Lezatnya Menu Warteg di Jakarta, Artis pun Ikut Antre
Warteg atau Warung Tegal merupakan warung makan sederhana yang menawarkan berbagai lauk rumahan. Mulai dari tumisan sayur, tahu tempe, orek, ayam hingga ikan. Penikmatnya tak hanya kalangan penduduk setempat, namun juga artis berkantong tebal.
Warung Tegal
Warung tegal ini dikenal sebagai tempat makan rakyat karena harganya yang relatif terjangkau. Karenanya siapa saja suka makan di warteg, bahkan artis sekalipun.
Banyak selebritas tanah air yang membagikan momennya saat makan di warteg. Tanpa gengsi, mereka asyik memilih lauk dan tak sedikit yang jadi langganan makan di warteg.
Dengan Rp12.000 di Jakarta rasanya sulit bisa makan di warung sekenyangnya. Tetapi warteg memberikan solusi, tetap bisa makan enak dan membuat perut kenyang meskipun uang pas-pasan.
Dulu warteg lekat dengan tempat makannya wong cilik, seperti sopir bajai, tukang becak, kuli bangunan dan pengumpul barang bekas. Sekarang zaman sudah berubah, warteg sudah sejajar dengan rumah makan lain di kota-kota besar. Hanya satu yang tidak boleh diubah, yakni filosofi warteg sebagai warung makan sederhana murah meriah.
Sekarang, orang gedongan, kelompok profesional, orang-orang yang tinggal di apartemen, bahkan selebritas papan atas, tidak malu-malu lagi makan di warteg. Bahkan ada yang diposting di Instagramnya.
Warteg adalah salah satu jenis usaha gastronomi atau tataboga. Nama ini cenderung menjadi istilah umum untuk warung makan kelas menengah ke bawah di pinggir jalan.
Penikmat warteg berseloroh, yang beda cuma labelnya antara restoran dan warteg. Tapi soal menu dan rasa, sama saja. "Yang penting tempatnya bersih pelayanannya baik, dan perut kenyang," kata Maria, seorang dosen perguruan tinggi swasta saat makan siang di Warteg Bahari, di kawasan Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Harga Murah dan Enak
Perempuan asal Larantuka NTT mengaku suka makan di warteg, karena bermacam menu, murah, dan lidahnya sudah akrab dengan masakan warteg.
Ia mengambil contoh, satu porsi berisi nasi, sayur dan orek (sambal goreng tempe kering), atau telur dadar, cuma dibanderol Rp12.000. Sedang minumnya gratis. "Kalau ditambah ayam, dibulatkan Rp15.000," katanya.
Orang yang tidak mau makan di warteg karena 'jaim' jaga image, oleh Maria dianggap sama dengan mencari penyakit. Kalau terlalu sering menahan lapar dan makan tidak teratur, berpotensi terkena gangguan pada lambung.
Kalau dulu memang ada orang yang malu makan di warteg. Selain gengsi yang tak terkendali, tempatnya berantakan, tidak beraturan juga terkesan kumuh. Tapi di zaman milenial, warteg juga ikut berbenah dari properti sampai cara melayani pembeli.
Bahkan, beberapa unit warteg di kawasan Jabodetabek sudah ada yang berkolaborasi dengan sistem digital. Pesanan bisa melalui online demikian juga sistem pembayarannya.
Pengelola warung tegal di Jakarta yang asli orang Tegal biasanya tergabung dalam beberapa komunitas warteg antara lsin Kharisma dan Bahari.
Warteg jumlahnya ada lebih dari 30.000 warung di Jabodetabek. Bahkan menurut seorang pengusaha yang sudah puluhan tahun mengelola warteg menjelaskan, warteg juga hadir di Taiwan, untuk melayani tenaga kerja Indonesia.
Warteg Kharisma Bahari
Egis pemuda asal Tegal Jawa Tengah berusia 30 tahun, adalah satu dari ribuan pengusaha warteg di Jakarta yang terbilang cukup sukses. Ia bangga menjadi pengusaha warteg, bahkan enam dari delapan saudaranya jadi pengusaha warteg yang sukses, dan telah melahirkan pemain-pemain baru, termasuk dirinya. "Kakak sulung saya merupakan perintis usaha warteg di lingkungan keluarga saya. Sedang ayah saya dulu pedagang kue," tutur Agis.
Jebolan sebuah pondok pesantren di Tegal yang nama lengkapnya Agis Aji Maswin ini, awalnya bekerja di kantoran. Tapi setelah melihat kakaknya sukses mengelola warteg, Egis banting stir mengikuti jejak kakaknya.
Dengan modal uang tabungan dan bantuan kakaknya, Agis membuka warteg ala kadarnya di Jalan Tendean Mampang Prapatan Jakarta Selatan.
Berkat semangat dan ketekunannya, Agis berhasil mengembangkan usahanya, di Jalan Budi Raya Jakarta Barat, di daerah padat penduduk dan potensial untuk bisnis makanan mengingat lokasinya dekat Binus Square, dan Pusdiklat Pajak JB Sumarlin. "Ibaratnya saya dulu itu bondo nekat, modal pas-pasan dan belum tahu seluk beluk perwarteg-kan," kata Egis.
