dari sisi ekonomi kebijakan ini sangat berarti. Bahkan, kebijakan gabungan libur panjang pemberian THR dan gaji ke-13 untuk PNS jelang lebaran tahun ini merupakan kebijakan cerdik di tengah upaya menggenjot pertumbuhan ekonomi.
Melalui libur panjang dan menggelontor uang beredar, tingkat konsumsi masyarakat akan melonjak. Apalagi, melalui tradisi mudik, uang beredar ini bisa merata ke seluruh penjuru tanah air. Yang di kota menuju ke desa, termasuk untuk membelanjakan uangnya.
Seperti diketahui, uang beredar melalui konsumsi rumah tangga akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Konsumsi ini melengkapi besaran investasi dan surplus ekspor-impor sebagai pengungkit pertumbuhan ekonomi.
Barangkali ada yang melihat kebijakan libur panjang dan THR untuk PNS ini dari sisi populisme. Jika dilihat dari perspektif politik memang ya. Namun, secara ekonomi, kebijakan seperti itu sangat berarti untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi kita yang beberapa tahun belakangan ini kembang-kempis.
Tampaknya, lebaran tahun ini bisa dimanfaatkan sebagai momentum pengungkit ekonomi secara makro, membuat rakyat senang dan nyaman. Gabungan keduanya secara jangka panjang bisa membuat suasana lebih aman.
Jadi, inilah lebaran yang tidak hanya berarti untuk ummat Islam. Tapi juga memberi makna kepada semuanya. Meningkatkan uang beredar, mengungkit pertumbuhan ekonomi, dan mendistribusikan pendapatan ke berbagai pelosok negeri. (arifafandi dan team editor)
Advertisement