Lezatnya Kuliner Malam Nasi dan Mi Goreng Pak Liwon Jombang
Malam itu Pak Liwon terlihat sibuk menggoreng nasi. Terdengar suara sreng...sreng dengan asap sedikit mengepul. Pak Liwon dengan lihainya mengolak-alik nasi serta menambahkan bumbu dan potongan daging. Dari jarak 50 meter tercium sedapnya aroma daun bawang yang digoreng.
Di belakang rombong Pak Liwon yang berlokasi di Jalan Raya Mojowarno Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, berjajar enam orang mengantre membungkus makanan. Mereka tampak tak sabar melahap habis kuliner khas Indonesia itu.
Ngopibareng.id berkesempatan mencicipi seporsi nasi goreng Pak Liwon. Pada sendokan pertama, gurihnya nasi bercampur dengan lembutnya irisan kecil ati dan ampela ayam. Nasi goreng tidak terlalu manis, begitu juga asinnya, semua terasa pas. Nasi semakin nikmat dengan potongan kecil daging ayam serta sayur sawi putih.
Setali tiga uang, mi goreng Pak Liwon juga digemari para pelanggan. Tak heran, mi gorengnya tidak terlalu kering ataupun lembek. Mi terasa gurih dengan balutan toping irisan daging, telur dadar serta sayur sawi dan sawi putih.
Pak Liwon pertama kali membuka lapak Nasi dan Mi Gorengnya sejak tahun 1988. Waktu itu bertempat di depan Pabrik Gula Cukir. Dengan memegangi wajan, Pak Liwon menceritakan dirinya pernah bekerja di restoran masakan Cina. Lantaran merasa sudah mampu untuk membuka warung, bapak tiga anak itu akhirnya merintis usahanya.
“Saya dulunya bekerja ikut orang di restoran Cina selama lima tahun di Surabaya. Karena ikut orang nggak enak dan saya rasa bekal untuk memasak cukup, saya putuskan buka sendiri. Saya di Surabaya sejak tahun 1982,” kata Pak Liwon pada Sabtu, 22 Agustus 2020.
Pak Liwon lantas menyuguhkan beberapa menu. Di antaranya bihun goreng, bihun kuah, mi kuah dan goreng, nasi goreng, serta capcay goreng. Dua menu yang menjadi andalan Pak Liwon adalah nasi dan mi goreng. Per porsinya pembeli cukup merogoh kocek Rp 12 ribu.
Setiap harinya, Pak Liwon membuka warung sejak pukul 17.00 hingga 01.00 WIB. Pelanggan setianya didominasi masyarakat sekitar serta santri Pondok Pesantren Tebuireng.
Menurut salah satu pembeli setianya asal Desa Cukir, Muhammad Riyadin, nasi goreng Pak Liwon memiliki rasa yang khas. Tak heran, jika dia sampai berlangganan selama lima tahun lebih.
“Saya biasanya bungkus sampai tiga, belinya nasi goreng. Menurut saya rasanya beda jika dibandingkan dengan nasi yang lain. Rasanya khas, porsinya banyak dan harganya standar,” katanya.
Senada dengan Riyadin, pembeli yang lain, Feby Ayu, mengaku sama. Feby yang bekerja tak jauh dari lapak Pak Liwon penasaran dengan mi gorengnya. Feby mendapat rekomendasi kuliner ini dari koleganya.
“Saya sudah satu bulanan ini beli di Pak Liwon. Saya suka mi gorengnya karena enak, gurih dan nggak kering mi-nya. Rasanya khas menurut saya, rasa bawang merah dan putihnya serta kemirinya ada. Saya tahu pertama kali ada Mi Pak Liwon dari saran teman saya,” ujarnya.
Sementara itu, sejak Maret 2020 omzet Pak Liwon berkurang. Pak Liwon pun mengurangi porsi bahan baku jualannya.
“Covid ini pembeli menyusut, per hari dulu bisa Rp1,5 juta, tapi sekarang hanya Rp700 ribu. Saya juga nggak ada bantuan terdampak Covid, karena jumlah pembeli berkurang, stok bahan juga saya susutkan. Dulu bisa 12 kilogram nasi, tapi saat ini setengahnya,” tutupnya.