Liberika Meranti, Kopi Lahan Gambut
Tidak hanya Arabika dan Robusta, Tanah Sumatera juga menjadi penghasil kopi Liberika. Tepatnya di Kepulauan Meranti sehingga dikenal sebagai Liberika Meranti. Kopi Liberika Meranti memiliki banyak rasa yang tidak dimiliki jenis kopi lain. Terkadang kopi terasa manis, saat diseduh tidak butuh gula yang banyak. Kopi Liberika Meranti juga memiliki rasa nangka dan coklat.
Tidak perlu memusingkan ketinggian karena 1 mdpl saja sudah cukup ditanami Liberika. Luas lahan gambut yang dijadikan kebun sekitar 20.000 hektar. Para petani biasa memadatkan tanah gambut terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan pembersihan ulang dan pembuatan lobang dan parit kecil.
Sedangkan proses pemupukan dilakukan maksimal 4 kali dalam setahun. Jenis yang digunakan hanya pupuk organik. Pengolahan pasca panen umumnya dibantu mesin. Sebab, biji kopi Liberika Meranti cenderung besar dan tebal.
Selain tumbuh di lahan gambut dan dataran rendah, biji kopi Liberika ukurannya lebih besar dan memiliki kulit luar yang tebal dibandingkan jenis kopi robusta dan arabika. Tak heran jika kopi liberika tak mudah diserang hama.
Dalam setahun, biji kopi Liberika yang dipanen bisa menyentuh 90 ton. Para petani umumnya menghadapi beberapa faktor berkurangnya panen. Pertama adalah tumbuhan ilalang dan rumput liar yang dianggap sebagai hama. Kedua, datangnya air pasang laut karena bisa mematikan tanaman. Terutama untuk biji kopi yang ada di sekitar lahan mineral, tepian laut.
Dikenal sejak Abad 19
Di Indonesia, Liberika mulai dikenal abad 19. Kopi yang tumbuh liar di Liberia, Afrika Barat ini dibawa Belanda untuk mengganti arabika yang waktu itu terserang hama daun karat atau hemelia vastatrixi (HV).
Perlahan kopi Liberika mulai merambah daratan Filipina, Guyana, Suriname, Malaysia, dan Indonesia. India, Srilanka, Thailand, Taiwan, Vietnam dan Timor-Timur juga ikut membudidayakan, meski lahan terbatas.
Nama kopi Liberika Meranti, mulai naik daun. Terutama setelah kopi para petani pesisir Selat Malaka ini mendapatkan penghargaan sebagai hasil pertanian terbaik dari Dirjen Kekayaan Intelektual Nasional, Juli 2016. Bagi masyarakat Rangsang Pesisir, kopi lebih menjanjikan ketimbang sawit yang tumbuh pesat di Riau.
Kopi Favorit Malaysia
Kopi Liberika Meranti sebagian besar diserap pasar Malaysia. Selama 37 tahun kopi masyarakat Kepulauan Meranti itu memenuhi permintaan pasar Malaysia. Namun para tengkulak membeli kopi dari tangan petani dengan harga yang sangat murah. Tidak cukup membantu perekonomian masyarakat pada masa itu.
Sedangkan kopi Liberika Meranti sisanya barulah dipasarkan secara lokal. Biasanya ke sekitaran Pekanbaru, Jakarta dan Yogyakarta.
Sebagai informasi, harga ceri kopi merah dihargai lebih tinggi dibanding yang tercampur ceri hijau. Mengingat citarasa yang tinggi, maka wajar saja kalau harga Liberika Meranti tergolong mahal.
Berikut ciri khas kopi Liberika Meranti alias kopi gambut:
1. Smell
Aroma khas coklat yang lembut. Saat masih berbentuk biji, aroma yang tercium sangat harum.
2. Flavour
Ada perpaduan antara rasa nangka dan coklat. Bagi yang tak suka manis, tanpa menambahkan gula kopi ini sudah berasa manis. Sama sekali tidak terasa asam sehingga dijamin tidak menyebabkan mual.
3. Acidity
Soal keasaman, kopi ini memiliki kadar yang sangat rendah. Hanya berkisar antara 0,9 persen hingga 1 persen. Selain itu, kandungan kafeinnya tergolong medium.
4. Body
Kopi Liberika memiliki kekentalan yang cukup pekat. Ukuran bijinya lebih besar dibandingkan varietas Arabika dan Robusta.
5. Aftertaste
Liberika Meranti termasuk kopi yang clean. Setelah diseduh, akan meninggalkan aftertaste manis yang didominasi oleh nangka.
Advertisement