Meski tergolong pemain baru, berkat semangat dan bimbingan kakaknya, Egis tergolong sukses, dan kini berancang ancang membuka warteg baru di tempat lain.
Ia melihat, warteg prospeknya cukup menjanjikan. Diminati semua lapisan masyarakat. Karena tersedia bermacam menu dan harganya murah. "Satu porsi terdiri nasi, sayur, lauk dadar telur dan orek (sambel goreng tempe) harganya cuma Rp12.000, sedang minum berupa teh tawar gratis," kata Egis. "Mana ada di Jakarta dengan Rp12.000, bisa makan sekenyangnya," kata pengusaha warteg berbadan tambun itu sambil tertawa.
Warteg yang dikelola suami Ika Nur Maula ini setiap hari menyediakan sekitar 30 jenis masakan. Ada sayur tauge, sayur nangka, sayur bening, sayur asem, cap jay dan sayur sop. Sedang lauknya tahu tempe, orek, pecel lele, bergedel, kentang balado telur mata sapi.
Dari beraneka macam masakan yang menjadi favorit adalah, sayur tauge, orek dan telur dadar. Itu menu yang paling diminati pembeli, katanya.
Untuk ngurusi menu ini, Egis mempunyai dua juru masak yang cukup berpengalaman dan sudah lama malang melintang di warteg. Meski sudah menjadi bos, Agis membantu karyawannya masak, melayani pembeli sampai ikut mencuci piring. Dengan begitu ia bisa mengontrol dan memotivasi anak buahnya.
Ditanya soal kendala menjadi pengusaha warteg, ayah dari anak semata wayang Abdullah Ibnu Masud ini menyebut, kendalanya pada SDM Sekarang, katanya sulit mencari tenaga yang mau bekerja di warteg, apalagi kalau mencari tukang masak susah sekali. Mereka memilih menjadi buruh pabrik daripada kerja di warung.
Sebab itu agar karyawannya kerasan, tidak kabur-kaburan, Egis selalu menjaga hubungan baik dengan seluruh karyawan dan memenuhi kebutuhannya. Dari soal gaji setiap bulan dibayarkan tepat pada waktunya. Ditambah lagi uang jajan yang diberikan setiap minggu.
Agis tak memungkiri keberhasilannya mengelola Warteg Bahari, tak lepas dari dukungan Kharisma, tempatnya bernaung. Kharisma membantu pengusaha baru berupa properti dan bimbingan manajemen dan cara melayani pembeli, supaya merasa nikmat dan senang makan di warteg.
Disukai Artis Papan Atas
Banyak artis tanah air yang membagikan momennya saat makan di warteg. Tanpa gengsi, mereka asyik memilih lauk dan tak sedikit yang jadi langganan makan di warteg.
Seperti Tya Ariestya yang belum lama ini membagikan keseruannya saat makan di warteg. Momen tersebut dibagikan melalui Reels di Instagramnya.
Tak hanya sendiri, ia juga mengajak anak-anak dan teman-temannya untuk makan bersama di warteg yang populer bernama Warteg Agung.
Warteg Agung tersebut berlokasi di Jalan KH Ahmad Dahlan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Ia mengaku dirinya sudah terbiasa makan di warteg. Karenanya ia ingin mengajak anak-anaknya untuk mencoba sensasi makan di warteg karena anak-anaknya itu belum pernah merasakan.
Tya Ariestya mengatakan bahwa ia memesan tiga lauk sekaligus, yakni tumis tauge, telur dan ayam. "Siapa yang udah pernah nyoba? Satu porsinya udah pakai 3 lauk cuma Rp 21.000, kalau tanpa ayam Rp 12.00 saja," cerita Tya Ariestya.
Aktris kelahiran 30 Maret 1986 tersebut menceritakan bahwa warteg di Kebayoran Baru yang ia singgahi itu sudah populer sebagai warteg langganan artis.
Salah satunya artis Raffi Ahmad yang sudah jadi langganan di warteg tersebut. Raffi Ahmad juga pernah membagikan momennya saat makan di warteg.
Saat itu, ayah dua anak ini memesan berbagai lauk. Mulai dari ayam goreng tepung, ayam balado dan beberapa tumisan. Menurut Raffi Ahmad, lauk di Warteg yang ia singgahi semuanya enak.
Sica Kohl ternyata juga gemar makan di warteg. Dalam video juga terlihat kalau Sisca Kohl dan Jess No Limit sampai berkeringat saat makan di warteg. Meski begitu, mereka tetap santai dan asyik makan.
Terbukti dari makanan di piring yang ludes tak bersisa. Setelah suapan terakhir, Sisca Kohl pun bilang, "Aku suka banget." Ia pun bilang sepertinya akan kembali lagi makan warteg karena rasanya enak.
Advertisement